Sorry, we couldn't find any article matching ''

Penyintas Kanker Bicara: Bagaimana Perusahaan dan Rekan Kerja Bisa Memberi Dukungan?
Apa bantuan yang bisa diberikan perusahaan dan rekan kerja kepada karyawannya yang didiagnosa kanker? Para penyintas kanker pun berbagi harapan mereka.
Kanker adalah penyakit yang bisa menyerang semua orang dari berbagai kalangan, termasuk semua usia. Tak jarang juga penyakit ini menyerang para pekerja, tak peduli laki-laki atau perempuan.
Menghadapi kanker bukan hanya perjuangan fisik dan emosional, tetapi juga tantangan besar di dunia kerja. Bagi banyak penyintas, dukungan dari perusahaan dan rekan kerja dapat menjadi faktor penting dalam perjalanan mereka melawan penyakit ini. Lalu, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh karyawan yang menghadapi kanker?
Untuk merayakan Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari, Mommies Daily bertanya kepada beberapa penyintas tetang kisah mereka-tentang perjuangan, harapan, dan bagaimana tempat kerja dapat menjadi ruang yang lebih inklusif dan suportif bagi siapa saja yang sedang berjuang melawan kanker.
BACA JUGA: Ayo Deteksi Dini, Ini 20 Tempat Skrining Kanker Serviks dan Payudara
Kapan kamu pertama kali terdiagnosis kanker?
Dian Kencana, Penyintas Kanker Kolokrektal/Rektum (42 tahun): Hasil biopsy pertama saya itu keluar ada 16 Agustus 2021. Setelah itu, saya berjuang menemukan dokter yang tepat dan bersyukur Tuhan tunjukkan jalan-Nya. Setelah menemui beberapa dokter bedah, saya dan keluarga sepakat untuk berobat ke dr. Jusef Treser, SpB, KBD, di RS Siloam Lippo Village. Lalu di akhir Agustus 2021 saya menjalani kemo pertama, dengan tujuan agar area yang terkena kanker tidak meluas. Setelah dilakukan pembedahan untuk mengangkat kankernya di November 2021, saya melakukan radiasi lanjutan sebanyak 30 kali dan kemoterapi lanjutan sebanyak 11 kali.
Kenny Fabanyo, Penyintas Kanker Payudara (32 tahun): Saya terdiagnosis kanker pada tahun 2020. Pengobatan yang saya lakukan itu Mastektomi (Ops pengangkatan Payudara), Kemoterapi sebanyak 8x, Radioterapi 25x, Minum obat dan suntik selama 5 tahun.
Rini Subekti, Penyintas Kanker Ovarium (49 tahun): Pada Oktober 2020, muncul gejala sulit buang air kecil. Pemeriksaan menemukan adanya kista yang menekan saluran kemih, sehingga dokter menyarankan operasi. Saat operasi, kista juga ditemukan melekat pada usus, sehingga rahim dan ovarium harus diangkat. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kanker dan kemoterapi dilakukan sebanyak enam siklus dari Desember 2020 hingga Maret 2021. Lalu pada Mei 2024, kankernya tumbuh lagi. Saya pun kemoterapi kembali dari Agustus hingga November 2024. Saat ini, saya hanya perlu kontrol rutin setiap tiga bulan sekali.
Vierna Arvianti, Penyintas Kanker Payudara (47 tahun): Di tahun 2015, tanpa disengaja saya meraba area dada sebelah kiri dan menemukan adanya benjolan. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa saya positif menderita kanker payudara. Saya menjalankan kemoterapi, dilanjutkan operasi yang disebut lumpektom sekaligus rekonstruksi payudara, baru kemudian saya menjalani terapi Radiasi. Setelah itu dilanjutkan dengan suntikan untuk menahan laju kesuburan sebanyak 24 kali. Terakhir saya diberi obat hormonal yang diminum setiap hari selama 10 tahun.
Menteria Butar Butar, DRA (62 tahun), Penyintas Kanker Paru-Paru: Saya terdiagnosis kanker paru pada Oktober 2016. Pada Desember 2016, saya melakukan operasi lobektomi, yaitu membuang lobus atas paru kanan, tempat kanker itu tumbuh. Dilanjut dengan kemoterapi 4 kali pada Januari – April 2017, dan sejak saat itu sampai sekarang saya rutin kontrol sesuai jadwal dari dokter.
Apa tantangan terbesar selama menjalani perawatan sambil tetap bekerja?
Dian: Tentunya menjaga kondisi badan. Karena badan tidak boleh terlalu capek dan tidak boleh stres. Itu menjadi suatu tantangan tersendiri. Rasa bersalah tidak bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal itu pun selalu ada.
Kenny: Membagi waktu. Di saat saya harus meeting tapi ternyata saya juga harus ke RS, dan itu yang membuat saya sedikit kesusahan. Saya bekerja sebagai Sekretaris, dan pekerjaan ini membuat saya harus standby setiap saat, tetapi ketika berobat, saya harus fokus ke pengobatan. Itu juga susah untuk saya jalani. Tapi lama-lama saya bisa melaluinya. Mungkin karena terbiasa, ya.
Rini: Sewaktu pengobatan di tahun 2020 bertepatan dengan pandemi sehingga pekerjaan bisa dilakukan WFH dan secara job desc masih banyak melalui online. Jadi, ritmenya bisa diatur sesuai kondisi tubuh. Namun di tahun 2024, saya banyak pekerjaan lapangan. Akibat kemoterapi ada waktu dimana saya tidak bisa ke kantor sekitar 5 hari kerja (setelah kemo) dan juga perlu waktu 2 hari kerja untuk pemeriksaan sebelum kemo.
Tantangannya itu membagi tugas dengan tim dan juga harus menyadari kalau kondisi fisik dan mental saya tidak bisa disamakan ketika masih sehat. Beberapa pekerjaan di bagi ke rekan kerja dan ada juga yang diambil alih oleh pimpinan. Sedangkan untuk pekerjaan yang masih bisa di remote dan meeting online dilakukan ketika kondisi fisik saya memungkinkan. Pekerjaan dinas keluar kota juga tidak bisa dilakukan dan digantikan oleh tim yang lain.
Vierna: Tantangan pertama adalah efek samping dari kemoterapi, operasi, dan radiasi, seperti mual, muntah, nyeri, rambut rontok hingga kelelahan fisik yang luar biasa. Itu mengakibatkan saya sulit untuk bekerja dan gagal fokus untuk melakukan tugas yang harus saya selesaikan.
Ditambah adanya jadwal pengobatan yang begitu intensif, harus kunjungan ke dokter pada saat-saat tertentu yang memberi isyarat bahwa terapi yang sedang dijalankan bisa berlanjut. Seluruh rangkaian terapi dan operasi ini membuat saya sering absen di kantor. Kinerja dan produktifvitas kerja saya menurun drastis, dan saya pun sulit untuk berkonsentrasi sehingga kemampuan bekerja tidak optimal lagi.
Menteria: Sementara saya harus menjalani pengobatan, pekerjaan justru mewajibkan untuk tetap hadir dan bekerja di kantor karena kehadiran dan penyelesaian pekerjaan sangat terkait dengan disipilin/punishment yang berlaku dalam perhitungan tunjangan/gaji, bonus akhir tahun, THR, dan lainnya. Ada juga sistem absensi sidik jari yang mewajibkan karyawan untuk selalu masuk, padahal ada pekerjaan yang bisa dikerjakan rumah.
Ditambah, ada batasan waktu yang sangat ketat bagi karyawan untuk izin sakit (tidak bisa masuk kantor) sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi tiap-tiap jabatan. Jika izin sakit melebihi waktu yang telah ditentukan, secara otomatis karyawan harus mengundurkan diri atau turun jabatan.
Foto: Freepik
Bagaimana rekan kerja dan atasan menanggapi kondisi Anda? Apa ada dukungan yang diberikan oleh mereka dan perusahaan?
Dian: Puji Tuhan saya punya bos yang baik, jadi saya boleh full wfh sampai selesai pengobatan. Rekan-rekan kerja juga sangat mendukung dan sangat mau membantu mengerjakan urusan kantor. Kebetulan juga saat itu sedang masa pandemi, jadi bisnis juga tidak telalu ramai.
Kenny: Puji Tuhan Alhamdulillah, mereka sangat suportif di saat saya sedang menjalani pengobatan. Mereka peduli dengan keadaan saya saat itu. Banyak juga kolega yang membantu pekerjaan supaya lebih ringan ketika saya sedang aktif berobat. Perusahaan memberikan cuti medis hampir 3 minggu selama saya bed rest setelah operasi. Setiap selesai kemoterapi pun saya mendapatkan cuti khusus sekitar 7 hari.
Rini: Rekan kerja dan atasan sangat mendukung saya menjalani semua proses pengobatan. Banyak dukungan dalam berbagai bentuk. Untuk cuti medis berlaku sesuai dengan surat keterangan istirahat dari dokter, tetapi ketika kondisi saya belum memungkinkan untuk ke kantor saya diberikan dispensasi bisa kerja dari rumah atau menambah waktu istirahat. Dalam kondisi tertentu saya juga mengajukan cuti tambahan agar bisa fit.
Vierna: Atasan saya serta temen di kantor banyak memberikan dukungan dan rasa empati kepada saya. Akhirnya saya pun mendapatkan cuti medis dan waktu kerja saya pun fleksibel.
Menteria: Rekan kerja saya turut prihatin ketika melihat saya tetap masuk kerja sementara efek kemoterapi yang begitu luar biasa dan membuat saya menjadi botak. Atasan saya sendiri secara lisan memberi kelonggaran untuk istirahat atau izin tidak masuk kerja. Tetapi karena peraturan yang berlaku itu tertulis, sedangkan pernyataan lisan itu hanya sebagai peraturan tambahannya. Jadi penerapan peraturan lisan itu tidak berlaku bila karyawan melanggar peraturan yang tertulis.
Saya bisa mendapat cuti medis, tetapi ada batasannya seperti yang tertulis sesuai peraturan. Fleksibilitas kerja pun diberikan sesuai dengan SOP. Jadi, dukungan yang saya dapatkan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, tujuannya agar tidak terjadi diskriminasi.
Menurut Anda, kebijakan apa yang seharusnya dimiliki perusahaan untuk mendukung penderita dan penyintas kanker?
Dian: Fleksibilitas waktu itu sangat membantu. Namun saya berharap kami tetap dilibatkan dalam pekerjaan, sehingga kami tidak berasa dikucilkan.
Kenny: Menurutku cuti medis, waktu yang fleksibel, asuransi perusahaan, dan dukungan finansial.
Rini: Flexibilitas untuk pekerjaan, tetapi kembali ke jenis pekerjaannya, lalu penyesuaian job desc yang sekiranya masih bisa dilakukan oleh penyintas, dan dukungan biaya pengobatan.
Vierna: Cuti medis, dukungan finansial, waktu kerja yang fleksibel, dukungan psikologis, edukasi deteksi dini tentang kanker pada karyawan, dan memberikan fasilitas kesehatan, seperti asuransi kesehatan yang mencakup pembiayaan pengobatan kanker.
Menteria: Memasukkan peraturan khusus dalam peraturan tertulis yang berlaku (Tata Tertib) sehingga pasien bisa bekerja maksimal sesuai dengan kondisinya saat menjalani pengobatan dan kontrol rutin sesuai permintaan dokter. Dengan demikian pasien tak melanggar disiplin atau tidak kena hukuman.
Bagaimana cara terbaik bagi rekan kerja atau atasan untuk mendukung penyintas kanker di tempat kerja?
Dian: Mau membantu dengan pekerjaan, dan tidak perlu terlalu kepo dengan pertanyaan basa basi, seperti kenapa bisa sakit?
Kenny: Support moral dan lebih mengerti keadaan teman-teman penyintas yang kadang tidak baik-baik saja.
Rini: Mungkin berbeda bagi setiap individu. Saya pribadi lebih senang ketika saya tidak dianggap berbeda atau dianggap rapuh. Sebagai seorang pekerja yang mempunyai tanggung jawab dalam pekerjaan, sebaiknya penyintas tetap diberikan tugas-tugas yang bisa disesuaikan dengan kondisi dan diberikan kesempatan untuk diskusi dengan rekan kerja dan atasan agar tidak menghambat ritme kerja teman teman yang lain.
Vierna: Dengan menawarkan dukungan dan rasa empati, lalu menciptakan lingkungan yang bebas stigma dan mitos, serta adanya jam kerja yang fleksibel.
Manteria: Cara terbaik adalah dengan membuat peraturan khusus untuk karyawan yang terdiagnosis kanker.
Apa yang ingin Anda sampaikan kepada pekerja lain yang sedang menghadapi kanker saat ini?
Dian: Sampaikan kondisi kalian dengan jujur kepada rekan kerja, dan izinkan mereka membantu pekerjaan kalian. Walaupun sekarang mungkin kalian berasa tidak bisa maksimal dalam bekerja, tetapi meminta tolong dan menerima bantuan itu bukan berarti kalian lemah. Berbesar hatilah. Dibutuhkan keberanian untuk mau menerima bantuan rekan-rekan kerja.
Kenny: Saya pernah melalui kegalauan yang cukup besar “berhenti berobat atau berhenti bekerja.” Meskipun rasanya sangat berat untuk memilih, percayalah, ternyata kedua itu bisa berjalan bersamaan. Ternyata saya lebih kuat dari yang saya kira. Teman-teman pasti juga bisa. Jangan ragu untuk mencari dukungan teman-teman kantor, bahkan jika harus cerita ke atasan atau HRD silahkan dan cari solusi bersama.
Lalu yang paling terpenting adalah memberi waktu untuk diri sendiri pulih dari pengobatan untuk bisa lanjut bekerja. Makan yang banyak, supaya bisa menjalani hari kalian dengan kuat dan bahagia. Kamu, gak, sendirian, kok! Yakin dan percaya kamu bisa menjalani semua ini. Semangat, ya!
Rini: Ayo semangat dalam menjalani proses pengobatan dan mari jaga kondisi kita agar bisa tetap sehat dan menjalani aktifitas. Bergabung dalam komunitas penyintas kanker, dari tahun 2021 saya bergabung ke Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC). Di CISC ada WAG sesuai jenis kanker dan ada dokter yang mendampingi. Peserta banyak mendapatkan edukasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Sejak ikut di CISC ini saya merasa semakin semangat dan bisa mendapatkan informasi yang akurat tentang pengobatan kanker.
Untuk semua yang membaca tulisan ini, mari kita waspada, bukan takut, dan belajar mengenali tubuh sendiri. Mari jaga pola hidup dan menjalani hari dengan sukacita. Kesulitan pasti ada, tetapi kanker bukan akhir dari segalanya. Kanker tidak Angker. Salam sehat.
Vierna: Fokus berobat secara medis, mendapatkan edukasi, dukungan informasi, dan emosi. Kalian tidak sendirian. Jangan pernah menyerah, tetap semangat, harapan untuk sehat dan bugar Kembali itu ada. Jangan ragu juga untuk bergabung dalam komunitas kanker, seperti saya yang bergabung dalam komunitas CISC. Saya sangat merasakan manfaatnya dalam membantu memberikan informasi dan edukasi serta menjadi tempat untuk saling memberikan dukungan, semangat, dan motivasi antar sesama penyintas dan harus yakin bahwa kanker bukanlah akhir dari segalanya.
Manteria: Usahakan untuk bisa menjelaskan pengobatan, efek samping pengobatan yang di alami, dan faktor risiko kanker agar pimpinan dan rekan kerja bisa memahami kondisi kalian. Jauhkan jua keluhan, harus ikhlas, dan tetap semangat menjalani pengobatan, dan bekerja maksimal sesuai kemampuan dan kondisi saat ini.
Sebagai pasien kanker, sebaiknya mencari komunitas kanker, agar bisa mendapatkan wawasan hidup berkualitas dari sesama penyintas. Selain itu juga bisa mendapatkan berbagai informasi menjalani pengobatan yang baik dan benar, saling menguatkan, dan mendapatkan semangat dari kebersamaan anggota dalam komunitas kanker tersebut. Dalam hal ini, saya ikut dan aktif sebagai pegiat kanker di CISC Indonesia (Cancer Information and Support Center) sejak Januari 2017.
Foto: Freepik
Itu dia beberapa kisah para penyintas kanker dan perjuangan mereka di tengah karier dan dunia kerja. Semoga bisa menginspirasi dan menjadi sumber kekuatan untuk para pejuang kanker lainnya i luar sana, yang juga tengah bergelut dalam membagi waktunya dengan pekerjaan. Semoga selalu diberikan kekuatan untuk terus berjuang dan segera kembali sehat.
BACA JUGA: Siap Berikan Dukungan, Ini Daftar 8 Komunitas dan Yayasan Kanker di Indonesia
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS