Belajar dari kasus pembunuhan di Lebak Bulus lalu, ini tanda-tanda orang tua terlalu menuntut anak belajar menurut psikolog. Intip juga tips menerapkan sistem belajar sehat bagi anak di sini!
Pada Sabtu, 30 November 2024 lalu, terjadi insiden nahas di Lebak Bulus, Jakarta Selatan yakni kasus pembunuhan dua orang dalam satu keluarga yang dilakukan oleh remaja berusia 14 tahun. Remaja berinisial MAS tersebut membunuh ayah dan neneknya sendiri, sedangkan sang ibu turut yang menjadi turut menjadi korban harus mendapatkan perawatan medis di rumah sakit akibat luka tusuk yang cukup parah.
Berdasarkan isu yang beredar, peristiwa tragis tersebut disebabkan karena remaja MAS berada di bawah tekanan yang berat akibat adanya tuntutan belajar yang berlebihan dari orang tuanya serta kurangnya waktu untuk bermain ataupun beristirahat. Merenungkan kejadian itu, seringkali orang tua memang memiliki harapan besar pada anaknya dalam hal pendidikan. Namun, dalam prosesnya ekspektasi yang tinggi justru dapat berubah menjadi tekanan.
Orang tua yang menggunakan pendekatan ini umumnya bisa membuat sang anak merasa terbebani, bahkan kehilangan motivasi untuk belajar. Lantas, seperti apa tanda-tanda orang tua yang menuntut anak berlebihan dalam belajar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mommies Daily berkesempatan mewawancarai Vera Itabiliana, M. Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis Anak dan Remaja.
BACA JUGA: 5 Daftar Kegiatan Volunteer untuk Remaja di Saat Liburan
Berdasarkan penjelasannya, psikolog Vera mengungkapkan bahwa terdapat beberapa tanda yang menunjukkan orang tua menuntut anak belajar berlebihan. Simak selengkapnya di bawah ini.
Saat anak dituntut untuk belajar hingga larut malam tanpa mempertimbangkan kebutuhan istirahatnya, hal ini dapat berdampak negatif pada fisik, mental, dan emosional anak. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan anak kekurangan energi saat beraktivitas di pagi hari, gangguan fokus dan daya ingat, serta emosi yang tidak stabil.
Salah satu tanda bahwa orang tua menuntut anak belajar berlebihan adalah ketika si kecil menjadi emosional dalam proses belajar. Apabila anak sering menangis, frustasi, atau marah saat belajar menjadi tanda adanya tekanan yang terlalu besar sehingga belajar tidak lagi menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Hal ini biasanya disebabkan karena anak yang merasa kesulitan dalam memenuhi standar orang tua, beban belajar tanpa jeda sehingga anak kehilangan kesabaran, serta anak yang merasa sendirian dalam menghadapi tuntutan belajar.
Pada saat si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda seperti kehilangan keceriaan dan antusiasme, maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa tekanan belajar yang diterima sudah melampaui batas kemampuannya.Kondisi ini juga bisa disebabkan karena anak yang kehilangan waktu bermain, istirahat, serta bersosialisasi sehingga merasa lelah.
Adanya tekanan belajar yang berlebihan justru membuat anak merasa stres sehingga menjadi sulit dalam menyerap materi dengan baik dan menunjukkan hasil yang optimal. Metode belajar secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup justru membuat anak kehilangan konsentrasi dan sulit memproses informasi. Hal ini berujung memberikan dampak kurangnya hubungan anak dengan orang tua karena si kecil merasa dihargai berdasarkan hasil bukan karena usahanya.
Anak yang dituntut secara berlebihan untuk belajar oleh orang tuanya dapat menyebabkan risiko, seperti burnout, otak lelah, dan performa yang menurun. Untuk menghindari hal tersebut, psikolog Vera membagikan beberapa tips dalam menerapkan sistem belajar yang sehat untuk anak, antara lain.
Langkah pertama yang paling penting untuk Mommies lakukan dalam menerapkan sistem belajar yang sehat untuk anak adalah mengenal gaya belajar mereka dahulu. Gaya belajar anak terbagi menjadi tiga jenis, yakni gaya belajar mendengarkan atau auditori, gaya belajar melihat atau visual, dan gaya belajar bergerak atau kinestetik. Untuk memudahkan, Mommies bisa melihat anak bagaimana mereka mengekspresikan diri, memperhatikan minatnya, hingga melihat anak dalam menyelesaikan masalah.
Kesepakatan waktu yang dibuat orang tua bersama anak dapat membantu menciptakan rasa tanggung jawab pada si kecil, sekaligus memastikan waktu yang seimbang dengan kebutuhan istirahat dan bermain. Tanyakan kepada anak kapan waktu yang tepat untuk mereka secara nyaman untuk belajar. Jangan lupa juga untuk menyesuaikan durasi belajar dengan usia anak agar tidak berlebihan, sehingga anak tetap bisa fokus menyerap materi yang disampaikan.
Dengan memberikan penghargaan, anak tidak hanya merasa dihargai saja, tetapi juga menjadi lebih termotivasi dalam belajar tanpa adanya tekanan yang berlebihan. Selalu apresiasi anak karena sudah berusaha keras, meskipun hasil yang mereka berikan belum sempurna.
Selain kata-kata, tunjukan rasa bangga secara emosional juga, seperti memberikan pelukan dan senyum hangat untuk membuat si kecil lebih dihargai dan fokus pada pengembangan anak tanpa harus membandingkan mereka dengan teman atau saudaranya.
BACA JUGA: 30 Ide Kegiatan Liburan bersama Anak yang Hemat, Wajib Masuk Daftar!
Nah Mommies, itulah rangkuman informasi mengenai tanda orang tua menuntut anak belajar berlebihan hingga cara tepat dalam menerapkan sistem belajar sehat untuk anak. Semoga membantu!
Penulis: Nariko Christabel
Cover: Freepik