Jangan selalu menyalahkan anak ketika ia malas belajar. Bisa jadi, kita sebagai orang tua melakukan beberapa kesalahan yang menjadi penyebabnya.
Ketika anak-anak terlihat malas belajar, banyak orangtua langsung panik atau kecewa. Namun, sebelum menilai anak sebagai kurang disiplin atau tidak punya motivasi, penting bagi kita sebagai orangtua untuk merenungkan:
Apakah pendekatan kita dalam mendampingi mereka sudah tepat?
Apakah ada hal-hal yang tanpa sadar kita lakukan yang justru memadamkan semangat mereka untuk belajar?
Mengutip Conscious Parenting oleh Dr. Shefali Tsabary dan Charlotte Mason’s Philosophy of Education, yang banyak membahas tentang pendekatan pengasuhan dan pendidikan, yang menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana anak belajar secara natural, beberapa kesalahan umum orangtua, antara lain:
BACA JUGA: 4 Tanda Orangtua Terlalu Menuntut Anak Belajar, Bukannya Pintar Justru Tertekan!
Hayo, jujur, banyak dari kita sering memproyeksikan luka batin dan harapan masa lalu kita ke anak. Tuntutan tinggi tanpa mencoba memahami psikologis anak, bisa membuat anak kehilangan semangat. Kesalahan kita, tidak sadar sedang memproyeksikan ketakutan kita sendiri ke anak—misalnya, rasa takut gagal, malu, atau tidak dihargai. Ini bisa terlihat dari tekanan berlebihan agar anak berprestasi. Dalam Conscious Parenting, orangtua diajak untuk menyadari bahwa tekanan tersebut sebenarnya berasal dari kebutuhan ego mereka sendiri, bukan dari kebutuhan anak.
Orangtua sering ingin mengontrol, bukan membimbing. Padahal setiap anak unik. “Education is an atmosphere, a discipline, a life,” demikian kata Charlotte. Artinya, pendidikan bukan sekadar metode, tapi keseluruhan suasana hidup yang merangsang pertumbuhan jiwa anak. Ketika satu metode saja dipaksakan, anak tidak punya ruang untuk tumbuh secara alami.
Kesalahan lain, setiap anak punya gaya belajar yang berbeda: ada yang visual, ada yang auditori, dan ada pula yang kinestetik. Memaksakan satu metode belajar pada semua anak tanpa mengenali kebutuhan dan karakter mereka bisa membuat mereka frustrasi dan tidak menikmati proses belajar.
Belajar seharusnya menjadi bagian dari eksplorasi diri anak, bukan kewajiban kaku. Jangan jadikan belajar sebagai hukuman. Belajar bukanlah menjejalkan hafalan mati. Anak akan tertarik belajar jika mereka diberi bahan yang kaya makna dan membangkitkan imajinasi.
Anak butuh ruang aman secara emosional dan fisik untuk berkembang. Atmosfer rumah sangat memengaruhi karakter dan keinginan belajar anak. Ia percaya bahwa suasana rumah yang damai, penuh dialog, dan kedamaian akan membentuk Hasrat belajar anak secara alami.
Conscious Parenting menekankan bahwa anak bukan objek yang harus dibentuk, tapi subjek yang berkembang secara alami jika diberi ruang. Charlotte Mason juga menyatakan bahwa anak harus dipercaya sebagai individu yang mampu berpikir dan menyerap ide besar sejak dini. Kurangnya kepercayaan dari orangtua bisa meruntuhkan rasa percaya diri anak.
BACA JUGA: 8 Negara dengan Pendidikan Terbaik di Dunia, Cocok untuk Belajar di Luar Negeri!
Anak yang terlihat malas belajar bukanlah anak yang gagal, melainkan anak yang belum mendapat ruang, kepercayaan, keteladanan, dan metode yang tepat sesuai karakternya. Dengan menjadi orangtua yang sadar (conscious) dan menyediakan atmosfer hidup yang inspiratif, kita tidak hanya membantu anak semangat belajar—tapi juga menumbuhkan jiwa merdeka yang siap bertumbuh.
Cover: Freepik