Bukan Sekedar Menghitung Kalori

Health & Nutrition

mamul・28 May 2014

detail-thumb

CaloriesCount-Post*Gambar dari sini

Seorang teman bercerita kenapa dia hengkang dari metode diet yang dipilihnya, yaitu berdiet dengan cara menghitung kalori. Oh, tolong jangan tanya saya mengenai metode diet ini karena saya (sejujurnya) tidak bisa menghitung kalori! Saya buta soal kalori. Tapi saya masih bisa sadar mana makanan dan minuman yang sebaiknya saya konsumsi demi kesehatan tubuh saya sampai nanti. Kembali ke masalah si teman, usut punya usut, teman saya lama-kelamaan merasa bahwa diet ini tidak cocok untuknya. Alasannya sederhana : jadi nggak konsisten mengonsumsi makanan sehat. Loh, kok bisa ya?

Kalau ada yang bertanya seperti itu, saya sebagai orang awam pun bisa menjawab, “Jelas saja metode diet menghitung kalori bisa menyesatkan pelakunya. Karena kebanyakan para pelaku diet ini hanya menghitung kalorinya saja, tetapi mengesampingkan manfaat makanan dan minuman bagi tubuh”. Yup, kebanyakan mereka hanya menghitung kalori harian saja dan masih bisa cuek makan atau minum apa saja-yang penting perut kenyang-lidah bahagia.

Padahal, sebenarnya diet kalori tidak hanya sekedar menghitung kalori harian saja atau menghitung kalori tiap jenis makanan yang masuk ke tubuh kita. Dengan ditentukannya kalori harian pelaku diet ini, maka diharapkan para pelaku diet lebih memilah makanan apa yang akan dikonsumsi. Nah, sampai di sini, jelas saja yang diharapkan adalah makanan sehat. Sayangnya, para pelaku diet metode menghitung kalori lebih menerapkan “Yang penting kalori harian nggak lebih dari 1500 kalori”. Pada praktiknya, masih banyak yang santai menikmati minuman Vanilla Milkshake ditambah sirup dan float yang menumpuk (jangan tanya saya juga gimana kandungan gulanya, yang pasti banyak banget!). Belum lagi yang masih mengonsumsi junkfood setiap hari dengan asumsi seperti sebelumnya : yang penting kalori harian tidak lebih dari ketetapan yang berlaku.

Selanjutnya: Benarkah metode seperti ini? >>

bananacookies*Gambar dari sini

Meski judulnya metode diet dengan menghitung kalori, bukan berarti kita bebas-merdeka makan dan minum apa saja. Sebagai contoh seperti ini : secangkir coklat panas yang ada di gerai kafe kesayangan itu bisa senilai 330 kalori (kalau ditambah whipped cream, bisa naik menjadi 410 kalori). Biasanya, pelaku diet kalori hanya menghitung,  “Saya sudah minum coklat panas plus whipped cream senilai 410 kalori saat sarapan pagi, maka saya memiliki sisa sekitar  1100 kalori hari ini”.

Karena hanya mengandalkan keinginan lidah, bisa jadi selanjutnya –entah itu saat snack time, makan siang atau saat makan malam- para pelaku diet ini bebas makan apa saja asalkan kebutuhan 1100 kalori terpenuhi. Salah? Bisa jadi. Mengapa demikian? Kemungkinan terbesar, saat makan siang datang, pelaku akan mengonsumsi makanan junkfood yang nilai kalorinya berkisar 500-700 kalori. Silakan dibayangkan untuk jam makan berikutnya.

Jika hanya berpatokan pada total nilai kalori harian, kita bisa terjebak dengan memakan dan meminum apa saja asalkan tidak melebihi kalori harian. Namun kita lupa, makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak hanya dilihat pada nilai kalorinya. Perlu dicermati juga bahan bakunya, kandungan gula dan garam, adakah perasa tambahan di dalam makanan dan minuman tersebut dan jenis lemak yang terkandung di dalamnya. Sebagai informasi tambahan, asupan garam yang terdapat dalam makanan junkfood itu bisa mencapai 1800mg/menu. Tidak salah juga jika kita menikmati minuman yang dihiasi whipped cream atau makan junkfood. Namun akan lebih baik jika kita mulai membatasinya, mengingat nilai kalorinya yang cukup tinggi.

Tidak ada yang salah dalam metode diet menghitung kalori. Hanya saja, kita perlu lebih bijak dalam memilih menu makanan dan minuman, bukan sekedar menghitung nilai kalori setiap menu yang masuk ke dalam perut. Jangan lupakan juga, makanan dan minuman yang kita konsumsi akan memberikan dampak besar untuk kesehatan kita di kemudian hari.

Let’s have a happy-healthy diet for our body.