Mengapa bermanfaat jika orang tua mengajarkan anak menghargai diri sendiri? Apa dampaknya jika abai? Bagaimana caranya? Simak penjelasan dari psikolog anak.
Sejak usia dini, anak perlu belajar bagaimana menggunakan suaranya, memahami perasaannya, dan menghargai identitasnya. Ketika anak mampu menyuarakan pendapat dan perasaannya, mereka akan lebih mampu membela diri, menjaga batas pribadi, dan tumbuh dengan kepercayaan diri yang sehat.
Mengajarkan anak untuk dapat menghargai diri sendiri nggak terjadi secara instan, tetapi merupakan proses penting yang kemudian akan membentuk karakter dan masa depannya. Ketika anak mampu mencintai dan menghargai diri sendiri, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan sehat secara mental. Hal ini menjadi salah satu pondasi utama dalam mendidik anak yang tangguh dan bahagia. Maka penting bagi orang tua tahu caranya mengajarkan anak mereka untuk menghargai diri sendiri.
BACA JUGA: Hati-Hati,10 Sikap Orang Tua Ini Bisa Hancurkan Rasa Percaya Diri Anak!
Menurut Psikolog Anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja, berikut manfaat jangka pendek dan panjang jika orang tua berhasil mengajarkan anak mencintai dirinya sendiri.
Masih menurut penjelasan psikolog anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, berikut risiko yang dapat terjadi jika orang tua tidak mengajarkan anak menghargai dirinya.
Mengajarkan anak menghargai dirinya sendiri adalah bentuk investasi jangka panjang. Ini bisa dimulai dari langkah-langkah kecil di rumah. Berikut adalah 15 cara untuk mengajarkan anak menghargai dan mencintai diri sendiri.
Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat. Ketika orang tua menunjukkan perilaku menghargai diri sendiri—seperti menolak perlakuan yang tidak adil, berbicara dengan percaya diri, atau menetapkan batasan yang sehat—anak akan meniru sikap tersebut. Menjadi role model yang konsisten adalah langkah pertama dan paling penting.
Kata-kata yang kita gunakan saat berbicara kepada diri sendiri (self-talk) sangat memengaruhi citra diri. Ajarkan anak untuk mengatakan hal-hal baik tentang dirinya. Kegiatan seperti menulis “hal positif tentang diriku hari ini” bisa membantu menumbuhkan kebiasaan berpikir positif.
Anak perlu tahu bahwa mereka punya hak atas tubuh, ruang pribadi, dan emosinya. Melalui permainan seperti “zona aman” atau diskusi sederhana, bantu si kecil memahami apa yang membuat mereka nyaman dan tidak nyaman. Dengan begitu, mereka lebih berani menyuarakan perasaan dan melindungi diri sendiri.
Membantu anak menetapkan tujuan sesuai usia mereka, lalu merayakan pencapaiannya—misalnya merapikan tempat tidur sendiri—akan menumbuhkan rasa percaya diri dan pencapaian diri. Ini juga memperkuat kesadaran bahwa usaha mereka dihargai dan berarti.
Setiap anak unik. Rayakan kelebihan dan minat mereka, sekecil apa pun. Buat kegiatan seperti “pamer bakat” di rumah atau menyusun “kebun impian” di mana setiap bunga (sebagai symbol dari anak) punya keindahan tersendiri. Ini membantu anak merasa diterima dan dihargai.
Ajarkan bahwa kesalahan bukan akhir segalanya, tetapi bagian dari proses belajar. Gunakan jurnal belajar untuk menuliskan pelajaran dari setiap kesalahan. Ini membuat anak lebih tangguh dan tidak takut mencoba lagi.
Lingkungan penuh kasih dan pengertian membantu si kecil tumbuh dengan perasaan aman dan dihargai. Pujilah usahanya, dengarkan dengan empati, dan libatkan anak dalam percakapan terbuka. Anak yang merasa didengar cenderung memiliki harga diri lebih tinggi.
Melalui kegiatan sederhana seperti menggambar tentang perasaannya atau menulis hal-hal baik yang anak alami di hari itu, anak belajar memahami emosi dan pikirannya.
Bacakan atau ulangi kalimat afirmasi positif bersama anak, seperti “Aku berharga” atau “Aku bisa mencoba lagi.” Kalimat-kalimat ini dapat menjadi “mantra ajaib” yang menumbuhkan keberanian dan ketangguhan dalam diri si kecil.
Saat anak melakukan kesalahan, hindari berteriak atau mempermalukannya. Tegur dengan tenang, dan jika memungkinkan, lakukan secara pribadi. Jelaskan perilakunya yang tidak tepat dengan cara yang tetap menghargai martabat anak.
Menghargai orang lain dimulai dari kemampuan mendengar. Ajarkan anak untuk mendengarkan saat orang lain berbicara, dan berikan contoh dengan mendengarkan mereka secara penuh. Ini memperkuat hubungan emosional dan menumbuhkan rasa saling hormat.
Anak butuh kejelasan tentang apa yang diharapkan darinya. Tetapkan aturan keluarga yang menekankan sikap saling menghormati, seperti “tidak menyela saat orang bicara” atau “mengucapkan tolong dan terima kasih.” Konsistensi penting agar anak memahami nilai dari aturan tersebut.
Ajak anak membayangkan perasaan orang lain dalam berbagai situasi. Misalnya, jika anak menyakiti temannya, tanyakan, “Bagaimana perasaanmu kalau diperlakukan seperti itu?” Empati menumbuhkan kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab terhadap perasaan orang lain.
Hargai pilihan, minat, dan batas pribadi anak. Biarkan anak belajar mengatakan “tidak” dengan sopan jika merasa tidak nyaman. Anak yang menghormati dirinya cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menjauhi hubungan yang tidak sehat saat ia remaja dan dewasa kelak.
Kerja sama antara orang tua, guru, dan pengasuh sangat penting. Diskusikan nilai-nilai yang ingin Mommies tanamkan kepada anak dan pastikan semua pihak baik yang di rumah dan di sekolah bekerja sama.
BACA JUGA: 14 Kebiasaan yang Sering Dilakukan Orang yang Kurang Percaya Diri, Yuk, Hentikan!
Cover: Freepik