Sorry, we couldn't find any article matching ''
Hati-Hati,10 Sikap Orang Tua Ini Bisa Hancurkan Rasa Percaya Diri Anak!
Rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap masa depan anak. Sayangnya, banyak sikap ortu yang justru hancurkan rasa percaya diri mereka. Apa saja itu?
Semua orang tua ingin melihat anak mereka punya rasa percaya diri yang sehat. Namun, sadarkah Anda, sebagai orang tua justru kita yang bisa menyebabkan bibit-bibit rasa percaya diri anak hancur? Padahal ada banyak hal baik yang akan dinikmati seorang anak jika mereka memiliki kepercayaan diri yang sehat. Sebaliknya, ada banyak hal juga yang bisa merugikan anak jika rasa percaya diri mereka minus parah.
So, Mommies mungkin bertanya-tanya, “Trus saya harus gimana, dong?” Jangan panik, jangan bingung. We are here to back you up. Tentu saja dengan dibantu oleh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja.
BACA JUGA: 5 Kalimat Afirmasi Positif agar Anak Percaya Diri, Harus Sering Dikatakan
Positifnya jika anak punya rasa peraya diri
- Anak tidak mudah menyerah
- Anak tidak mudah bergantung/terpengaruh orang lain
- Anak tahu kelebihannya sehingga tidak mudah direndahkan orang lain
- Anak berani mencoba hal-hal baru
- Anak mudah beradaptasi
- Punya banyak teman karena biasanya tampil sebagai anak yang menyenangkan
- Anak berani mengekspresikan pendapat/perasaannya.
Negatifnya jika anak tidak punya rasa percaya diri
- Anak enggan coba hal-hal baru
- Anak cenderung menarik diri dari lingkungan
- Tidak berani tampil
- Sulit beradaptasi
- Selalu mengikuti arahan orang lain, tidak berani berekspresi
- Tidak tahu kelebihan dirinya
- Lingkungan sulit mengenali potensi dirinya
10 Sikap Orang Tua yang Bisa Hancurkan Rasa Percaya Diri Anak
Foto: Freepik
Berikut sepuluh kesalahan pengasuhan yang menghancurkan kepercayaan diri anak:
1. Tak memberi mereka tanggung jawab
Anda mungkin berpikir bahwa pekerjaan rumah akan menambah beban anak-anak. Namun ikut terlibat dalam tugas-tugas rumah tangga akan membantu mereka menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.
Beri anak tugas yang sesuai dengan usianya dan ini akan membantu mereka merasa puas karena punya kemampuan mengerjakan tugas-tugas tertentu. Misalnya menyuruh anak membantu Anda mengangkat cucian yang sudah kering atau membuang sampah. Tanggung jawab membantu anak memiliki kompetensi.
2. Menanamkan mentalitas korban
Dengan bilang, “Kita ini nggak punya duit berlebihan untuk bisa beliin kamu sepatu baru” atau “Yah, terima aja lah, Nak. Bapakmu cuma pegawai rendahan. Mana sanggup kasih uang buat darmawiasata sekolah.” Kalimat-kalimat itu tidak akan memotivasi anak, yang ada malah membuat mereka luluh lantak.
Daripada menanamkan mentalitas pasrah tanpa berusaha, dorong mereka untuk mengambil tindakan positif. Misalnya, buat kedai mungil untuk menjual minuman segar atau camilan sehingga mereka dapat menabung untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan atau butuhkan. Anak-anak harus memiliki kesadaran bahwa mereka punya pilihan dan lebih percaya diri dengan kemampuan mereka untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
3. Terlalu protektif
Tentu saja, menjaga anak Anda tetap aman adalah tanggung jawab Anda sebagai orang tua. Namun mengisolasi mereka dari tantangan hidup akan menghambat perkembangan anak.
Anggaplah diri Anda sebagai pembimbing, bukan pelindung. Biarkan anak-anak Anda merasakan kehidupan, meskipun rasanya menakutkan untuk membiarkan itu terjadi. Anda akan memberi mereka kesempatan untuk membangun kepercayaan diri pada kemampuan mereka menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidup mereka.
4. Membandingkan mereka dengan anak lain
Anak memiliki kepercayaan diri sangatlah penting. Sama seperti kita orang dewasa, anak-anak juga nggak suka dibanding-bandingkan. Bayangkan perasaan mereka ketika dengar orang tuanya bilang, “Si Angel bisa dapet nilai A di ulangan matematikanya, kenapa kamu dapet B?“ Atau “Adi bisa jadi ketua kelas, kenapa kamu tidak?” Sekali lagi, sama seperti kita, anak-anak ingin dihargai dan diakui atas kemampuan dan prestasinya.
Jangan pernah menggunakan perbandingan negatif untuk memotivasi mereka. Sebaliknya, fokuslah pada hal-hal positif yang telah dicapai anak Anda.
5. Selalu meremehkan kecerdasan mereka
Jangan meremehkan kepercayaan diri, kecerdasan, dan kemampuan anak Anda dengan menggunakan label seperti “bodoh”, “penakut”, “apa-apa nggak bisa”, dan lain lain. Sedihnya, tanpa disadari perkataan Anda itu bisa mengubah hidup mereka.
Tidak ada manusia manapun yang kata-katanya bisa sangat menguatkan dan sebaliknya, menghancurkan hati anak-anak selain ucapan orang tua mereka. Jaga perkatan agar anak-anak tahu betapa berartinya mereka bagi Anda.
6. Mengharapkan kesempurnaan
Jangan mengatakan sesuatu seperti: “Kamu ceroboh banget sih!” “Mama kecewa nilaimu jelek. Begitu aja kok nggak bisa” “Berhenti nangis. Anak laki kok cengeng” atau “Hei, anak perempuan nggak boleh manjat-manjat pohon! Main boneka aja sana!” Kalimat-kalimat itu dijamin bisa bikin hancur rasa percaya diri anak.
Memiliki ekspektasi yang tinggi adalah hal yang sehat, namun berharap terlalu banyak pada anak pasti akan ada konsekuensinya. Ketika anak-anak melihat ekspektasi Anda terlalu tinggi, mereka akan berhenti berusaha.
Foto: Pexels
7. Melarang mereka mengekspresikan perasaan
Perasaan dan kepercayaan diri anak akan hancur ketika orang tuanya melarang dia untuk mengekspresikan emosinya. Jangan menolak, melarang, dan mengabaikan saat anak mencoba mencurahkan isi hatinya. Sebaliknya, beri tahu mereka bahwa merasa sedih, marah, dendam, bahagia, dan sebagainya adalah hal yang wajar.
Sesedih apapun anak, dukungan Anda akan mengembalikan kepercayaan dirinya. Anak juga perlu diajar menghadapi dan menangani berbagai situasi: sesedih, semarah, sekecewa apa pun dia, dia harus bisa menjaga ketenangannya.
8. Membuat mereka merasa Anda melakukan lebih dari yang pantas mereka terima
Rasa percaya diri anak Anda akan terjun bebas jika Anda terus-menerus bersikap seperti ini. Seolah-olah mereka berhutang budi kepada Anda. Anak akhirnya akan berpikir bahwa dia adalah beban buat Anda. Cepat atau lambat, dia juga akan mulai bertingkah seperti Anda, bahkan sebelum Anda menyadarinya.
9. Tidak membiarkan mereka melakukan kesalahan
Memang sulit melihat anak-anak gagal dan kecewa. Ketika hal ini terjadi, kita cenderung terburu-buru menyelamatkan mereka sebelum mereka sempat jatuh. Namun melulu menyelamatkan mereka dari melakukan kesalahan dan perasaan kecewa akan membuat mereka tidak tahu caranya belajar bangkit kembali. Entah anak Anda lupa bawa buku PR matematika ke sekolah atau salah menjawab beberapa pertanyaan dalam ujian Bahasa Inggris karena nggak belajar, biarkan mereka menghadapi risikonya. Kesalahan adalah guru terbaik dan terhebat dalam hidup.
10. Menghukum, bukan mendisiplin
Anak-anak perlu belajar bahwa beberapa tindakan mempunyai konsekuensi yang serius. Namun ada perbedaan besar antara disiplin dan hukuman. Anak-anak yang didisiplin akan berpikir: “Saya telah membuat pilihan yang buruk.” Anak-anak yang dihukum akan berpikir: “Saya orang yang jahat.” Dengan kata lain, disiplin memberikan anak Anda keyakinan bahwa lain kali mereka dapat membuat pilihan yang lebih benar dan sehat. Sedangkan hukuman membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak akan pernah mampu membuat pilihan yang lebih baik.
BACA JUGA: 8 Tips Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Perempuan, Mommies Wajib Lakukan Hal Ini!
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS