Sorry, we couldn't find any article matching ''

Evolusi Mainan Favorit Lintas Generasi. Mulai dari Boomers Hingga Alpha.
Mulai dari perahu otok-otok, gimbot, playstation klasik, hingga labubu, evolusi mainan favorit setiap generasi ini menarik banget untuk diulik.
Setiap generasi pasti punya cerita mainannya sendiri. Mungkin kalau generasi baby boomers belum merasakan yang namanya mainan elektronik. Lebih banyak mainan tradisionalnya. Beda dengan Gen-Z atau Alfa yang bengong melihat congklak.
Sementara generasi X dan milenial merasakan semua perpindahan mainan analog hingga digital. Yang namanya dunia anak-anak memang selalu berubah mengikuti zaman, tak terkecuali mainan.
Bagaimana kalau kita nostalgia sejenak, napak tilas jenis-jenis mainan mulai setiap generasi. Bisa jadi bahan juga, nih, buat generasi yang lebih tua memperkenalkan mainan-mainan tradisional yang mungkin belum diketahui anak-anak sekarang.
Baca juga: Mainan Edukasi Anak untuk Tingkatkan Kreativitas Mulai dari Rp 50.000
Mainan Generasi Baby Boomers (1946–1964)
Masa kecil Baby Boomers didominasi dengan permainan dan mainan tradisional simpel tapi seru dimainkan bersama-sama. Mulai dari kelereng, congklak, lompat tali, hingga layangan. Termasuk boneka kain dan mobil-mobilan dari kayu atau kaleng mewarnai hari-hari mereka.
Kelereng/Gundu
Photo by ClickerHappy
Sebenarnya bukan cuma boomers, generasi X juga mengalami main kelereng atau gundu. Di beberapa daerah, kelereng yang berhasil dikeluarkan dari lingkaran langsung jadi kebanggaan tersendiri. Tapi ada juga di area lain seperti Sumatera, main kelereng dengan membuat 3 lubang di tanah.
Lompat Tali/Karet
Illustration AI generated
Ditemani nyanyian atau hitungan, tiap lompatan selalu menantang. Semakin tinggi karet, semakin seru teriak-teriakan sama teman. Yang menyenangkan kalau merangkai karetnya bareng teman-teman.
Congklak
Photo by Freepik
Permainan biji-bijian ini sebenarnya melatih strategi kecil-kecilan. Rasanya puas banget kalau “lumbung kita penuh dengan biji hasil panen. Biasanya kalau sudah begini, yang kalah ngambek atau nangis. Apalagi kalau mainnya sama si adik kecil.
Layangan
Photo by Quang Nguyen Vinh
Menerbangkan layangan sore-sore sambil lari kecil di lapangan itu bikin hati lega. Apalagi buat para pengadu layangan. Kalau sampai berhasil adu potong tali lawan, auto berasa jadi jagoan komplek. Hahaha…
Boneka
Photo by David López
Mainan yang didominasi anak perempuan ini memang cocok buat yang suka main peran, boneka jadi sahabat imajinasi. Dari pura-pura masak sampai jadi guru, semuanya terasa nyata. Akan semakin menyenangkan kalau dimainkan bareng teman, dan masing-masing bawa boneka sendiri.
Perahu Otok-Otok
Bunyinya khas banget ketika dijalankan di atas ember berisi air. Kalau sudah begitu rasanya girang banget. Padahal biasanya umurnya juga nggak panjang-panjang amat, sih.
Mainan Gen X (1965–1980)
Meski masih memainkan mainan tradisional yang juga dimainkan para boomers, anak-anak Gen-X juga mulai mengenal mainan modern dengan sentuhan teknologi. Sebut saja Atari yang stiknya gede banget, Gimbot alias Game Watch yang jadi ikon, diikuti Rubik’s Cube yang legendaris. LEGO klasik juga mulai dimainkan, plus action figure macam GI Joe atau Star Wars, hingga Tamiya mini 4WD bikin anak-anak betah berjam-jam. Yo-yo dan board games seperti Scrabble juga nggak pernah ketinggalan.
Atari
Photo by Freepik
Dulu pertama kali konsolnya datang, hati saya langsung takjub dan bungah. Keren banget di masa itu. Mainnya simpel, sih, tinggal colok ke TV, pilih game klasik seperti Pac-Man atau Space Invaders, terus pakai joystick buat menggerakkan karakternya. Bunyi notifikasinya juga memorable banget.
Game & Watch
Photo by Freepik
Cuma satu layar kecil dengan tombol sederhana, tapi bikin betah berjam-jam. Tugasnya gampang-gampang, mulai dari loncat rintangan atau tangkap telur ayam, atau bahkan sekadar gorila makan pisang. Kalau levelnya sudah tinggi, bikin jantung deg-degan.
Rubik’s Cube
Photo by Freepik
Pegang kubus warna-warni, lalu putar-putar sisi sampai warnanya seragam di tiap sisi. Awalnya bikin frustasi, tapi begitu berhasil? Rasanya kayak juara dunia. Konon kabarnya yang jago matematika bakal bisa melakukannya dengan lebih cepat.
LEGO (versi klasik)
Photo by Lisa from Pexels
Belum ada itu yang namanya lego versi Lord of The Rings atau bahkan Barbie. Tugas kita waktu itu cuma tumpuk balok warna-warni sesuka hati, bisa jadi rumah, mobil, atau bahkan dunia imajinasi sendiri. Satu-satunya batasan, ya, cuma imajinasi kita.
Action figure (GI Joe, Star Wars, He-Man)
Photo by Freepik
Pegang tokoh jagoan favorit, lalu bikin mereka bertarung di ruang tamu atau menyelamatkan dunia imajiner. Fantasi masa kecil langsung hidup di tangan.
Tamiya
Biasanya, nih, anak-anak cowok yang suka merakit mobil kecil dari kit, pasang stiker, lalu adu kecepatan di lintasan. Suara “nguuung” mesinnya bikin semua anak seolah jadi pembalap sejati.
Yo-yo
Photo by Freepik
Tarik, lepas, lalu biarkan benang memutar balik dengan mulus. Kalau jago, bisa bikin trik “walk the dog” atau “around the world” yang bikin semua teman kagum.
Mainan Geng Millennials / Gen Y (1981–1996)
Masa kecil Millennials diwarnai dengan mainan elektronik yang makin canggih. Meski Gen X juga suka memainkannya, anak-anak Milenial justru lebih fasih dengan Tamagotchi dan Game Boy. Disusul konsol Sega dan Nintendo. Anak laki-laki masih sibuk adu Tamiya atau Hot Wheels, sementara anak perempuan gandrung Barbie modern dan Polly Pocket.
Tamagotchi
Photo by Wikipedia
Ini sebenarnya kayak punya hewan peliharaan, tapi versi bisa dikantongin. Mainnya simpel tapi bikin sayang. Tugas kita cuma merawat hewan digital kecil. Jangan sampai lupa kasih makan, main bareng, dan jangan lupa bersihkan ‘ruangannya’ kalau dia “berantakin”. Kalau lupa, siap-siap dia ngambek atau sakit. Ada yang nangis waktu hewan digitalnya wafat?
Game Boy & Sega/Nintendo console
Photo by Wikipedia
Gimbot versi canggih. Game Boy, Sega, dan Nintendo makin dinamis di era ini. Dari Mario sampai Sonic, tiap level bikin kita teriak senang sekaligus frustasi.
Hot Wheels & Matchbox cars
Photo by Wikipedia
Mobil-mobil mini yang rasanya nggak pernah cukup satu. Bikin orangtua Boomers di kala itu mesti merogoh kocek dalam-dalam, karena harganya juga nggak murah-murah amat. Jalankan di trek plastik melingkar atau adu balap di lantai rumah, imajinasinya bisa sampai sirkuit dunia.
Barbie modern & Polly Pocket
Photo by Mattel
Rasanya kalau lihat teman punya Barbie plus rumahnya, auto ingin jadi sahabat dekat. Hahaha…Sementara Polly Pocket kecil mungil selalu siap dibawa ke mana saja. Dua-duanya bikin dunia imajinasi terasa nyata.
Beyblade
Photo by Wikipedia
Tarik peluncur, lalu teriak “let it rip!” Hayo, siapa di sini yang langsung merasa hatinya hangat ingat mainan ini? Beyblade berputar di arena, adu siapa yang paling tahan lama sampai lawan berhenti berputar. Serunya nggak pernah basi. Kalau tidak salah, dulu sampai ada kompetisinya.
PlayStation 1-2
Photo by Wikipedia
Buat para PlayStation addict generasi pertama sampai kedua itu memang rasanya magis banget. Dari momen buka CD sampai suara khas “duuuuunnng” saat logo PS muncul.
Game-nya pun ikonik: balapan liar di Crash Team Racing, petualangan seru bareng Crash Bandicoot atau Spyro, sampai nostalgia main bola Winning Eleven bareng teman-teman (sambil rebutan stick yang sering rusak salah satu tombolnya).
Mainan Gen Z (1997–2010)
Gen Z tumbuh di era internet mulai berkembang pesat. Mainannya makin variatif, dari fidget spinner dan Nerf gun, sampai dunia virtual lewat Minecraft dan Roblox. Koleksi figurine seperti Funko Pop jadi gaya hidup, sementara PlayStation 3–4 serta trading card game seperti Yu-Gi-Oh! dan Pokémon TCG tetap jadi rebutan.
Fidget spinner
Photo by Wikipedia
Diputar di jari hingga berputar cepat, biasanya untuk hiburan atau menenangkan diri. Umurnya singkat tapi cukup membuat heboh jagat mainan kala itu.
Minecraft & Roblox
Photo by Wikipedia
Game kreatif tempat anak-anak Gen Z bisa membangun dunia sendiri, eksplorasi, atau main bareng teman online. Ini cukup membuat hati orangtua deg-degan karena kita suka nggak tahu mereka mainnya sama siapa.
PlayStation 3–4 atau XBox
Konsol untuk main berbagai game modern dengan grafis canggih, dari petualangan hingga kompetisi online.
LEGO Friends / LEGO Technic
Photo by Lego
Menyusun balok LEGO jadi bangunan, kendaraan, atau figur dengan detail sesuai seri masing-masing. Sebenarnya Gen-X dan anak-anak Milenial juga senang, kok, sama Lego ini. Mainan yang memang bisa dimainkan lintas generasi.
Baca juga: Mainan Anak Ramah Lingkungan yang Aman dan Edukatif
Trading card games (Yu-Gi-Oh!, Pokémon TCG)
Photo by Fantasy Sphre
Pemain adu strategi dengan kartu monster, item, atau energi untuk mengalahkan lawan.
Mainan Gen Alpha (2011–sekarang)
Tak bisa dipungkiri, Gen Alpha tumbuh dengan teknologi dalam genggaman. Tablet dan iPad jadi “mainan utama” yang di dalamnya di-install game seperti, Roblox, dan Among Us. Tren tactile toys seperti slime, squishy, dan Pop It juga booming di mana-mana. LOL Surprise! dolls, LEGO Boost, hingga Nintendo Switch ikut meramaikan. Bahkan, mereka sudah akrab dengan mainan berbasis AR seperti Pokémon Go dan coloring book interaktif.
Plushies (Jellycat & Squishmallows)
Mainan boneka lembut yang sering dijadikan teman tidur, dekorasi, atau comfort item.
Slime & squishy toys
Photo by the best ide for kids
Dimainkan dengan diremas, ditekan, atau ditarik untuk sensasi lembut dan memuaskan, biasanya untuk relaksasi. Anak-anak Gen Z juga suka memainkannya.
LOL Surprise! Dolls
Anak membuka lapisan demi lapisan bungkus untuk menemukan aksesori kecil hingga bonekanya, serunya ada di elemen kejutan.
LEGO Boost / LEGO Robotics
Photo by Lego
Anak-anak Gen Alfa cukup merakit balok LEGO yang bisa diprogram lewat aplikasi, sehingga mainan bisa bergerak atau melakukan aksi tertentu. Hayo, siapa yang anaknya sudah merengek minta dibelikan?
Nintendo Switch games
Ini sebenarnya juga permainan konsol. Cara memainkannya adalah dengan memegang konsol handheld atau dihubungkan ke TV, bisa untuk game solo maupun multiplayer interaktif. Semua generasi bisa memainkannya, apalagi kalau game olahraga. Bisa sekalian olah tubuh, nih.
Augmented reality toys (Pokémon Go, AR coloring books)
Ini hanya perlu menggunakan kamera ponsel atau tablet, objek digital (monster, karakter, atau gambar) muncul seolah nyata di dunia sekitar dan bisa diajak interaksi.
Blind box (Labubu, Sonny Angel, Pop Mart)
Mainan yang bukan cuma gen Alfa, tapi bahkan gen X saja ikutan tergila-gila. Padahal kita nggak pernah tahu bakal dapat apa. Mainan boneka yang juga dipopulerkan oleh Lisa Blackpink ini merupakan mainan di dalam kotak misteri berisi figur acak; serunya ada di rasa penasaran dan koleksi.
Cover Photo by Freepik
Share Article

COMMENTS