Sorry, we couldn't find any article matching ''

Anak Remaja Ingin Sahur on the Road? Kenali Dampak hingga Risikonya
Antara solidaritas dan risiko, ini tanggapan psikolog tentang Sahur on the Road. Ketahui kegiatan alternatif lain yang bisa dilakukan di bulan Ramadan.
Sahur on the Road (SOTR) menjadi tren di kalangan remaja saat bulan Ramadan sambil berkeliling kota untuk berbagi makanan sahur dengan orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan ini sering dianggap sebagai bentuk solidaritas sosial dan pengalaman seru bersama teman-teman. Namun, di balik keseruannya, SOTR juga memiliki risiko, seperti keamanan di jalan dan potensi euforia kelompok yang bisa mengarah ke perilaku kurang terkontrol.
Lalu, bagaimana sebaiknya orang tua menyikapi keinginan anak untuk ikut SOTR? Untuk mengetahuinya, Mommies Daily berkesempatan untuk bertanya untuk bertanya kepada Psikolog Pendidikan, Kara Handali, M.Psi mengenai dampak psikologis hingga risiko yang mungkin dihadapi remaja saat mengikuti kegiatan SOTR.
Apakah kegiatan SOTR Berbahaya?
Menurut Psikolog Kara, SOTR pada dasarnya bertujuan baik sebagai ajang berbagi, tetapi dapat menimbulkan dampak buruk jika tidak didampingi oleh orang dewasa. Tanpa pengawasan, esensi SOTR dapat melenceng dan berubah menjadi sekadar ajang berkumpul untuk bersenang-senang.
Selain itu, ketidakjelasan tujuan serta minimnya pendampingan dapat meningkatkan risiko pengambilan keputusan yang kurang bijak, termasuk terjadinya tawuran. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan remaja dalam mengendalikan diri, mengambil keputusan, serta kondisi otak yang kurang optimal pada waktu pelaksanaan SOTR.
BACA JUGA: 10 Sifat Anak Sulung dan Parenting yang Tepat, Bentuk Karakter Positif
Cara Orang Tua Menghadapi Anak yang Ingin Mengikuti SOTR
Anak usia remaja memang sudah memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi orang tua tetap perlu mendampingi anak saat mengambil keputusan. Berikut ini beberapa hal yang bisa Mommies lakukan saat menghadapi anak yang tertarik mengikuti kegiatan SOTR.
- Menghargai keinginan anak. Remaja perlu diberikan kebebasan untuk memilih, tetapi tetap membutuhkan bimbingan agar dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
- Mencari tahu alasan anak mengikuti SOTR. Ajak anak berdiskusi untuk memahami motivasi mereka mengikuti SOTR, apakah karena solidaritas, kesenangan, atau sekadar mengikuti tren.
- Diskusi bersama terkait dampak mengikuti SOTR. Mommies bisa berdiskusi dengan anak mengenai manfaat SOTR serta risiko yang mungkin terjadi agar mereka dapat mempertimbangkan dengan matang.
- Memberikan pandangan dari orang tua. Sampaikan sudut pandang orang tua dengan cara yang terbuka dan tidak menghakimi, sehingga anak lebih mudah menerima nasihat.
- Hindari melarang anak secara mendadak. Melarang atau mendikte tanpa diskusi justru bisa membuat anak merasa dikekang dan tidak memahami alasan di balik larangan tersebut.
Foto: Ron Lach on Pexels
Dampak Psikologis Kegiatan SOTR
Berdasarkan penjelasannya, berikut beberapa dampak positif dan negatif anak remaja yang mengikuti SOTR menurut Psikolog Kara, antara lain:
Dampak Positif
- Menguatkan relasi pertemanan anak.
- Memberikan kesempatan untuk beraktivitas di luar rutinitas, seperti berbagi dengan orang yang membutuhkan, sehingga dapat menumbuhkan empati dan kepedulian.
Dampak Negatif
- Risiko mengalami bahaya bagi diri sendiri dan orang lain, seperti kecelakaan lalu lintas hingga pertikaian.
- Jika tidak dilakukan dengan pendampingan dan kegiatan yang jelas, SOTR bisa berubah menjadi sekadar ajang berkumpul tanpa makna sosial yang sebenarnya dan berujung pada tindakan yang kurang bertanggung jawab.
BACA JUGA: Para Orang Tua, Mari Ajarkan Anak 10 Adab yang Mulai Hilang Ini!
Risiko Psikologis dan Sosial yang Perlu Diperhatikan dari Kegiatan SOTR
Perlu diketahui risiko psikologis dan sosial dari kegiatan Sahur on the Road tidak dapat diabaikan, mengingat usia remaja yang merupakan fase pencarian jati diri. Pada tahap ini, anak cenderung mengadopsi nilai dan perilaku dari lingkungan pertemanannya, termasuk dalam kegiatan seperti SOTR. Jika kegiatan ini memiliki tujuan yang jelas dan dilakukan dengan pendampingan, remaja dapat memperoleh pengalaman positif yang membentuk empati dan kepedulian sosial.
Namun, tanpa arahan yang tepat, mereka berisiko terjerumus dalam perilaku yang kurang bertanggung jawab dan hanya mengikuti arus kelompok tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Selain itu, karena SOTR berlangsung pada dini hari, yakni waktu saat tubuh secara alami membutuhkan istirahat dan kontrol diri, sehingga kemampuan mengambil keputusan bisa menurun. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan mereka bertindak impulsif atau gegabah, yang dapat berujung pada konflik, tindakan berisiko, atau bahkan insiden yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Cara Orang Tua Mengetahui Anak Mengikuti SOTR karena Niat Baik, Bukan karena FOMO
Orang tua dapat mengetahui apakah anak mengikuti SOTR karena niat baik atau sekadar ikut-ikutan dengan menanyakan alasan mereka secara terbuka dan tanpa prasangka. Saat bertanya, penting untuk berfokus pada pemahaman daripada menuduh. Mommies bisa memulai dengan menyelami antusiasme anak, mencari tahu apa yang membuat mereka bersemangat, serta menanyakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama SOTR.
Dengan pendekatan yang tidak menghakimi, orang tua dapat mengenali motivasi anak dengan lebih jelas. Jika ternyata anak hanya ikut-ikutan, sebaiknya tetap hindari menghakimi, melainkan gunakan kesempatan ini untuk berdiskusi dan membimbing mereka. Hal ini akan membantu orang tua membangun komunikasi yang lebih terbuka dan memberikan arahan yang lebih bijak kepada anak dalam memilih kegiatan yang positif.
Alternatif Kegiatan SOTR
Jika anak ingin berpartisipasi dalam kegiatan sosial selama Ramadan, tetapi orang tua khawatir dengan tren SOTR, berikut ini beberapa alternatif kegiatan yang lebih terarah dan bermanfaat menurut Psikolog Kara, meliputi.
- Memasak dan menyiapkan takjil untuk dibagikan kepada orang-orang di lingkungan sekitar sebagai bentuk kebersamaan dan kepedulian
- Mengadakan kegiatan ngabuburit yang diisi dengan pembelajaran ilmu agama secara aplikatif, yakni menghubungkan ajaran agama dengan praktik serta pengalaman sehari-hari
- Mengikuti buka puasa dan salat Tarawih bersama untuk mempererat silaturahmi serta meningkatkan kebersamaan dalam beribadah
BACA JUGA: 15 Ciri Anak Remaja Kurang Kasih Sayang, Bisa Tumbuh Banyak Masalah
Jadi, kalau anak ingin ikut Sahur on the Road, pastikan mereka paham tujuan dan risikonya ya, Mommies! Dengan komunikasi yang baik, kita bisa bantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak.
Penulis: Nariko Christabel
Cover: CNN Indonesia
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS