Memangnya ada waktu yang tepat untuk resign? Kalau dari kacamata HRD, bila mengalami tanda-tanda ini, Anda bisa mulai mengajukan pengunduran diri!
Sudah di pengujung tahun. Di momen-momen seperti ini pasti ada saja yang berpikir untuk menyudahi pekerjaan yang saat ini diembani. Namun, apakah pengujung tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk resign? Sebetulnya, bila mengalami tanda-tanda ini, Anda bisa mulai mengajukan surat pengunduran diri. Begini penjelasan experts, alias para HRD.
Namun, sebelum membahas kapan waktu yang tepat untuk mengirim surat pengunduran diri, kita perlu pahami bahwa alasan resign, apalagi bagi ibu bekerja, tentu sangat beragam dan kompleks. Ada yang sedang tidak berharap, tapi tiba-tiba ditawari kesempatan emas, ada yang tidak kuasa lagi menahan tekanan dari pekerjaan sekarang, merasa perusahaan tidak bisa mendukung kita di masa depan, sampai yang merindukan untuk bisa menemani anak-anak sehingga harus banting stir jadi ibu rumah tangga atau pekerja lepas. Semua alasan Mommies itu valid! Apalagi bila alasan tersebut kian membuat kita menjadi galau, membuat kinerja kita terus menurun, bahkan berujung burnout.
Menurut dua ahli sumber daya manusia dan anggota fakultas di USC Bovard College, Cheng Yu Hou dan Maisha Daniel, ada beberapa faktor utama yang menunjukkan bahwa Anda memang harus mulai mempersiapkan diri untuk meninggalkan pekerjaan Anda.
Umumnya, seseorang bekerja dengan harapan jenjang kariernya bisa naik. Dengan begitu kompensasi pun akan meningkat, mereka bisa mengembangkan lebih banyak keahlian, dan tentunya kontribusi terhadap perusahaan juga akan meningkat. Jika pertumbuhan tersebut berhenti, Anda tidak lagi bisa melihat kemungkinan terjadinya hal tersebut, maka Anda bisa mempertimbangkan untuk pindah ke organisasi atau perusahaan lain yang masih memberikan peluang untuk mewujudkan hal tersebut.
Bagi sebuah perusahaan besar, hal ini biasanya jarang terjadi, tetapi bukan tidak mungkin, terutama ketika adanya komplikasi yang mencampurkan urusan politik dengan etika. Misalnya, sebuah kasus melibatkan status para karyawan, padahal secara hukum mereka tidak melakukan kesalahan. Atau, sering terjadi ketika ada beberapa oknum dalam perusahaan yang seperti punya “kuasa” untuk mengubah budaya kerja yang selama ini Anda junjung tinggi, menjadi bertentangan dengan nilai yang Anda pegang. Termasuk juga ketika Anda terlibat dalam perilaku tidak etis oleh atasan, maupun rekan kerja. Ketika bahkan departemen SDM perusahaan telah gagal mengatasi masalah tersebut, Anda bisa memantapkan diri untuk resign.
Terlepas dari perspektif saat memulai pekerjaan, jika Anda tidak lagi tertarik dengan peran yang dijalani, mungkin saatnya berpikir lagi. Ibaratnya, sebagus apapun pekerjaan Anda, bila tidak bisa dijalani sepenuh hati tentu tidak akan membawa berkah. Hal ini memang subjektif, seseorang bisa saja berubah, tadinya semangat, sekarang tidak lagi. Tadinya bergairah, sekarang hanya berjalan auto pilot. Namun, dalam jangka waktu ke depan, bila Anda merasa tidak lagi bisa berkontribusi terhadap perusahaan, demi kebaikan perusahaan dan demi nama baik Anda, boleh sekali pertimbangkan untuk resign!
Terkait kapan, memang tidak bisa semudah itu menentukan momennya. Umumnya, karayawan menyempatkan akhir tahun, setelah menerima bonus, gaji ke-13, atau THR sebagai momen yang tepat untuk mengundurkan diri. Namun, kembali lagi pada peraturan perusahaan yang berlaku. Mereka yang sudah tidak tahan dengan pekerjaannya pun tetap harus mengikuti aturan. Umumnya, ada one month notice bagi executive, bahkan three months notice bagi mereka yang sudah di level lebih tinggi. Resign karena pindah perusahaan pun harus memastikan terlebih dahulu apakah proses perekrutan di perusahaan yang baru sudah benar dan jelas statusnya. Kalau dari kacamata perencana keuangan, khususnya bila ingin benar-benar berhenti bekerja, maka pastikan Anda sudah mengamankan finansial, seperti dana darurat sudah terkumpul misalnya untuk minimal enam bulan ke depan. Atau, Anda sudah sepakat dengan pasangan perihal kebutuhan sehari-hari dari double income menjadi single income, misalnya.
Pada akhirnya, semua ini kembali lagi pada Anda sebagai si pembuat keputusan, ya, Mommies. Kalau kata Ko Sam aka Samuel Ray, HR manager dan content creator, di salah satu Instagram Stories-nya, “Your company will leave you. Or you will leave your company. Semua akan resign pada waktunya.” Sekarang, tinggal bulatkan tekad, mantapkan hati, tentukan pilihan yang tidak akan Anda sesali. Semangat, ya!