20 Desember lalu, genap setahun Tuhan menghadirkan Gendra dalam kehidupan kami. Bayi yang dulu saya panggil “Si Bunder-bunder Merah” karena pipinya yang tembem, mukanya yang bulat, dan kulitnya yang sering memerah ketika nangis atau habis mandi, kini sudah berubah jadi “Si Bunder Putih” yang selain bunder ternyata juga memanjang (baca: tinggi) seperti ayahnya (horee perbaikan keturunan hehehe). Kini, si bunder merah itu sudah makin pintar. Ia sekarang sedang belajar jalan, dan walaupun belum bisa ngomong, tapi sudah paham kalimat perintah dan tanya. Sudah mengenal dan bisa mengidentifikasi dirinya sendiri, anggota keluarga dan orang-orang yang sehari-hari berada di sekelilingnya seperti tetangga dan teman-temannya, sudah bisa tepuk tangan, salim, joget, sudah mengenal sebagian besar anggota badan, dan memiliki keterampilan makan yang baik.
Ulangtahun pertama ini juga menjadi pembuktian buat saya. Karena saya, yang gak begitu suka dengan anak-anak, ternyata bisa juga ngurus anak. Anak saya lulus S1 ASI Ekslusif, S2 ASI (insyaallah sampe S3), dan makan mpasi homemade. Oiya, saya bekerja eight to five dan di kantor, saya orang pertama yang memerah ASI. Semua ini buat saya adalah prestasi. Btw, boleh kan saya bangga sama diri sendiri? Hehe.
Satu tahun Gendra kami rayakan tanpa pesta. Kenapa? Pertama, budget (tentu saja!). Kedua, ultah pertama menurut saya gak perlu dipestakan karena toh anaknya juga gak ngeh apa itu pesta. Ketiga, saya gak terlalu suka rame-rame berlebihan. Tapi saya juga gak mau perayaan satu tahun Gendra berlalu begitu saja. Akhirnya, setelah dipikir-pikir, saya memutuskan perayaan ultah Gendra akan diisi dengan berkunjung ke panti asuhan.
Panti asuhan yang menjadi pilihan saya adalah Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah, Bandung. Dua hari setelah ultah Gendra, 22 Desember, saya, suami, dan Gendra berkunjung ke panti asuhan itu, setelah sebelumnya belanja oleh-oleh dulu untuk teman-teman Gendra di panti. Kami juga mengajak eyang Gendra (ibu saya). Di sana, kami diberi kesempatan melihat bayi dan anak-anak yang hidup tanpa orangtua. Saya mewek. Bayi dan anak-anak di sana sebagian besar sehat dan sempurna. Saya gak habis pikir, kok ada manusia yang tega membuang anak yang bagus-bagus begitu.
Kami gak berlama-lama menghabiskan waktu di panti. Soalnya kalo kelamaan saya pasti makin mewek. Hasil dari kunjungan singkat ini: saya jadi punya ide untuk menjadikan kunjungan ini sebagai acara rutin setiap Gendra ulang tahun. Saya ingin mengajarkan Gendra untuk berbagi sejak ia masih kecil. Saya ingin mengajarkan Gendra untuk bersyukur atas apa yang ia punya dan lebih peka terhadap lingkungannya. Saya ingin kelak, ia menjadi manusia yang rendah hati dan gemar berbagi.
Selamat ulang tahun yang pertama Kagendra Salman Khabib-ku.
*thumbnail dari sini