Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Alasan yang Membuat Saya Yakin untuk Bercerai
Ditulis oleh: Maureen Hitipeuw
Memutuskan bercerai bukanlah perkara mudah. Lalu bagaimana bisa yakin bahwa perceraian adalah jalan terbaik? Bagaimana juga bisa mantap dengan keputusan yang besar ini? When do you draw the line and say enough is enough?
Walaupun tidak ada jawaban yang baku untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut itu, di bawah ini adalah alasan-alasan yang membuat saya pribadi yakin untuk divorce.
Di saat saya sudah bisa benar-benar jujur dengan diri saya sendiri bahwa pernikahan kami sudah kandas dan saya sudah berusaha mempertahankannya sekuat tenaga saya, keputusan untuk bercerai jadi semakin jelas
Untuk mencapai titik ini juga penuh perjuangan karena siapa sih yang mau dengan gampang menyerah? Perlu kekuatan tersendiri untuk bisa jujur pada diri sendiri bahwa ya, saya ‘gagal’ but knowing that I had given 110% trying to fix the marriage, membuat langkah saya sedikit lebih ringan. Bagaimana kalau kita telah melakukan semuanya dan tidak ada improvement?
Setelah sebelumnya saya menangis terseguk-seguk di pertemuan dengan marriage counselor yang tidak membuahkan hasil apa pun. Sadar penuh bagaimana saya sudah jungkir balik untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga tapi ternyata pasangan malah sudah duluan ‘mentally checked out’, saya harus bisa menerima kenyataan pahit bahwa perceraian adalah jalan keluar terbaik. When you feel like you have done everything in your power and you have nothing else to give, then maybe it is time to go on your separate ways.
Acceptance membuat saya bisa melangkah meninggalkan pernikahan saya dengan kepala tegak walaupun butuh waktu lama untuk menata kembali hati yang hancur.
Saya percaya sebuah pernikahan yang kuat seharusnya dilandasi oleh rasa percaya, pengertian dan saling menghormati. Komunikasi juga jadi kunci penting. Lalu bagaimana kalau kepercayaan sudah tidak ada? Di saat kepercayaan itu sudah tidak lagi ada dan saya selalu mempertanyakan semuanya, saya sadar pernikahan saya sudah kandas.
Komunikasi juga sudah tidak sehat membuat percakapan menjadi dingin dan situasi tidak baik. Pada saat itu bisa dibilang komunikasi saya dengan mantan suami hanya bersifat ala kadarnya dan seperlunya. Tidak ada lagi kemampuan atau kemauan untuk berkomunikasi dengan baik.
Pengaruh dari hilangnya faktor kepercayaan? Saya berubah menjadi sesorang yang bukan diri saya sendiri. Perasaan was-was, paranoid selalu merongrong. Terlambat pulang kerja? Seribu satu skenario otomatis terputar di dalam kepala dan menyiksa saya. Hati rasanya sudah tidak lagi tenang. Tidak ada lagi kedamaian seberapa pun kerasnya saya berusaha berpikiran positif.
I was going insane dan depresi membayangi saya.
Di saat kekhawatiran menjadi seorang single mom tampak lebih kecil dibanding membayangkan hidup bersama dalam pernikahan yang sudah tidak lagi ada kehangatan dan cinta, then you are better off alone!
Pernikahan adalah kemitraan dan masing-masing pihak seharusnya melakukan perannya untuk memenuhi kebutuhan pasangannya baik secara fisik, emosional dan spiritual. Bila hal ini sudah tidak ada lagi atau menjadi sepihak, mungkin sudah waktunya untuk menerima kenyataan bahwa pernikahan sudah tidak sehat lagi.
Capek lho pretending to be a happy family padahal sebenarnya kebahagiaan itu sudah tidak lagi ada dan suami-istri sudah hidup seperti roommate. Dan itu yang saya rasakan tahun terakhir sebelum kami sepakat untuk berpisah.
Dari beragam alasan kenapa saya dan mantan suami memutuskan untuk bercerai, ada satu hal yang saya rasa sangat penting: Ketenangan batin dan kedamaian hati!
Butuh waktu lama bagi saya untuk bisa sadar bahwa my inner peace is far more important. Disaat saya sudah bisa berdamai dengan keadaan, sudah juga memaafkan diri sendiri dan mantan suami walaupun kedengarannya klise, tapi hidup saya juga jadi lebih bahagia.
Apa pun alasannya juga keputusannya, saya berharap sahabat Mommies Daily akan menemukan jalan terbaik.
Maureen Hitipeuw adalah ibu tunggal satu anak, blogger (www.scoopsofjoy.com) dan social media influencer, penggagas Single Moms Indonesia (www.singlemomsindonesia.com). Drink way too much coffee, pecinta jalan-jalan dan photography.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS