Setiap kali melihat bikini untuk anak-anak di bagian pakaian renang, saya selalu saja gatal ingin membelinya untuk Raysa. Awalnya waktu Raysa masih balita, saya tidak begitu ambil pusing masalah bikini ini. Jujur saja, waktu Raysa berusia 1 tahun lebih, saya pernah membelikannya bikini dan memang lucu banget sih dipakai anak yang masih seumuran segitu. Badannya masih montok dan menggemaskan. Jadi pengen cubit-cubit rasanya.
Tapi setelah itu malah saya jadi berpikir tentang perasaan saya sebenarnya terhadap pemilihan bikini untuk baju renang anak-anak. Pada dasarnya sebenarnya saya sendiri tidak sreg dengan pemilihan bikini untuk baju renang anak-anak. Kenapa?
1. Banyak baju renang lainnya yang modelnya juga lucu
Ya, memang alasan utama saya pada permulaan membeli bikini untuk Raysa adalah karena modelnya lucu. Tapi kalau ditilik lagi, baju renang untuk anak-anak malah lebih banyak pilihannya ketimbang baju renang dewasa dan dengan harga terjangkau modelnya pun lucu-lucu.
2. Terkait dengan masalah pelecehan seksual dan pedofilia belakangan ini
Dengan merebaknya berita seputar pelecehan seksual yang beredar belakangan ini, saya makin ngeri untuk membiarkan anak saya memakai baju renang minim di kolam renang umum. Mungkin memang di mata orang dewasa normal tubuh anak kecil belum ada nilai tambah seksualitasnya. Tapi untuk yang normal, ya. Bagaimana kalau tidak normal? Banyak kasus pedofilia di mana orang dewasa malah tertarik melihat anak kecil dan tertariknya bukan dalam konteks karena anak kecil ini menggemaskan, tapi lebih ke arah seksual. Serem kan? Kita tidak pernah tahu bagaimana orang-orang yang berada di tempat umum karakteristiknya. Lebih baik kita waspada demi keamanan anak kita, bukan?
3. Penghargaan terhadap tubuh sendiri
Sebagai seorang Muslim saya dibesarkan untuk menghargai bagian tubuh kita dan juga tentang pentingnya menutup aurat. Harus saya akui, mungkin saya tidak menjalankan ini 100%. Tapi ini memberikan fondasi untuk saya dalam berbusana juga. Walaupun saya kadang masih memakai rok di atas lutut atau baju tidak berlengan tapi saya sendiri sungkan memakai hot pants dan tube dress. Nah, nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua saya ketika kecil adalah yang membuat saya berpikiran demikian.
Nilai-nilai yang sama ingin saya ajarkan pada anak saya, bahwa sebagai perempuan menutup bagian tertentu tubuhnya adalah bentuk penghargaan. Saya tidak ingin anak saya merasa percaya dirinya dibangun dari memperlihatkan bentuk tubuhnya. Ke depannya, mungkin saya tidak akan ambil pusing bagaimana dia berpakaian setelah dewasa. Asalkan dia tahu bahwa hal tersebut tidak ada kaitannya antara kepercayaan dirinya.
4. Tidak ingin dinilai memiliki standar ganda
Saya sempat berpikir, sih, di dalam hati "Ah, tidak apa-apa, kan masih kecil?". Nah, tapi bagaimana kalau nanti setelah dewasa saya melarang anak saya memakai bikini dan dia melihat fotonya ketika kecil dan bertanya kenapa waktu kecil boleh memakai bikini dan setelah dewasa tidak? Mungkin, saya bisa acuh tak acuh jawab kalau waktu masih kecil sih tidak masalah. Tapi ini justru memberikan kesan saya memiliki standar ganda dalam membesarkannya.
Inilah beberapa alasan saya sampai akhirnya saya menolak bikini dari lemari Raysa. Bagaimana dengan mommies? Punya pandangan berbeda yang ingin dibagi dengan kami? We're open to discussion :)