Drama di sekolah bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak kita. Ini tips buat para orang tua jika anak punya teman toxic di sekolah.
Pertemanan adalah bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak, terutama saat mereka mulai berinteraksi di lingkungan sekolah. Namun, tidak semua anak beruntung bisa mempunyai teman-teman yang suportif, berkelakuan manis, dan menjalani. hubungan pertemanan yang membawa dampak positif.
Sebagian anak yang lain apes karena yang seharusnya bisa bermain dan belajar dengan bahagia di sekolah, malah harus mengalami toxic friendship. Ketemu dengan teman-teman yang mengganggu dan seringkali, tanpa sebab, anak dimusuhi -teman-temannya.
Sebagai orang tua, saat tahu anak menghadapi teman toxic di sekolah tentu menimbulkan perasaan gemas, sedih, khawatir, dan marah. Tapi penting buat orang tua untuk tidak gegabah dalam bertindak.
BACA JUGA: 7 Ciri Orang Tua yang Terlalu Fokus pada Nilai Akademik Anak dan Pendapat Psikolog
“Toxic friendship itu hubungan pertemanan yang bikin salah satu atau dua-duanya nggak sehat secara emosional. Bentuknya bisa macam-macam, misalnya teman yang sering merendahkan atau mengkritik berlebihan, suka mengontrol dan nggak menghargai batasan. Hanya mau dekat kalau ada maunya. Intinya, ini pertemanan yang lebih banyak bikin capek hati daripada bikin bahagia,” terang Irma Gustiana A, M.Psi, Psikolog, PGCertPT.
“Kalau anak terjebak di pertemanan kayak gini, efeknya bisa lumayan berat. Turun rasa percaya diri karena sering diremehkan atau dibanding-bandingkan. Stres dan cemas tiap mau ketemu si teman itu. Sulit fokus belajar karena pikiran kebawa masalah pertemanan. Merasa sendirian walau punya teman, karena nggak bisa jadi diri sendiri,” imbuh Parenting Coach dan pendiri klinik psikologi Ruang Tumbuh ini.
Mengenali ciri-ciri teman yang mengganggu di sekolah akan membantu anak Mommies. Selain bisa menghindari toxic friendship, juga menghindarkan dia dari menjadi teman yang toxic.
BACA JUGA: Begini Cara Membangun Body Confidence pada Anak Remaja di Era TikTok
Saat anak dimusuhi temannya atau mengalami toxic friendship, reaksi spontan orang tua mungkin ingin langsung turun tangan. Namun, pendekatan yang agresif justru bisa mempermalukan anak. Berikut beberapa langkah bijak yang bisa dilakukan:
Langkah pertama adalah mendengarkan dan mengakui perasaan anak. Tunjukkan empati dan hindari menghakimi. Dengan begitu, anak Mommies akan merasa aman untuk bercerita dan terbuka tentang masalahnya. Hindari kalimat seperti “Ah, itu cuma bercanda,” karena bisa membuat anak merasa tidak dimengerti.
Latih anak untuk berani mengatakan “tidak” saat diminta melakukan sesuatu yang tidak sesuai nilai mereka. Mulailah dari kebiasaan kecil di rumah agar mereka terbiasa bersikap tegas di luar. Misalnya, jika anak tidak ingin ikut bergosip, ajari mereka untuk berkata, “Aku nggak mau ngomongin orang lain. Yuk main yang lain aja.
Kenali teman-teman anak Mommies dan dorong interaksi positif. Misalnya, dengan mengundang mereka bermain di rumah, mengadakan kegiatan kelompok, atau sekadar ngobrol santai saat menjemput anak di sekolah. Orang tua yang mengenal lingkungan sosial anak akan lebih mudah mendeteksi jika ada dinamika yang tidak sehat.
Ajak anak berdiskusi tentang cara menghadapi masalah sosial. Tanyakan pendapat mereka dan bantu menyusun strategi yang bisa diterapkan saat menghadapi konflik. Misalnya, “Kalau kamu merasa tidak nyaman saat dia mengejek kamu, apa yang bisa kamu lakukan?”
Ciptakan ruang aman untuk anak berbagi cerita. Hindari interogasi, dan fokuslah pada mendengarkan serta memahami sudut pandang mereka. Anak yang merasa didengar akan lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi tantangan sosial.
Lingkungan sosial anak saat ini sangat dipengaruhi oleh media sosial. Orang tua perlu memahami konteks ini agar bisa memberikan dukungan yang relevan. Misalnya, konflik teman yang mengganggu bisa terjadi bukan hanya di sekolah, tapi juga lewat grup chat atau komentar di media sosial.
Anak mungkin tidak selalu tahu cara merespons perilaku buruk teman yang mengganggu secara tepat. Berikut beberapa strategi yang bisa orang tua ajarkan:
Kalau anak Mommies cerita soal teman toxic di sekolah, Mommies perlu merespon dengan hati-hati. Psikolog Irma menyarankan tiga poin yang sebaiknya tidak dilakukan orang tua:
Sebagai orang tua, penting untuk tidak langsung melabeli anak lain sebagai “bully” atau “toxic” tanpa memahami latar belakang perilakunya. Bisa jadi anak itu juga sedang mengalami masalah emosional atau kurang pemahaman sosial. Fokuslah pada pengembangan keterampilan anak sendiri dalam menghadapi situasi sulit penguatan mental.
Ingat, tujuan utama bukan untuk menghukum anak lain, melainkan membekali anak kita dengan alat untuk bertahan dan berkembang dalam lingkungan sosial yang kompleks.
BACA JUGA: 7 Alasan Anak Tidak Dekat dengan Ayah, Ini Solusi Terbaik dari Psikolog!
Cover: freepic.diller/Freepik