Sebelum memulangkan ART (untuk kedua kalinya), saya dan suami sudah berunding memikirkan masak-masak solusi setiap masalah yang (pasti) muncul terkait ketidakhadiran orang ke-empat (baca ART) di rumah kami itu. Hal pertama yang kami pikirkan adalah SIAPA YANG AKAN MENJAGA QISTI? Jujur, salah satu alasan kami mempekerjakan ART adalah untuk menjaga buah hati kami.
Sebelum memanggil perempuan yang sudah menjadi bagian keluarga kami selama 14 bulan itu, saya dan suami bertanya berulang-ulang, yakinkah memulangkan dia? Jawaban masih tetap yakin. Perkara mengasuh Qisti saya dan suami sudah sepakat untuk mengasuh sendiri (aka saya resign dari pekerjaan dan beneran jadi IRT). Paling malam hari saya cari kerja sambilan – ngajar di kampus atau tempat les (kebetulan waktu ada beberapa kesempatan).
Namun saat harus mengundurkan diri, terasa ada yang berat. Kebetulan perusahaan juga masih memberikan kesempatan untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Akhirnya setelah timbang sana timbang sini, lari sana lari sini, diputuskanlah untuk menitipkan Qisti di salah satu daycare yang dekat kantor (dan dekat rumah juga, tengah-tengah lah).
Masalah kedua yang pasti dihadapi adalah pekerjaan rumah tangga, cuci piring, cuci baju, ngepel, nyapu, dll, dkk, dst. Namun, untuk masalah ini kami sudah sepakat untuk mengerjakannya sendiri. Bagi-bagi tugas, suami nyuci dan nyetrika, saya masak dan beres-beres rumah. Atau nyuci bisa sambil masak. Bangun subuh-subuh. Masukin cucian ke mesin cuci. Putar…putar…putar…bilas…bilas…bilas…selesai.
*Gambar dari sini
Masalah ketiga yang pasti dihadapi adalah rumah kosong, sementara pintu masuknya belum ada pagarnya (yang dipagar baru samping kiri-kanan dan depan). Namun ini tidak terlalu khawatir, kami bisa pasang webcam. Apalagi rumah kami juga bukan rumah mewah. Tetanggapun mayoritas adalah IRT yang seharian ada di rumah (jadi bisa nitip-nitip buat jagain).
Seminggu pertama berjalan lancar. Rasanya saya bisa handle pekerjaan rumah sendiri. Masak dan nyuci baju bisa dilakukan pagi hari. Nyapu dan ngepel agak siangan pas Qisti tidur. Namun tralalala…setelah dua minggu berlalu, ternyata muncul masalah ini.
Qisti sakit dan harus dua kali dibawa ke dokter. Sakit pilek, batuk dan panas tinggi, bahkan sempat kena campak. Terpaksalah ijin dari kantor hingga berhari-hari. Selain itu, setelah beberapa hari berlalu semangat untuk mengerjakan pekerjaan rumah mulai menyusut… hahahaha…akhirnya banyak pekerjaan rumah tangga yang terbengkalai =p (setelah melahirkan kayaknya tenaga tidak sekuat biasanya).
Sempat tergoda menelepon sana sini untuk mencari “Si orang ke empat itu”. Namun pas giliran mertua menawarkan asisten rumah tangga, saya justru yang memilih untuk mengerjakan semuanya sendiri.
Kebetulan habis lebaran lalu, ada tetangga depan rumah yang mau bermain bersama Qisti selama kami bekerja. Kebetulan tetangga tersebut yang juga menjaga suami dan adiknya saat mereka masih kecil. Kebetulan mereka juga hingga kini belum dikaruniai anak.
Saya merasa, justru dengan menitipkan Qisti di rumah tetangga saya itu, ia bisa mendapatkan figur seorang nenek dan kakek. Kebetulan orangtua saya sudah meninggal, dan mertua tinggal di Bogor. Cukup jauh dari keluarga kecil kami yang saat ini tinggal di Batam.
Namun meski sudah mantap mengambil langkah hidup tanpa ART, terkadang bila melihat tumpukan cucian atau rumah yang berserak dengan mainan Qisti, saya sering tergoda untuk mencari “Si orang keempat” sih :D