Belum lama ini saya sempat melihat seorang teman yang share foto selfie untuk sang suami. Sebenarnya, sah-sah saja, sih, kalau mau posting foto selfie. Toh, pemandangan seperti ini sudah lumrah dan sering wira-wiri di time line sosial media. Namun, ketika foto tersebut bersifat personal (terlihat dari foto dan caption yang ‘menggoda’) apakah masih pantas untuk share di sosial media?
Memang, banyak orang yang menggampangkan dengan berpikir, “Ini kan akun sosial pribadi, jadi apa saja, boleh dishare, dong.” Atau, tidak sedikit juga orang yang berpikir, “Kalau nggak suka dengan postingan si A atau si B, ya, unshare atau, block saja”.
Memang, memutuskan untuk unshare atau block seseorang bisa dengan mudah kita lakukan dan jadi pilihan. Tapi apakah lantas menghalalkan kita untuk memposting segala hal tanpa berpikir lebih dulu? Paling tidak, saya selalu berusaha untuk tidak menganggap sosial media sebagai chatting room terlebih online diary.
Saya jadi ingat dengan kalimat yang ditulis Thomas Streeter, penulis The Net Effect : Romanticism, Capitalism and The Internet, ia mengatakan bahwa saat ini memang sangat sulit bagi seseorang untuk membedakan bagian mana dari relationship yang harus disimpan secara private dengan yang boleh di-share di publik.
Menurutnya, sosial media akan berubah menjadi sebuah kesalahan fatal saat seseorang mulai menjadikan fungsinya sebagai pengganti face to face. Jadi, alangkah baiknya menggunakan sosial media untuk memberikan opini terhadap sesuatu yang bermanfaat untuk followers.
Sayangnya, saat ini banyak yang sering lupa untuk berpikir ulang apakah postingan kita di sosial media pantas untuk kita share? Apakah pantas dijadikan konsumsi publik? Sering kali kita tidak sadar kalau apa yang kita posting di sosial media merupakan suatu hal yang berbahaya, atau bahkan berdampak buruk di kemudian hari. Sementara, sebagai orangtua kita pun dituntut untuk lebih hati-hati dan memerhatikan jejak digital.
Belajar dari banyak kasus, seperti kasus perempuan yang mengatakan perempuan hamil yang suka minta tempat duduk di kendaraan umum hanya menyusahkan orang, belajar dari kasus seorang Ibu yang dengan bangganya posting foto anaknya sedang merokok, saya pun yakin bahwa tidak semua hal patut kita bagikan di sosial media.
Relationship issue
Saya rasa semua teman ataupun keluarga yang mengenal kita, sudah paham kalau kita menyangi pasangan. Selama itu diperlihatkan secara 'santun' sebenarnya tidak masalah. Menjadi masalah kalau ungkapan sayang kita terwujud dalam bentuk foto-foto yang sangat mesra bahkan cenderung vulgar. Atau mungkin ketika sedang kesal dengan pasangan lantas membebaskan kita untuk mengumpat? Nggak dong, ya. Buat saya percakapan yang sifatnya begitu personal nggak perlu dibagikan di sosial media.
Foto 'vulgar'
Pernah merasa gemas melihat lipatan-lipatan di tubuh montok anak kita? Ingin mempostingnya di social media? Nah, coba ingat-ingat, jangan pernah memasukkan foto anak ketika sedang mandi atau ganti baju di social media. Social media sangat mudah diakses oleh siapapun dan dari manapun. Posting foto anak di sosial media juga ada etikanya. Begitu juga dengan foto diri. Memang social media bukanlah sebuah perusahaan yang memiliki aturan baku untuk berpenampilan. Tapi, ingat saja, sebagai isteri dari seorang suami, dan ibu dari seorang anak (atau anak-anak) tetap ada nilai diri yang perlu kita jaga. Tak hanya untuk nama baik diri sendiri tai juga menjaga perasaan keluarga kita.
Opini negatif soal perusahaan
Saya masih ingat dengan jelas, sebelum saya masuk dan bekerja di MommiesDaily, saya sempat ditanya mengenai akun media sosial saya. Meskipun bisa dibilang saya bukan tipe orang yang senang menuliskan sumpah serapah di sosial media, tapi tetap saja saya khawatir. Jangan-jangan ada postingan saya yang memang kurang sopan. Namanya juga manusia, ya, pasti pernah lupa. Saya sendiri sangat sadar kalau sebagai karyawan memang sangat tidak etis kalau mengumbar ketidakpuasan kita terhadap perusahaan. Jadi, kalau memang sedang merasa bad mood dengan pekerjaan, lebih baik alihkan pada sesuatu hal yang lebih positif.
Foto yang ‘memalukan’
Pernah nggak terbayang betapa menyebalkannya kalau teman atau saudara kita memposting foto kita yang tampak memalukan? Ok, sesaat hal ini terkesan lucu dan menghibur. Tapi bukan tidak mungkin jika postingan tersebut akan ‘memancing keributan’ dengan orang yang bersangkutan. Seorang teman pernah bilang ke saya, “Memposting foto gue saat tertidur pulas dengan mulut terbuka, sama memalukannya dengan foto saat kita buang air besar di kamar mandi.
Sejauh ini 4 hal inilah yang saya anggap tidak perlu kita bagikan di sosial media. Mommies yang lain ingin memberikan tambahan?