Merasa perpisahan sekolah penting untuk kenang-kenangan, remaja Bekasi debat dengan Dedi Mulyadi. Ini ide perpisahan yang seru tanpa budget berlebih!
Sebuah video viral memperlihatkan seorang remaja perempuan asal Kabupaten Bekasi bernama Aura Cinta yang berani melayangkan kritik langsung kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dalam video tersebut, Aura yang baru saja kehilangan rumah akibat penggusuran bantaran kali, menyuarakan kekecewaannya terhadap kebijakan larangan kegiatan wisuda di sekolah dan program penggusuran rumah untuk penanganan banjir.
Ungkapan emosional Aura yang mengaku berasal dari keluarga tidak mampu, tetapi tetap berharap ada momen perpisahan sekolah pun langsung mencuri perhatian publik dan ramai diperbincangkan di media sosial. Menanggapi kritik tersebut, Dedi Mulyadi mengundang Aura dan warga terdampak lainnya untuk berdiskusi dalam sebuah pertemuan yang kemudian diunggah di kanal YouTube resminya.
Dalam pertemuan, Aura dengan lugas menjelaskan alasannya menolak kebijakan penghapusan wisuda di sekolah. Menurutnya, kegiatan perpisahan adalah bagian penting dari perjalanan masa sekolah, menjadi momen terakhir untuk berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman sebelum masing-masing melanjutkan ke jalur kehidupan yang berbeda.
“Enggak juga sih Pak. Saya merasa sudah lulus, kalau engga ada perpisahan, kita tuh ngga bisa kumpul bareng atau ngerasain interaksi terakhir bersama teman-teman,” ungkap Aura dalam postingan Instagram @dedimulyadi71.
Menanggapi pernyataan itu, Dedi Mulyadi berargumen bahwa kenangan sejati justru terbangun selama proses belajar, bukan hanya pada momen perpisahan. Ia menyoroti tradisi wisuda di Indonesia yang dinilainya berlebihan, mulai dari TK hingga SMA, yang menurutnya justru membebani ekonomi orang tua siswa.
Ia menekankan bahwa seharusnya wisuda hanya dilakukan di tingkat perguruan tinggi. Meskipun begitu, Dedi tetap memberikan ruang solusi, menyarankan agar acara perpisahan tetap bisa dilaksanakan secara mandiri oleh siswa dan orang tua tanpa melibatkan pihak sekolah secara resmi.
“Ya sudah perpisahan sendiri saja. Enggak usah bawa sekolah. Kumpul-kumpul bersama teman-teman, bikin perpisahan sok saja, tetapi jangan melibatkan sekolah,” jelas Dedi.
BACA JUGA: 10 Pelajaran Berharga Serial Adolescence, Ungkap Realitas Kelam Remaja Masa Kini
Selain membahas soal wisuda, perdebatan juga mengarah pada kebijakan penggusuran rumah di bantaran kali yang membuat Aura kehilangan tempat tinggal. Aura sempat menyinggung soal dampak sosial yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
Menjawab itu, Dedi menegaskan bahwa langkah penggusuran bukan tanpa alasan. Menurutnya, rumah-rumah yang berdiri di sepanjang bantaran sungai jelas melanggar aturan dan menjadi salah satu faktor penyebab banjir tahunan yang merugikan ribuan warga.
Perdebatan soal wisuda yang melibatkan Dedi Mulyadi dan Aura Cinta ternyata juga sejalan dengan kebijakan dari pemerintah pusat. Melalui akun media sosial resmi mereka @kemdikbud.ri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa kegiatan wisuda di sekolah tidak bersifat wajib dan tidak boleh membebani orang tua atau wali murid.
Ketentuan ini tertuang dalam Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Nomor 14 Tahun 2023 tentang Kegiatan Wisuda pada satuan pendidikan PAUD, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah. Dalam surat edaran tersebut, terdapat tiga poin penting yang harus diperhatikan oleh seluruh satuan pendidikan, meliputi.
Banyak cara lain yang dapat dilakukan selama proses belajar untuk membangun kenangan indah bersama teman-teman, selain perpisahan sekolah. Berikut beberapa rekomendasi kegiatan di tingkat SMP dan SMA yang dapat menjadi alternatif untuk menciptakan kenangan yang bermakna.
Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni, atau klub debat bisa menciptakan banyak momen kebersamaan. Lewat kerja sama dalam tim dan berbagai lomba, siswa bisa merasakan semangat solidaritas dan prestasi bersama.
Melaksanakan proyek bersama, seperti pameran seni, pentas drama, festival budaya, atau bazar amal sekolah, mendorong siswa untuk berkreasi dan membangun memori kerja sama serta pencapaian kelompok.
Mengadakan lomba antar kelas atau hari khusus untuk unjuk kreativitas, seperti lomba kebersihan kelas, lomba olahraga, atau pagelaran seni, dapat mempererat hubungan antar siswa dan menciptakan kenangan kompetisi yang seru.
Mengadakan program bakti sosial, seperti mengunjungi panti asuhan atau aksi lingkungan, tidak hanya menumbuhkan kepedulian sosial tetapi juga meninggalkan kesan mendalam terhadap nilai kemanusiaan.
Membuat album foto, buku kenangan, atau video dokumentasi perjalanan tiga tahun bersama bisa menjadi kenang-kenangan abadi yang bisa dilihat kembali kapan saja tanpa harus mengadakan acara besar.
Bagi siswa yang ingin tetap merayakan momen perpisahan tanpa harus membebani orang tua dengan biaya yang mahal, ada banyak alternatif seru dan bermakna yang bisa dilakukan, antara lain.
BACA JUGA: 8 Rekomendasi Buku Remaja, Seru dan Menarik untuk Dibaca
Diskusi antara Dedi Mulyadi dan Aura menunjukkan bahwa kebijakan harus mempertimbangkan semua pihak. Momen perpisahan bisa tetap berkesan tanpa harus mengeluarkan budget yang berlebih.
Penulis: Nariko Christabel
Cover: YouTube Dedi Mulyadi