Sorry, we couldn't find any article matching ''

Darius Sinathrya: Belajar Jadi Ayah yang Hadir Sepenuhnya untuk Anak Remaja
Darius Sinathrya berbagi cerita tentang kesibukan, tantangan membesarkan anak remaja, hingga pesan penting untuk para ayah di Indonesia.
Meski sudah lama dikenal publik lewat akting dan dunia presenter, Darius Sinathrya masih terus aktif berkarya, baik di layar kaca hingga di layar lebar.
Bagi Darius, saat memilih proyek akting dia tidak pernah sembarangan. Ada banyak hal yang ia pikirkan sebelum akhirnya menerima tawaran. “Biasanya aku mulai dari siapa orang-orang yang terlibat, production house, sutradara, produser, lawan main. Baru kemudian masuk ke cerita dan karakter. Penting banget buatku bisa berdiskusi dan bertukar pikiran sejak awal,” ungkapnya.
Saat ini, ayah dari tiga orang anak remaja ini tengah sibuk mempromosikan film terbarunya ‘Lyora: Penantian Buah Hati’ yang tayang tanggal 7 Agustus 2025 lalu. Di film tersebut dia berperan sebagai Fajrie, yang merupakan suami dari Meutia yang diperankan oleh Marsha Timothy. Bukan cuma sibuk promosi di dalam negeri, dalam wawancara dengan Mommies Daily, Darius berbagi bahwa dirinya bersama para cast yang lain juga melakukan promosi untuk penayangan film tersebut di Malaysia.
Nah, sebagai orang tua dari anak-anak remaja, Darius pun berbagi kisah bagaimana dia kembali belajar menjadi ayah yang sepenuhnya hadir. Intip cerita Darius Sinathrya di bawah ini.
BACA JUGA: Begini Cara Membangun Body Confidence pada Anak Remaja di Era Tiktok
Anak-anak sudah masuk usia remaja, apa ada perubahan pola asuh yang diterapkan dibandingkan ketika mereka masih di usia anak-anak?
Pasti ada, ya. Pola asuh itu selalu berkembang sesuai usia anak. Dari bayi, balita, hingga remaja, semuanya butuh pendekatan yang berbeda. Dan kita sebagai orang tua harus punya kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi sesuai dengan usia mereka. Anak-anak harus merasakan perhatian penuh, kasih sayang utuh, tapi di saat yang sama juga tahu aturan, belajar membedakan baik dan buruk, serta mengembangkan self control. Bagi saya, peran orang tua bukan hanya memberi aturan, tapi juga menjadi teman, sahabat, dan orang terdekat yang membuat anak merasa aman untuk berbagi apapun.
Apa tiga kekhawatiran Darius dalam membesarkan anak remaja di zaman sekarang?
Kalau bicara soal kekhawatiran, tentu ada. Pertama, saya dan Donna takut gagal sebagai orang tua, takut gagal menjadi contoh yang bisa membekali anak-anak ketika mereka nanti memulai kehidupan sendiri. Kedua, pengaruh dari luar, terutama internet dan media sosial, yang sekarang begitu cepat. Kalau dulu anak harus keluar rumah untuk mendapat pengaruh, sekarang di dalam rumah pun mereka bisa terpapar hal-hal yang belum tentu sesuai.
Ketiga, saya takut gagal meletakkan dasar-dasar value yang jadi bekal karakter mereka. Untungnya, sekarang karena anak-anak sudah remaja, mulai terlihat karakter mereka. Meski masih dalam pencarian jati diri, saya merasa nilai-nilai yang kami tanamkan sejak kecil sudah cukup banyak meresap, tinggal terus di-fine tuning. Diingatkan lagi kalau mereka sudah mulai ‘bergeser’.
Menurut Darius, apa tantangan menjadi ayah dari anak remaja?
Semua hal dalam parenting menurut saya adalah tantangan. Ketika memutuskan menjadi orang tua, berarti kita memutuskan untuk bertanggung jawab penuh pada anak-anak, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus bisa mengelola diri, mau terus belajar, tidak hanya ingin didengarkan tapi juga mau mendengarkan.
Saya percaya anak-anak adalah peniru yang baik. Kalau mereka belum sesuai harapan, bisa jadi karena orang tuanya belum memberi contoh atau malah hanya menuntut tanpa memberi teladan. Dengan kompleksitas emosi remaja, dibutuhkan pendekatan yang berbeda. Kalau dulu orang tua kita cenderung otoriter, sekarang saya merasa kita harus lebih banyak ngobrol dan memberi ruang bagi anak.
Apa tips parenting bersama Donna yang diterapkan ke anak-anak remaja kalian?
Ada tiga hal utama yang selalu saya dan Donna pegang. Pertama, hadir sejak awal. Dari anak masih di dalam kandungan, orang tua sudah harus terlibat. Anak harus merasa dikasihi secara penuh, dipercaya, dan punya tempat aman dalam keluarganya.
Kedua, konsisten dan solid. Harus seirama, gak bisa playing good cop bad cop. Anak-anak harus melihat papa dan mama sebagai satu tim yang solid, yang utuh. Jadi mereka gak bisa melihat celah untuk memainkan salah satu orang tua. Untuk hal-hal besar, mereka harus percaya pada kedua orang tuanya, bukan hanya salah satu.
Ketiga, sadar bahwa anak adalah tanggung jawab penuh orang tua. Anak tidak pernah minta dilahirkan. Mereka hadir karena pilihan orang tuanya. Jadi sudah semestinya kita yang bertanggung jawab penuh untuk merawat, mendidik, dan mencintai mereka. Dan tanggung jawab itu melekat pada orang tua manapun. Karena enggak ada yang namanya mantan anak dan mantan orang tua, kan?
Pesan untuk para ayah dengan anak remaja (laki-laki atau perempuan) di Indonesia
Saya percaya setiap rumah tangga itu unik, setiap hubungan orang tua dan anak berbeda. Jadi ilmu parenting di luar sana perlu di-adjust sesuai kondisi masing-masing. Tapi apa pun itu, satu hal yang pasti, Indonesia adalah salah satu negara dengan angka fatherless yang cukup tinggi.
Itu artinya banyak anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayahnya. Jadi, untuk para ayah, yuk, benar-benar hadir. Bukan hanya hadir secara fisik atau finansial, tetapi juga hadir secara emosional. Cari tahu apa artinya hadir secara emosional, lalu penuhi ruang itu dalam diri anak-anak kita. Dengan begitu, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang utuh, penuh empati, dan siap meneruskan teladan itu ketika menjadi orang tua kelak.
BACA JUGA: Overthinking di Kalangan Remaja Meningkat, Ini 9 Penyebab dan Cara Menghadapinya
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS