Katanya, manusia adalah mahluk seksual. Jadi baik perempuan ataupun laki pasti nggak akan bisa dilepaskan dari seks. Tapi, kok, yang saya rasain setelah menikah terlebih lagi punya anak, saya jadi lebih sulit untuk turn on, ya? Kalau mau dibandingkan saat pacaran dulu, kan bawaannya penasaran terus tuh, ya? Syukurnya, sih, saya dan mantan pacar yang kini jadi suami bisa tahan dan memilih untuk menjaga komitmen untuk tidak melakukan seks pra nikah. Sampai akhirnya segala rasa penasaran saya bisa terbayarkan setelah resmi menikah.
Eh, soal seks pra nikah ini bukan pencitraan, lho. Saya sih yakin hal ini memang nggak terlepas dari pola asuh orangtua. Dari dulu Mama dan kedua kakak perempuan saya juga selalu wanti-wanti soal hal ini. Pesanya nggak jauh-jauh dari, pacaran boleh asal saya tau batasnya.
Balik lagi ke masalah mahluk seksual, seperti yang sudah sata tulis di atas kalau sekarang keinginan saya untuk mesra-mesraan dengan suami bisa dibilang sudah berkurang. Urusan kepuasan biologis yang satu ini rasanya sudah jadi nomor buntut. Ada yang ngerasin hal serupa nggak sih dengan saya? Alhamdulillahnya sih, saya tidak sampai merasakan pada titik ‘dingin’ untuk melakukan hubungan seksual *knocking on the wood*
Tapi ternyata kondisi seperti ini nggak cuma saya saja kok yang ngerasain. Waktu lagi ngobrol dengan beberapa teman dekat, mereka pun merasakan hal yang serupa. Hal ini pun akhirnya bikin saya bertanya-tanya sendiri, kenapa ya tidak sedikit perempuan yang sudah lama menikah sepertinya enggan melakukan hubungan seksual?
Setelah browsing sana-sini, tanpa sengaja akhirnya menemukan sebuah video yang dibuat oleh Liputan6.com. Dalam video tersebut, Zoya Amirin M.Psi memberikan penjelasan yang cukup logis. Satu-satunya seksolog perempuan yang berlatar belakang ilmu psikologi ini mengungkapkan kalau pada dasarnya manusia lebih banyak dikontrol oleh hormon. Dalam hal ini, kita sebagai perempuan hormonnya paling cepat tersambung ke bagian limbik sistem, atau otak emosi. Sistem limbik ini berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang, termasuk dorongan seks.
Saya juga pernah baca kalau sistem limbik ini katanya bagian yang menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Tokoh psikologi Carl Gustav Jung bahkan menyebutnya sebagai sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. Sementara, LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
Selanjutnya: Perempuan dan multitasking, ternyata juga salah satu penyebabnya lho!
Menurut Zoya hal ini pulalah yang membuat kita para perempuan bisa multitasking. Di mana perempuan ini bisa melakukan banyak melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Lalu, apa hubungannya antara perempuan yang melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan dengan kemampuan seksual?
Ternyata, ketika perempuan sedang ingin menikmati kebersamaan dengan suaminya, atau saat seorang perempuan ingin melakukan hubungan seksual, di waktu yang bersamaan mereka banyak memikirkan hal lain. Pikiran selain hubungan seksual inilah yang akhirnya menyebabkan keinginan untuk berhubungan seksual ini teralihkan oleh hal lain. Mulai dari masalah keuangan, masalah sekolah anak, ataupun masalah ‘dapur’ lainnya.
Selain itu, ternyata kondisi perempuan yang setelah menikah sering kehilangan jati diri juga menjadi memicu kenapa mood untuk melakukan hubungan seksual ini menjadi sering hilang. Ujung-ujungnya perempuan jadi sering lupa dengan identitas mereka sebagai mahluk sosial.
Seperti yang diungkapkan perempuan lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini, “Ketika perempuan lupa akan identitasnya, dia juga bisa lupa dengan identitas kalau sebagai manusia mereka adalah makhluk seksual. Peran perempuan itu bukan hanya cuma sebagai istri, dan ibunya anak-anak. Distraksi inilah yang bikin perempuan kurang menikmati hubungan seksualnya,”
Ya, nggak bisa dipungkiri, sih, setelah menikah banyak perempuan yang kehilangan identitasnya. Baru nikah, langsung panggil dengan nama sapaan suami. Saat punya anak dan sudah sekolah, kita pun punya panggilan lain yaitu nama anak kita. Saya sendiri kalau di group orangtua murid sekolahnya Bumi, sering disapa Mamanya Bumi. Belum lagi kalau mau disangkutin dengan berbagai hobi yang sudah mulai terlupakan setelah kita menjabat menjadi seoramg istri dan Ibu.
Saya jadi teringat dengan artikel Hanzky yang judulnya '9 Hal dari 9 Tahun Perkawinan'. Salah satu poin yang dibahas adalah bagaimana dirinya selalu berusaha me-maintain identitas mereka masing-masing.
Dalam artikel tersebut Hanzky menulis, “Makanya menurut saya, penting sekali untuk punya kehidupan lain di luar kehidupan kita sebagai istri dan ibu. Wajib hukumnya untuk keluar bersama teman entah lunch date atau ngopi-ngopi cantik. Proses menggali potensi diri juga tidak boleh berhenti setelah mempunyai anak. Beda sekali, lho, gregetnya orang yang semangat hidup, terus belajar dan berkarya serta terinspirasi dengan yang content, pasrah dan menerima apa adanya.”
Wiiih.... ternyata urusan perempuan yang sering merasa enggan berhubungan seksual benar-benar kompleks, ya!