Tragis bayi 5 bulan meninggal setelah dianiaya dan ditelantarkan orang tuanya, cek kisah lengkapnya dan pelajaran penting yang bisa diambil para orang tua.
Kasus kekerasan dan penelantaran terhadap anak kembali menggemparkan publik. Kali ini, seorang bayi laki-laki berusia lima bulan ditemukan meninggal dunia di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebuah rumah sakit di Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Tragisnya, bayi tersebut mengalami kekerasan fisik sebelum meninggal, dan kedua orang tuanya malah meninggalkan jasadnya di rumah sakit dengan alasan tidak memiliki uang untuk membayar biaya perawatan.
Polisi mengungkap bahwa pasangan H (38) dan BU (35), orang tua bayi tersebut, membawa anak mereka ke rumah sakit pada Sabtu, 28 Desember 2024, pukul 02.59 WIB. Sang bayi yang sudah dalam kondisi pucat dan kejang-kejang langsung mendapatkan perawatan medis. Namun, nyawanya tak tertolong, dan sekitar pukul 04.20 WIB, bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia.
“Ketika dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 2.00 pagi itu, keterangan dari dokter maupun perawat di sana bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan pucat, sudah keadaan sempat kejang-kejang dan kondisinya sudah sangat memperhatinkan,” ucap Kanit Reskrim Polsek Grogol Petamburan AKP Mohammad Aprino Tamara melansir detik.com.
Saat diberitahu biaya perawatan sebesar R 3,6 juta, pasangan ini berdalih akan mencari uang untuk membayar. Namun, mereka tidak pernah kembali. Jenazah bayi mereka pun ditelantarkan begitu saja di rumah sakit.
Polisi akhirnya menangkap H dan BU dua minggu kemudian di sebuah kos di Jelambar, Jakarta Barat. Berdasarkan pengakuan keduanya, alasan penelantaran bayi adalah karena kesulitan ekonomi. Namun, fakta lain terungkap: sebelum bayi dilarikan ke rumah sakit, ayahnya sempat memukul korban karena kesal akibat tangisannya yang tak kunjung reda.
Menurut Kapolsek Grogol Petamburan Kompol Reza Hafiz Gumilang, bayi malang tersebut mengalami kekerasan fisik berupa pukulan di bagian kepala oleh ayahnya sendiri. Hasil visum menunjukkan adanya luka di pelipis, kening, dan bagian belakang kepala akibat benturan benda keras atau tumpul. Meski begitu, penyebab pasti kematian bayi masih menunggu hasil autopsi.
Kekerasan seperti ini sering kali terjadi akibat tekanan emosional dan kurangnya kesiapan mental menjadi orang tua. Dalam kasus ini, H diduga frustrasi dengan kondisi ekonomi yang sulit serta kurangnya dukungan untuk menghadapi tanggung jawab sebagai orang tua.
Pasangan ini juga tidak memiliki BPJS Kesehatan, yang sebenarnya dapat membantu meringankan beban biaya pengobatan. Pihak rumah sakit bahkan sempat menawarkan bantuan pembuatan BPJS untuk bayi tersebut, tetapi H dan BU menolak dengan alasan kebingungan.
H dan BU kini telah ditetapkan sebagai tersangka. H didakwa atas kekerasan dan penelantaran anak, sedangkan BU turut dijerat karena berperan meninggalkan anaknya. Mereka dijerat Pasal 77 B jo Pasal 76 B jo Pasal 77 C jo Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Kisah tragis ini menjadi pengingat bahwa menjadi orang tua bukan hanya soal melahirkan anak, tetapi juga kesiapan mental, emosional, dan finansial. Sebelum memutuskan memiliki anak, ada beberapa hal penting yang perlu didiskusikan bersama pasangan:
Menjadi orang tua membutuhkan kesiapan untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk tangisan bayi yang mungkin membuat stres. Diskusikan dengan pasangan tentang bagaimana membagi peran dalam pengasuhan anak agar tidak ada pihak yang merasa terbebani sendirian.
Membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari kebutuhan pokok seperti susu, popok, hingga biaya kesehatan. Penting untuk menabung sebelum memiliki anak dan memastikan ada perlindungan finansial seperti BPJS Kesehatan atau asuransi lainnya.
Diskusikan pola asuh seperti apa yang ingin diterapkan. Selain itu, pelajari cara menangani emosi agar kekerasan fisik seperti dalam kasus ini tidak terjadi. Kesabaran adalah kunci utama dalam mengasuh anak.
Komunikasi antara pasangan menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan pengasuhan. Jangan ragu untuk meminta bantuan atau dukungan dari keluarga besar atau teman jika merasa kewalahan.
Jika merasa belum siap menjadi orang tua meskipun sudah menikah, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
Pastikan menggunakan kontrasepsi seperti kondom atau pil KB untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
Pelajari tentang kesehatan reproduksi dan tanggung jawab seksual agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Bicarakan dengan pasangan tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak berdasarkan kesiapan mental dan finansial.
BACA JUGA: Siap Sambut Kehadiran Gen Beta, Apa Bedanya dengan Gen Alpha?
Kasus tragis bayi lima bulan yang meninggal dunia akibat kekerasan dan penelantaran ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Memiliki anak adalah tanggung jawab besar yang tidak boleh dianggap enteng. Jika merasa belum siap, lebih baik menunda daripada membahayakan nyawa anak.
Ingatlah, menjadi orang tua bukan hanya soal melahirkan anak, tetapi juga memberikan kasih sayang, perlindungan, dan kehidupan yang layak. Jangan sampai keputusan yang tidak matang membawa dampak buruk bagi anak yang seharusnya menjadi anugerah terindah.
Penulis: Nazla Ufaira Sabri
Cover: Freepik