Setelah sekian lama 'ngidam' jalan-jalan ke Bromo akhirnya bulan Mei kemarin saya liburan ke Malang! Kalau sebelumnya cuma bisa memandang keindahan Bromo lewat foto di Google, lewat hasil jepretan teman-teman, bahkan 'ngiler' liat foto di kalender, akhirnya saya bisa menikmatinya langsung dengan mata kapala sendiri *dancing*.
Asiknya lagi, liburan kali ini nggak cuma sama anak dan suami saja, tapi keluarga besar. Lengkap dengan keluarga kedua kakak perempuan saya, plus Mama dan Ibu Mertua kakak saya. Jadi bisa kebayang, ya, serunya kaya apa liburan rame-rame kaya begini? Sebenarnya, wacana liburan bersama keluarga besar sudah lama sekali. Tapi, ternyata mencari waktu yang pas untuk kami semua bukan perkara yang mudah.
Giliran keluarga Teteh (panggilan saya untuk kakak pertama) dan Kakak bisa, saya sekeluarga yang nggak bisa. Giliran waktunya ada, tapi dananya nggak cukup. Kompak dalam segala hal baik waktu dan uang ternyata sedikit rumit, hahaha.
Berhubung kami semua sudah pernah liburan bersama ke Yogjakarta, Solo, Semarang ataupun Surabaya, Dieng ataupun Bali akhirnya kami pun sepakat jalan ke Malang. Begitu sampai di sana, kami pun sama sekali nggak menyesal. Menghabisakan waktu di Malang selama 3 hari 2 malam sangat kurang. Ada beberapa hal yang mendasar yang membuat kami semua jatuh cinta dengan Kota yang terkenal dengan buah apelnya ini. Apa saja?
Menikmati perjalanan naik kereta.
Ketika wacana liburan muncul, awalnya kami semua rada bingung menentukan lokasi. Tapi yang jelas kami mau pergi ke kota yang bisa dicapai dengan alat transportasi kereta. Kebetulan dari kecil Bumi itu juga nge-fans banget sama alat transportasi yang satu ini. Kedua keponakan saya, Fadhal ataupun Nissa juga belum pernah liburan naik kereta.
Mengingat perjalanan Jakarta- Malang ditempuh lebih dari 15 jam, saya sudah khawatir sekali kalau Bumi akan bosan. Alhamdulillah, Bumi anteng! Kelihatan kalau dia bener-bener menikmati perjalanan naik kereta. Tapi, biar nggak bosen gue sendiri udah nyiapin beberapa 'alat tempur', mulai dari cemilan, beberapa mainan dan buku favoritnya. Selain itu kita memang harus pintar mencari akal untuk membunuh kebosanan anak dengan mengajaknya bermain bersama. Misalnya, menikmati kemah di atas kereta, hahahaha... Intinya, harus bisa melakukan beberapa kiat supaya liburan bisa lebih optimal.
Oh, ya, walaupun di kereta sudah disediakan selimut, tapi ada baiknya jangan lupa menyiapkan kaos kaki dan jaket. Kalau malam, udaranya terasa dingin. Sedangkan untuk urusan makan besar, nggak perlu khawatir kelaperan atau repot bawa makanan. Di kereta juga menyediakan beberapa menu. Waktu itu, pilihannya memang cuma ada 3, yaitu nasi goreng, nasi rames dan nasi ayam goreng. Lumayanlah.
Di laman selanjutnya saya memberikan alasan lain yang membuat saya dan keluarga ingin kembali liburan ke Malang. Langsung, klik, ya, Mommies.
Tempat wisata yang melimpah.
Sudah pada tahu, dong, ya, kalau di Malang ini sekarang jadi salah satu tujuan wisata di Indonesia. Pantas saja, sih, selain bisa mengunjungi Bromo, tempat wisata di sana bener-bener melimpah. Ada Jatim Park 1, Jatim Park 2, Eco Green Park, Batu Night Spectaculer, Museum Angkut, Pulau Sempu, Coban Rondo, dan masih banyak banget tempat yang keindahan alamnya bisa kita nikmatin.
Maunya, sih, bisa ngunjungin semuanya, tapi karena keterbatasan waktu dan tentunya biaya, waktu itu kita akhirnya cuma sempat datang ke beberapa lokasi. Jatim Park 2, Eco Park, Batu Night Spectaculer, Coban Rondo dan Pantai Goa Cina.
Jadi, waktu itu kita sampai di Malang masih pagi, tujuan pertama yaitu Pantai Goa Cina. Awalnya, kami pikir lokasinya nggak terlalu jauh dari kota Malang. Ternyata..... perlu 2.5 jam ke sana. Untungnya, kami sepanjang jalan kami bisa menikmati penamandangan. Terlebih begitu menjejakan kaki di Pantai Goa Cina. Pemandangan di sana kece banget. Airnya bening dengan panorama yang indah. Bumi aja sampai nggak mau di ajak pulang.
Mengingat perjalanannya yang cukup jauh, dari Goa Cina kami pun memutuskan untuk langsung pulang. Istirahat di penginapan. Lagipula, jam 12 malam kita juga sudah di jemput untuk naik ke Bromo. Sempat dekdekan, sih, kalau Bumi kelelahan. Tapi syukurnya Bumi sehat. bahkan anak kami bisa naik dan nikmatin sunrise di puncak Gunung Bromo. Cerita perjalanan di gunung Bromo akan saya buat terpisah saja,
Setelah jalan pulang dari Bromo, waktu itu kita pun cuma istirahat. Besoknya baru lanjutin perjalanan ke 5 tempat sekaligus. Coban Rondo, Jatim Park 2, Eco Park, Museum Angkut dan BNS. Capek, tapi seneeeeeng!
Lalu apa lagi, ya, yang membuat kami sekeluarga kepicut dengan kota kecil yang udaranya begitu sejuk ini? Ada dua alasan lagi, nih, Mommies.
Makanan enak!
Namanya juga liburan, nggak afdol banget kalau nggak digunain buat nyobain makanan khas di sana. Sayangnya, dari sekian banyaknya tempat jajan yang kami incar, cuma sempet dateng ke 3 tempat yang legendaris. Bahkan katanya, tempat ini wajib dikunjungin.
Apa saja? Yang pertama, tentu aja Toko Oen. Sayangnya waktu itu kita dateng terlalu pagi, alhasil menunya banyak yang belum siap, hiiks.... Saran sara, mau ke sana lebih baik pas makan siang saja sehingga bisa mencicipi banyak makanan. Jadilah waktu itu saya hanya mencicipi beberapa es krim dan cake.
Menurut pendapat saya, kalau dari segi rasa tidak terlalu spesial. Apa mungkin waktu itu kurang tepat milih menu kali, ya? Yang membuat spesial jutsru kondisi restoran yang bener-bener jadul. Kesan vintage sangat kental lewat perabot yang mereka gunakan. Termasuk desain interiornya. Satu lagi, nih, ternyata kalau makan di sina wajib bawa uang cash. Mereka sama sekali nggak terima debit apalagi kartu kredit. Katanya, sih, ini juga salah satu bagian dari cara mereka mempertahankan sejarah.
Tempat lain yang kami kunjungi adalah Bakso President. Sebagai pecinta bakso atau pun bakwan malang, salah satu makanan khas Malang emamg bikin penasaran. Dan ternyata, rasanya nggak mengecewakan. Enak, pas di lidah gue. Bahkan nyokap, tipe orang pemilih juga bilang kalau rasanya enak.
Sayangnya, karena datang terlalu malam, kita nggak bisa nyicipin semua jenis bakwan malang yang disediain di sana. Keunikan lagi dari bakwan malang ini yaitu lokasinya di pinggir rel kereta api. Kapan lagi bisa menikmatin bakso di atas meja bergetar? Hahahahaa...
Selanjutnya adalah nyicipin ketan di Pos Ketan Legenda 1967 yang berada di Jalan KH Agus Salim, Sebenarnya, sih, gue cukup penasaran dengan semua rasa yang ditwarin. Tapi, nggak mungkin, dong, ya, kalau gue makan semuanya. Pilahan ketan gue waktu itu adalah ketan duren. Dan ternyata, rasanya sesuai ekspektasi. Pantes aja kalau pos ketan ini selalu ramai dikunjungin. Umh... mungkin juga karena faktor harga yang cukup murah, ya.
Penginapan yang murah.
Ngomogin soal penginapan, rupanya di Malang juga nawarin beragam tempat penginapan. Mulai dari yang mahal, sampai yang harganya murah meriah, Mungkin bisa dibilang mirip Yogjakarta dan Bali kali, ya? Selain hotel, di Malang rupanya juga banyak guest house. Kami pun waktu itu memutuskan untu menginap di Shinta Guest House di Jalan Lasem no.6, Jawa Timur.
Kalau dari harga, memang relatif sangat terjangkau, sih. untuk tipe kamar yang saya tempatin, dengan area yang cukup luas, harganya nggak sampai 400 ribu. Kondisi kamar dan kamar mandinya juga sangat bersih. Sementara untuk keseluruhan, guest house ini saya kasih nilai 7.5. Alasannya, karena tempatnya nyaman dan bersih, lokasi juga strategis di tengah kota.
Cuma untuk sarapannya rada kurang, nih. Waktu itu sarapannya roti dan pancake. Memang, sih, gue nggak ngarepin makanan bufe layaknya hotel, tapi paling nggak nasi goreng atau mie goreng. Lucunya lagi, di sini nggak nyediain ekstra bed. Umh... apa semua guest house memang begini, ya, kebijakannya?
Umh, apa lagi, ya? Kalau ngomongin alasan kenapa kita liburan ke Malang, ya, mungkin faktor yang mendasar 3 hal ini aja kali, ya. Berhubung waktu itu kami nggak nggak sempat mengeksplorasi banyak tempat, lain waktu pengen banget bisa liburan keluarga ke sini lagi. Masih penasaran juga sama Pulau Sempu. Mungkin nunggu Bumi besar dulu. Setahu saya jalurnya lumayan berat. Nggak cocok, deh, buat anak-anak, apalagi anak umur lima tahun seperti Bumi.
Doakan kami supaya bisa segera ke Pulau Sempu, ya.