Sorry, we couldn't find any article matching ''

8 Aturan Menitipkan Anak pada Orang Tua atau Mertua, Jangan Asal!
Sering menitipkan anak ke orang tua atau mertua karena sibuk bekerja? Yuk, simak daftar aturan menitipkan anak untuk tahu batasan-batasannya.
13 tahun lalu saya menyaksikan film Parental Guidance (2012) yang dibintangi Billy Crystal, Bette Midler, dan Marissa Tomei. Filmnya terasa pas dengan keadaan saya. Kenapa? Karena saya memang kerap menitipkan anak kepada orang tua untuk diawasi.
Inti cerita film tersebut memang bukan soal menitipkan anak kepada kakek-nenek. Namun, entah kenapa, justru bagian itulah yang paling “ngena” bagi saya. Dari situ, saya bisa melihat persoalan penitipan anak dari perspektif orang tua atau mertua, alias kakek dan nenek.
Foto: Mommies Daily/Irasistible
Saat anak masih kecil dulu, saya sering menitipkannya di rumah mertua yang jaraknya hanya beberapa rumah. Ditambah, suami saya tipe yang paranoid sehingga enggan meninggalkan anak berdua saja dengan ART di rumah. Jadi setiap pulang sekolah, Nadira ke rumah neneknya hingga kami pulang kerja untuk dijemput. Meski begitu, pengasuh tetap melayani kebutuhan anak, sementara mertua hanya mengawasi.
Itupun kami masih suka merasa tidak enak. Saya dan suami takut merepotkan mertua, sehingga kami berusaha keras meringankan beban mereka. Mulai dari menyiapkan makanan dan perlengkapan sendiri, serta memberi uang bulanan sebagai “kompensasi”. Awalnya mertua menolak, tetapi akhirnya mertua bisa memahami alasan kami.
Kenapa kami mau repot-repot begini? Sebab, kami berusaha memberi batasan. Yang dititipkan adalah anak kami dan tanggung jawab kami, bukan orang lain bahkan kakek-neneknya.
Prinsip ini ternyata sejalan dengan saran seorang psikolog yang menegaskan bahwa menitipkan anak hanya sebatas pengawasan, sementara kebutuhan utama tetap diurus orang tua atau pengasuh. Pedoman tersebut saya baca di sebuah tabloid.
Kurang lebih psikolog tersebut menyampaikan bahwa penting untuk memberikan batasan penitipan dan pengawasan anak oleh kakek-nenek sementara tanggung jawab pengasuhan tetap berasal dari orang tua yang bisa didelegasikan ke pengasuh.
Untungnya, suami saya satu visi, bahkan sering lebih tegas. Saat kami masih tinggal bersama orang tua atau mertua, suami selalu membelikan beras, minyak, dan kebutuhan rumah tangga lainnya untuk mertua dan orang tua saya sebagai bentuk tanggung jawab.
Foto: cottonbro studio/Pexels
Dewasa ini, beberapa orang tua—khususnya yang bekerja di luar rumah—cenderung menitipkan anak ke orang tua atau mertua. Dikutip dari Parents, ternyata banyak kakek-nenek yang aktif merawat cucunya karena beberapa hal. Misalnya, tingginya biaya, kebutuhan pengawasan sementara, dan keterbatasan akses daycare atau pengasuhan formal.
Meski begitu, urusan menitipkan anak ke kakek dan nenek tetap tidak melupakan tanggung jawab Mommies dan Daddies sebagai orang tua dan pengasuh utama si kecil.
BACA JUGA: 5 Tanda Anak Kurang Perhatian Orang Tua, Ketahui Cara Mengatasinya
Etika Menitipkan Anak ke Orang Tua atau Mertua
Menitipkan anak pada kakek dan nenek tidak semata menyerahkan segala urusan anak kepada mereka. Dari pengalaman pribadi, berikut aturan menitipkan anak pada orang tua yang bisa diperhatikan:
1. Awali dengan Rasa Tidak Enak
Selalu mulai dengan rasa sungkan. Jangan merasa bebas menitipkan anak hanya karena itu orang tua atau mertua sendiri. Kita sudah jadi orang tua, artinya tanggung jawab penuh atas anak tetap ada di kita, bukan di kakek dan nenek.
2. Siapkan Kebutuhan Anak Sebelum Dititipkan ke Orang Tua
Pastikan kebutuhan anak terpenuhi agar tidak membebani mereka. Seperti kata Psikolog Elly Risman, tubuh orang tua sudah tidak sekuat dulu untuk mengejar cucu. Jadi, jika menitipkan anak, sediakan pengasuh atau setidaknya perlengkapan lengkap agar mereka tidak kerepotan.
3. Terima Pola Asuh Orang Tua
Perbedaan pola asuh sebaiknya ditoleransi. Sebab, itu menjadi konsekuensi saat Mommies dan Daddies memutuskan untuk menitipkan anak kepada orang tua.
Foto: Kampus Production/Pexels
4. Utarakan Hal Mengganjal dengan Hati-hati
Kalau ada hal yang sangat mengganjal, bicarakan dengan hati-hati agar pesan yang ingin disampaikan diterima dengan terbuka.
5. Balas Kebaikan Orang Tua
Ada pepatah: kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah. Sebanyak apapun anak memberi uang atau harta benda kepada orang tua atau mertua, tetap tidak akan mampu membalas semua yang pernah mereka berikan. Apalagi jika mereka sehari-hari membantu mengasuh anak. Maka, tunjukkan rasa terima kasih dengan memberi perhatian: bisa berupa uang bulanan, hadiah kecil, atau sekadar kejutan sederhana.
6. Komunikasi Terbuka
Membuka komunikasi yang terbuka juga penting selama menitipkan anak pada orang tua. Seperti pantangan makanan atau minuman, waktu tidur, pendidikan, aturan rumah, dan seterusnya. Mommies dan Daddies juga bisa bertanya secara berkala mengenai apakah ada masalah pada anak, keinginan berubah, dan umpan balik dari orang tua atau mertua yang dititipkan tersebut.
7. Perhatikan Kemampuan Fisik dan Emosional Orang Tua
Orang tua atau mertua tentu punya kondisi fisik dan emosional yang jauh lebih rentan. Mommies dan Daddies perlu memerhatikan kemampuan fisik dan mental orang tua, seperti kondisi kesehatan, stamina, dan kesediaan secara emosional.
8. Berikan Dukungan bagi Pengasuh
Supaya tidak terlalu membebankan orang tua atau mertua, Mommies dan Daddies bisa memberi perlengkapan, keuangan tambahan, atau bantuan lainnya.
BACA JUGA: 10 Manfaat Menitipkan Anak di Daycare, Mommies Wajib Tahu!
Menitipkan anak kepada orang tua atau mertua bisa memberi manfaat, baik bagi cucu maupun kakek-neneknya. Namun, tanggung jawab utama tetap ada pada orang tua. Dengan komunikasi yang baik dan batasan yang jelas, hubungan keluarga bisa tetap harmonis tanpa saling terbebani.
Penulis: Irasistible
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Editor: Dhevita Wulandari
Cover: Kampus Production/Pexels
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS