Seminggu sebelum cuti melahirkan saya habis, saya ditawari untuk bekerja dari rumah. Tentu saja saya terima dengan senang hati. Selain bisa lebih banyak waktu dengan anak , saya tidak perlu lagi tiap hari bertarung dengan kemacetan Jakarta.
Ini beberapa kiat untuk bekerja di rumah setelah saya alami beberapa tahun:
Punya pengasuh anak
Pekerjaan saya, walaupun dikerjakan di rumah tetap pekerjaan full time dengan load yang cukup tinggi dan banyak deadline. Jadi tidak mungkin menunggu anak saya tidur untuk bekerja. Saya juga sekitar tiap minggu harus ke kantor untuk meeting dan kadang juga ditugaskan ke luar kota/ luar negeri sehingga tetap perlu ada yang menjaga anak saya selama saya tidak available.
Ada ruang tersendiri untuk bekerja
Tidak perlu ruang kerja khusus. Saya memakai ruang tidur saya. Yang pasti tidak mungkin bekerja dalam satu ruang dengan anak saya yang sedang bermain. Karena dia pasti akan minta saya ikut bermain atau ikut memencet-mencet laptop. Jadi biasanya jika bekerja pintu kamar saya tutup tetapi jendela saya buka. Jadi sambil bekerja saya bisa mendengar suara-suara anak saya yang sedang berada di ruang lain.
Disiplin waktu
Sejujurnya bekerja di rumah jauh lebih banyak gangguan daripada bekerja di kantor. Tidak ada bos yang mengawasi atau teman bekerja yang membuat kita tidak enak kalau bermalas-malasan. Saya biasanya memanfaatkan waktu anak saya tidur untuk lebih fokus bekerja sehingga ketika anak saya sudah bangun sudah tidak terlalu banyak pekerjaan lagi.
Manfaatkan teknologi
Koneksi internet yang bagus is a must. Juga smart phones untuk back up koneksi internet. Telfon rumah sangat berguna untuk teleconference yang kadang berjam-jam karena sinyalnya lebih bagus dan tidak pakai cerita habis batere. Selain itu benda-benda standard bekerja lainnya seperti laptop, printer dan scanner. Tergantung jenis pekerjaannya.
Jaga hubungan baik dengan orang-orang kantor
Dokumen yang harusnya kita ambil ke kantor bisa dibantu discan lalu dikirim lewat email oleh orang kantor. Atau barang yang perlu diambil bisa dititipkan kepada orang kantor yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya jadi saya tidak perlu terlalu sering ke kantor.
Jangan lupa jika kita dapat fee, bawalah makanan untuk orang-orang kantor atau jika suka numpang print di kantor, ikutlah berpartisipasi membeli tinta printer.
Kerja di rumah biasanya dihitung sebagai freelance jadi tidak dapat penghasilan tetap seperti kerja kantoran. Walaupun biasanya penghasilannya lebih besar daripada kerja kantoran. Dalam kasus saya, saya dibayar setahun sekali. Atur penghasilan ketika belum menerima bayaran supaya tetap cukup dan jangan tergoda beli ini itu ketika menerima fee yang langsung besar.
Dulu bayangan saya tidak bekerja di kantor berarti bekerja di café-café. Tapi saya malah hampir tidak pernah. Karena malah jadi kepikiran anak saya lagi apa, juga koneksi internetnya sering kurang bagus.
Ada ibu bekerja di rumah yang lain? Sharing kiat-kiatnya juga dong!