Gara-gara doyan nulis diary dari zaman SD, ditambah saat SMA ikutan ekskul mading, tekad saya semakin bulat untuk menjadi jurnalis. Beruntung, waktu mengutarakan keinginan kuliah di Fakultas Komunikasi, Jurusan Jurnalistik, orangtua saya setuju. Beragam reaksi justru datang dari beberapa teman saya.
“Hah? Loe mau ambil jurusan jurnalistik? Ngapain, sih, Dis.. mending juga ambil jurusan ekomoni atau hukum kaya gue aja. Kuliah jurnalistik, loe mau jadi tukang koran?”
Errrr.... sebal juga, sih, waktu mendengar respon yang dilontarkan teman saya ini. Tapi, ya, sudahlah... anjing menggongong kafilah berlalu. Dengan modal keyakinan dan tentunya dukungan dari orangtua, saya pun tetap melanjutkan kuliah sesuai dengan minat.
Hasilnya? Alhamdulillah saya nggak jadi tukang koran :D Sekarang ini bisa bergabung di dalam keluarga Female Daily Network, tepatnya lagi di Mommies Daily. Kalau dulu kerjaan saya majalah pria dewasa nggak jauh dari liputan dugem atau wawancara model perempuan bertubuh aduhai, sekarang dengan bekerja di Mommies Daily ilmu parenting saya makin banyak! Pas lah dengan jabatan lain yang saya sandang saat ini, menjadi istri dan seorang ibu.
Sampai sekarang pun saya nggak pernah menyesal karena sudah mengikuti kata hati waktu itu. Semua ini juga bisa terjadi lantaran orangtua yang mengikhlaskan saya untuk meneruskan kuliah sesuai dengan minat sendiri, persis seperti yang Lita ceritakan di artikel ini. Mungkin, kalau mereka nggak mengizinkan saya kuliah di Jurusan Jurnalistik, sejarah hidup saya berubah. Bahkan mungkin saja tidak akan ada Bumi. Lah wong, saya kenal dan pacaran dengan suami lantaran satu kampus dan satu jurusan, hehehe...
Bisa menekuni profesi yang sesuai panggilan hati seperti saya ini tentu merupakan salah satu anugerah. Karena saya tau memang nggak semua orang seberuntung saya. Pelajaran penting yang bisa saya ambil dari sini adalah, kita sebagai orangtua memang sama sekali nggak bisa memaksakan kehendak. Karena sesungguhnya orangtua belum tentu tau apa yang terbaik untuk anak-anaknya. Yang terpenting, bagaimana kita mengetahui minat anak. Jika anak sudah bisa menemukan dan menyadari potensinya, kita pun akan lebih mudah membantu pengembangan potensi dirinya.
Saya sendiri punya indikator untuk mengetahui apakah saya cocok dengan pekerjaan yang saya jalankan. Biar bagaimanapun, saya pernah kok merasakan masa-masa tidak nyaman dengan pekerjaan. Berikut beberapa ciri yang saya rasakan saat me-review apakah saya cocok dengan pekerjaan yang sedang dijalani. Siapa tau, berguna juga buat Mommies yang lain.
Cepat Mengeluh
Dikit-dikit bilang capek, dikit-dikit bos atau teman sekantor menyebalkan. Nah, kalau sudah banyak ngedumel seperti ini, biasaya sih sudah bisa jadi salah satu clue, kalau kita sudah nggak berminat dengan pekerjaan. Kalau sudah begini, tidak peduli apa pun tugas yang dlakukan di tempat kerja, pasti ujung-ujungnya merasa nggak puas. Hal ini jelas menunjukkan kalau pekerjaan yang kita jalankan nggak bikin kita bahagia. Atau mungkin saja memang pekerjaan tersebut nggak tepat untuk kita.
Tidak Bangga
Saya selalu bangga dengan profesi yang saya jalankan saat ini. Sebagai istri, ibu, sekaligus penulis. Buat saya, ketika seseorang merasa bangga dan bersemangat dengan apa yang dikerjakan, sebenarnya salah satu tanda kalau dirinya menyenangi pekerjaannya. Iya kan? Lagipula, yakin, deh, selama kita melakukan pekerjaan yang memang disenangi, waktu bisa dilewati dengan cepat. Bahkan bukan nggak mungkin pekerjaan bisa diangkap sebagai me time juga. Jadi, ketika kita sudah merasa terbeban, tidak bangga, pasti ada sesuatu yang salah.
Melakukannya Untuk Uang
Siapa, sih, di dunia ini yang nggak butuh uang? Semua pasti butuh! Lah wong zaman sekarang apa-apa serba mahal. Walaupun begitu, ada saatnya uang tidak menjadi prioritas. Apa artinya kalau gaji tinggi jika hidup nggak bahagia? Selalu merasa stres dengan pekerjaan? Kalau stres dengan mudah menyerang kehidupan, pada akhirnya tentu bisa mempengaruhi kesehatan. Belum lagi dengan hilangnya waktu kebersamaan dengan keluarga. Meskipun sampai saat ini saya belum memutuskan untuk bekerja di rumah sepenuhnya, tapi saya tetap ingin menghabiskan waktu bersama-sama anak dan suami. Ada beberapa rambu yang terus saya pegang. Salah satunya masalah keseimbangan waktu antara di rumah dan di kantor.
Paling tidak saya sudah merasakan dampak yang begitu besar karena memilih pekerjaan yang sesuai dengan keinginan. Saya sendiri percaya pilihan pekerjaan yang tepat akan memiliki efek positif pada hidup karena kita melakukan sesuatu yang membuat bahagia. Di sisi lain, jika kalau kita terjebak dalam karir yang salah, hidup tentu akan terasa semakin berat. Mudah-mudahan pekerjaan apapun yang Mommies jalankan semuanya sesuai dengan minat sendiri, ya. Dan pastinya, bekerja atas nama cinta keluarga.