Sorry, we couldn't find any article matching ''

Promposal yang Lagi Tren di Circle Anak SMA. Ini Kata Pakar!
Tren promposal lagi hype banget di kalangan anak kelas 12 yang sedikit lagi lulus SMA ini. Banyak yang lucu, unik, dan kreatif. Ini kata pakar.
Promposal, kalau ditilik dari katanya sendiri, merupakan gabungan dari kata “prom” (pesta dansa sekolah menengah atas) dan “proposal” (ajakan).
Sederhananya, promposal adalah ajakan nge-date ke pesta prom, tapi dengan gaya yang lebih heboh dan kreatif. Promposal umumnya dilakukan oleh anak remaja pria kepada pasangannya. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan kebalikannya.
Kayak apa, sih, contohnya? Jikalau mommies suka melihat short video di Tiktok ataupun Youtube, seperti di sini, promposal memiliki karakteristik yang unik. Ia seringkali melibatkan kejutan, kreativitas, dan usaha yang besar.
Bentuknya juga macam-macam, mulai dari ajakan sederhana hingga ajakan yang rumit dan melibatkan banyak orang. Promposal juga seringkali didokumentasikan dan dibagikan di media sosial.
Tren ini sebenarnya dimulai oleh anak-anak SMA di Amerika Serikat, namun karena media sosial punya peran penting dalam penyebaran tren ini, anak-anak SMA di Indonesia (terutama kota besar) mulai mengadaptasinya.
Baca juga: 10 SMA yang Punya Ekstrakurikuler Paskibra dan Program Menarik
Sesuai dengan perkembangan anak remaja
Photo: High School Musical
Farraas Afiefah Muhdiar, M.Sc., M.Psi., mengatakan, pada dasarnya hal Ini match dengan perkembangan remaja yang lagi eksplor tentang dirinya sendiri. Di usia ini pun mereka sedang mengembangkan hubungannya dengan lawan jenis, sangat sensitif dengan penilaian orang lain, kebanyakan juga butuh pengakuan sosial dari orang lain, seperti ingin terlihat keren di depan teman-temannya
Meski begitu, aktivitas promposal juga memiliki potensi-potensi yang negatif, terutama bila tidak sesuai dengan value hidup yang dianut oleh keluarga. Karena ini berkaitan dengan lawan jenis, ada orangtua yang membolehkan anaknya pacaran, ada yang tidak boleh, bahkan untuk datang ke prom sendiri belum tentu diizinkan, sehingga bisa saja menimbulkan potensi konflik.
Sisi positif dan negatif Promposal
Photo by Freepik
Perlu diakui bahwa kegiatan Promposal punya sisi positif seperti belajar menunjukkan afeksi dengan lawan jenis, juga meningkatkan tingkat kreativitas anak. Baik dari sisi menemukan ide, hingga mengeksekusinya. Belum lagi jika idenya perlu melibatkan banyak teman, ada teamwork di situ.
Sekali lagi sesuatu itu selalu ada dua sisi. Selain sisi positif, sisi negatif dari promposal juga ada. Misalnya saja, untuk melakukannya, dibutuhkan resources seperti tenaga, biaya, pikiran. Sehingga ada potensi si anak remaja jadi nggak fokus belajar.
Yang juga perlu diketahui, berhubung aktivitas ini rentan FOMO (Fear Of Missing Out) mungkin saja bisa ada tekanan sosial. Yang tadinya merasa tidak perlu melakukan promposal, tapi karena terlihat keren, ia pun jadi ingin melakukannya.
Dari sisi finansial misalnya, ketika aktivitas ini tidak memungkinkan dirinya untuk beride sesuatu yang grande, tapi karena ada pressure dari teman-temannya, akhirnya dia pun maksa.
Potensi anak-anak merasa left out pun ada. Apalagi ketika ia tidak punya kemampuan untuk melakukan atau bahkan menerima promposal. Atau juga misalnya ketika ia menerima promposal yang biasa-biasa saja dibanding teman-temannya yang lain, lalu kemudian merasa tidak disayang atau tidak keren.
Baca juga: Cek 10 SMA di Jakarta yang Punya Ekskul Basket Terbaik
Apa yang sebaiknya dilakukan orangtua?
Farras lagi-lagi menegaskan bahwa yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua sebaiknya sesuai dengan nilai yang dianut oleh keluarga tersebut. Jika ingin support, pada dasarnya boleh-boleh saja. Tapi sebaiknya orangtua tetap terlibat dalam diskusi. Bisa dari plan promposal itu sendiri. Kepada siapa, di mana, dan seperti apa bentuk promposalnya?
Pastikan orangtua juga tahu pasti intensi anak melakukan ini, tuh, apa, sih? Apakah sekadar ikut-ikutan, atau memang care dengan teman yang mau dia ajak nge-date di prom.
Pun jika orangtua nggak setuju, hindari sikap judgmental. Sertakan diskusi logis dengan si anak remaja, bukan hanya sekadar melarang. Misalnya saja, apa intensinya melakukan promposal. Apakah ini satu-satunya cara untuk mencapai tujuan tersebut? Kalau nanti ditolak bagaimana? Maksa atau tidak? Bagaimanapun anak perlu diajak ngobrol. Memang tricky diskusi sama anak remaja, tu!
Cover photo: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS