banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

7/24, Potret Pernikahan Masa Kini

author

irasistible23 Dec 2014

7/24, Potret Pernikahan Masa Kini

724*Gambar dari sini

Saat film 7/24 dirilis, saya cukup penasaran. Kenapa? Sebab, film ini adalah film yang jadi ajang come back-nya Dian Sastrowardoyo ke dunia akting. Plus, di sini, Dian beradu akting dengan Lukman Sardi pula. Selama ini, Lukman adalah salah satu aktor yang selalu menawan hati saya di tiap penampilannya. Total abis lah!

Terus, dalam sinopsisnya, film ini berkisah tentang sepasang suami istri masa kini yang sama-sama super sibuk dan gila kerja. Bahkan, untuk bertemu saja mereka sulit. Namun, kesibukan itu tidak membuat mereka saling cuek. Mereka mengatasi masalah itu dengan rutin berkomunikasi via ponsel atau media sosial.

Tantangan terjadi saat mereka sama-sama jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama 7 hari. Apakah peristiwa ini bisa mendekatkan keduanya, atau justru membuat rumah tangga mereka retak?

Saya pun langsung bergegas membeli tiketnya dan menonton bersama beberapa teman. Soalnya, saya merasa akan mendapatkan pencerahan karena, kok masalah yang ditampilkan dalam film itu gue banget ya, hahaha.. Maklum, namanya juga pasangan suami istri masa kini. Meski enggak seekstrem kehidupan Tyo dan Tania di film 7/24, tapi ada beberapa aspek dalam rumah tangga saya yang membuat saya merasa memiliki kesamaan dengan apa yang ditampilkan dalam film.

Ada satu hal yang paling saya sukai dari keseluruhan film ini. Selain menampilkan “huru-hara” yang biasa dialami pasangan suami istri modern, 7/24 juga menghadirkan isu tentang wanita bekerja dan beberapa kontroversinya. Aha, ini gue banget, nih!

Dikisahkan, Tania adalah seorang wanita karier yang perfeksionis dalam bidang pekerjaan. Setiap hari, ia berusaha menyeimbangkan pekerjaan dan keluarganya semaksimal mungkin.

Pilihan Tania untuk berkarier didukung penuh oleh Tyo, sang suami. Saat Tyo masih meniti karier di dunia sutradara, Tania lah satu-satunya orang yang percaya bahwa Tyo bisa menjadi seorang sutradara hebat kelak. Kini setelah Tyo menjadi sutradara peraih penghargaan, ia ingin memberikan dukungan yang sama kepada sang istri.

Di kehidupan nyata, saya sendiri cukup beruntung memiliki pasangan yang sedikit banyak mirip dengan Tyo. Bagaimana bentuk dukungan suami saya terhadap pilihan saya untuk menjadi ibu bekerja? Lihat di halaman selanjutnya, ya!

hold_handSuami saya tak pernah sekalipun melarang saya bekerja atau menyuruh saya berhenti bekerja. Bahkan, ia mendukung apapun yang saya lakukan dalam lingkup pekerjaan. Tugas ke luar kota, boleh. Lembur sampai malam, silakan. Dan lain sebagainya.

Bentuk dukungan utama yang saya dapatkan dari suami bukanlah tepukan di pundak, kata-kata cinta atau hal-hal romantis lainnya. Bagi saya, bentuk dukungan utama yang ia lakukan adalah, ia mau berbagi tugas rumah tangga serta pengasuhan anak. Ini, menurut saya, adalah salah satu bentuk dukungan yang bukan sekadar ngomong belaka, atau NATO (no action talk only).

Suami nggak hanya gembar-gembor “Aku dukung kamu bekerja” blablabla. Ia juga mau mengurus anak selagi saya ke luar kota, membersihkan rumah saat ART mudik sementara saya sibuk deadline, atau membacakan dongeng untuk anak saat saya lembur. Just like Tyo does in the movie.

Semua bentuk dukungan itu pun sebisa mungkin saya tanggapi secara bijaksana. Nggak mentang-mentang punya suami yang suportif lalu saya enak-enakan kerja dan melupakan tugas plus kewajiban sebagai istri dan ibu. Ya nggak lah ya.

Seperti karakter Tania di film 7/24, saya juga tahu diri. Pekerjaan dan keluarga memang sama-sama penting. Namun yang utama tetaplah keluarga. Sebab, seperti yang berkali-kali di-mention di dalam film, “The foundation of everything is a good family”.

Sisi lain dari perempuan bekerja adalah tokoh Mama Tania (diperankan Minati Atmanegara), yang menjadi single parent sejak Tania masih kecil. Kini, sang Mama tinggal bersama keluarga Tyo dan Tania.

Rupanya, penyebab Mama bercerai dengan Papa Tania adalah soal pekerjaan. Papa Tania tidak setuju sang istri berkarier dan menyuruhnya untuk berhenti. Sang Mama tidak sepakat, dan akhirnya memilih untuk bercerai dan tinggal berdua dengan Tania.

Satu kalimat yang diucapkan Mama di dalam film yang saya ingat betul, yakni:

“Mama lega waktu kamu menikah dengan Tyo. Mama tahu, Tyo tidak akan pernah menyuruh kamu berhenti bekerja, seperti Papa kamu dulu.”

Ucapan itu mirip dengan ucapan Mama saya sendiri saat saya masih lajang. Saya pernah punya pacar yang datang dari latar belakang konservatif yang gemar mengekang. Saat kami putus, Mama bernafas cukup lega karena “Mama tahu kamu tidak akan boleh bekerja jika menikah dengan dia. Hidup kamu tidak akan sebebas sekarang dan karena kamu sangat cinta pekerjaan, bisa-bisa kamu menderita nanti.”

Makanya, Mama senang saat saya pacaran dan akhirnya menikah dengan suami. Sebab, Mama tahu, suami saya tidak akan pernah melarang istrinya untuk bekerja. Apalagi, suami dan Mama tahu betul, bahwa bekerja adalah salah satu hal di dunia yang membuat saya merasa lebih hidup. I love my job. I really do.

Nah, jadi ngelantur panjang kan, hehehe… Anyway, buat pasangan yang sama-sama sibuk, coba tonton 7/24 deh. Dijamin bakal ketawa-ketawa kecil karena banyak adegan yang seolah-seolah menampar muka kita.

Buat para perempuan yang ingin konsisten berkarier, film ini juga oke banget untuk dijadikan pembenaran diri, hahaha… Meski kurang dalam saat mengeksplorasi passion Tania terhadap pekerjaannya, namun kehadiran Tyo dan Mama mempertajam makna dan dukungan terhadap ibu bekerja.

Selamat menonton!

PAGES:

Share Article

author

irasistible

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan