Sorry, we couldn't find any article matching ''

Grup K-pop XLOV Usung Konsep “Tanpa Gender”, Ini Dampak bagi Anak dan Remaja
XLOV, grup K-pop beranggota empat orang, menjadi sensasi di media sosial dengan konsep tanpa gender. Apa dampaknya bagi anak dan remaja penggemar K-pop?
Debut Januari 2025, grup K-pop XLOV bikin heboh karena membawa konsep tanpa gender (genderless). Konsep ini menarik perhatian banyak orang karena berbeda dari norma-norma gender yang berlaku. Dengan konsep no gender, grup yang beranggotakan empat laki-laki ini memakai gaya berpakaian, riasan, dan aksi panggung yang tidak terpaku dengan stereotipe gender sehingga menimbulkan banyak diskusi.
Foto: X/XLOV_official
Arus K-pop sebagian besar sangat memengaruhi identitas dan gaya hidup seseorang. Oleh karena itu, konsep genderless yang diusung XLOV bisa barangkali menimbulkan pemahaman gender yang belum sepenuhnya dimengerti anak dan remaja. Konsep tanpa gender pada grup K-pop bisa saja berpotensi menimbulkan dampak tertentu pada mereka.
Oleh karena itu, Mommies dan Daddies sebagai orang tua punya peran dan pengaruh yang penting terhadap hal-hal yang disukai anak.
BACA JUGA: 10 Pelajaran Berharga Serial Adolescence, Ungkap Realitas Kelam Remaja Masa Kini
Fakta-fakta XLOV
Sebelum masuk ke pengaruh konsep genderless, berikut beberapa fakta tentang XLOV yang perlu diketahui.
XLOV merupakan grup K-pop yang debut pada 7 Januari 2025 dengan album berjudul I’mma Be. Grup ini beranggotakan empat orang lelaki, yaitu Wumuti (Cina), Haru (Jepang), Rui (Taiwan), dan Hyun (Korea Selatan). Kewarganegaraan anggotanya yang berbeda-beda menjadikan XLOV sebagai grup multinasional. Mereka berada di bawah naungan label 257 Entertainment.
Foto: X/XLOV_official
XLOV mengusung konsep genderless yang jarang atau tidak pernah dilakukan oleh grup K-pop manapun sebelumnya. Konsep ini menjadi arti bahwa mereka bergerak dan berkarya tanpa batasan dan stereotipe gender. Salah satu anggotanya, Wumuti, telah lama berkecimpung di industri hiburan dengan mengikuti program-program survival show Cina dan Korea Selatan, salah satu yang paling populer adalah Boys Planet (2023). Ia juga terlibat langsung dalam produksi album XLOV sebagai produser.
Pada akun Instagram resmi XLOV, angka pengikutnya sudah mencapai satu juta lebih. Sedangkan, akun X resmi XLOV sudah mengumpulkan 87,9 ribu pengikut sampai saat ini. Konsep XLOV yang beda membuat mereka banyak mendapatkan perhatian.
Dampak Konsep “No Gender” bagi Penggemar K-pop Anak dan Remaja
Konsep tanpa gender seperti yang diusung XLOV mempunyai beberapa dampak potensial, terutama bagi anak-anak dan remaja yang sedang dalam fase pencarian jati diri, termasuk identitas gender dan identitas diri secara umum. Berikut beberapa dampaknya:
1. Menantang Norma Gender Tradisional
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam SHS Web of Conferences (2023), fandom K-pop seringkali menjadi ruang di mana penggemar menegosiasikan ulang pemahaman tentang maskulinitas dan femininitas. Konsep no gender dalam grup K-Pop seperti XLOV bisa mendorong anak dan remaja untuk melihat bahwa identitas gender tidak selalu kaku atau terbatas pada laki-laki dan perempuan. Bagi beberapa orang tua, hal ini tampak mengkhawatirkan.
2. Memberi Ruang Eksplorasi Identitas
Arus budaya K-pop membebaskan seseorang untuk eksplorasi diri tanpa takut stigma. Namun, pada saat yang sama, eksplorasi ini bisa membingungkan bila tidak ada pendampingan orang tua, pendamping, atau guru.
3. Potensi Kebingungan Identitas
Penelitian tersebut menyoroti bahwa keterlibatan dalam fandom bisa memunculkan pergeseran cara pandang terhadap gender. Bagi sebagian anak dan remaja, paparan intens terhadap konsep genderless dapat memicu pertanyaan mengenai identitas pribadi mereka lebih dini, yang bisa membuat mereka bingung jika tidak memiliki bimbingan.
Dampak-dampak di atas menunjukkan sebuah konsep grup K-pop bisa memengaruhi kehidupan anak dan remaja pada taraf tertentu. Lalu, bagaimana dengan pengaruh K-pop secara umum?
Pengaruh K-pop ke Kehidupan Anak dan Remaja
Konsep seperti yang dibawa XLOV hanyalah satu contoh bagaimana K-Pop bisa lebih dari sekadar hiburan. Berikut beberapa dampak lebih luasnya:
Foto: Freepik
1. Gaya Hidup
Mulai dari pakaian, rambut, make up, cara berjalan, hingga pose di media sosial, banyak remaja mengambil inspirasi dari idolanya. Budaya K-pop tidak pernah sebatas musik, tetapi juga memengaruhi gaya hidup seseorang.
2. Standar Kecantikan dan Citra Tubuh
Sebuah studi oleh Buhphang (2024) menunjukkan bahwa standar kecantikan yang dipromosikan dalam K-Pop berdampak pada persepsi citra tubuh remaja. Remaja menjadi lebih sensitif terhadap penampilan. Hal ini dianggap buruk bila mereka mulai tertekan dan stres untuk menyerupai standar kecantikan tersebut.
3. Perilaku Konsumtif
Penelitian lainnya oleh Chen (2023) juga menemukan bahwa paparan budaya K-pop memiliki korelasi signifikan dengan perilaku konsumtif anak muda. Terutama perempuan yang menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk membeli barang-barang terkait idola mereka (merchandise, album, aksesori).
4. Konsumsi Konten dan Budaya Digital
Penggemar biasa aktif di media sosial, menonton video, mengikuti challenge, dan konten-konten yang berkaitan dengan idolanya. Hal ini bisa mengembangkan keterampilan digital dan kreativitas, tetapi juga bisa menyita banyak waktu jika tidak diatur. Apalagi Mommies dan Daddies tentu tidak ingin anak punya screen time berlebihan, bukan?
5. Pengaruh Emosional
Hubungan emosional dengan idola bisa jadi sangat kuat. Terkadang hal itu bisa memberi kebahagiaan dan inspirasi, tetapi juga bisa membawa kekecewaan, stres, atau perasaan tidak cukup kalau ada kontroversi atau ekspektasi yang gagal dipenuhi.
Anak Mengidolakan Seseorang? Orang Tua Perhatikan Hal-hal Ini!
Sebagai orang tua, Mommies dan Daddies punya peran penting supaya aktivitas anak dalam menggemari sesuatu atau seseorang bisa tetap sehat dan positif. Dikutip dari Positive Parenting, orang tua bisa memperhatikan hal-hal berikut supaya kegemaran anak terhadap idola tidak berubah negatif:
- Arahkan anak untuk menemukan idola atau figur publik yang bisa memberi contoh baik.
- Jangan meremehkan atau menyepelekan rasa kagum anak terhadap idolanya.
- Usahakan lebih terlibat dalam hal-hal yang mereka sukai.
- Sesekali ikut serta dalam kegiatan yang mereka sukai, seperti menonton konser bareng sehingga anak merasa didukung.
- Buka ruang diskusi terbuka tentang konsep, budaya, atau tren di dunia K-pop dan pahami bagaimana anak menyikapi atau memandang hal tersebut.
- Ajak anak membicarakan artis atau musisi favorit mereka dan alasannya.
BACA JUGA: 5 Alasan Kecanduan Media Sosial Membuat Anak Remaja Tidak Bahagia
Orang tua berperan penting sebagai kompas yang menuntun arah, agar rasa kagum terhadap idola tidak berubah menjadi kebingungan atau tekanan. Dengan keterbukaan, diskusi sehat, dan pendampingan yang tepat, anak bisa belajar mengambil sisi positif dari dunia hiburan tanpa kehilangan jati diri mereka.
Penulis: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS