Munculnya ketakutan seorang ayah ketika membesarkan anak laki-laki adalah hal yang wajar. Jangan takut karena ini adalah sebuah proses pembelajaran.
Selain peran sebagai pelindung dan pemberi nafkah, seorang ayah juga diharapkan menjadi teman, mentor, dan sumber kasih sayang bagi anaknya, apakah itu anak perempuan, maupun anak laki-laki.
Meski seringkali tak kentara, ternyata para ayah juga memiliki ketakutan untuk tidak bisa memenuhi peran tersebut di atas. Terlebih-lebih tekanan nggak cuma datang dari dalam diri, tapi juga dari masyarakat sekitar. Ekspektasi tinggi pada sosok ayah membuat mereka merasa terbebani dan khawatir.
Di artikel ini, kita coba bahas ketakutan-ketakutan yang dimiliki ayah saat membesarkan anak laki-lakinya.
“Saya paling takut kalau anak saya tahu-tahu menghamili anak orang lain. Dosanya dobel-dobel. Bukan cuma sama Tuhan, tapi sama anak yang dikandung itu.“
Ichsan
“Takut banget anak gak punya resilien, sehingga tidak bisa berdikari. Was-was kalau nanti sampai tua hidupnya bergantung ke kita terus, nggak kerja, pengangguran.”
Ronald
“Gue ngeri banget kalau anak gue salah pergaulan, mengalami pelecehan, dan kemudian malah jadi gay. Amit-amit jangan sampai.”
Bona
“Saya takut anak saya tumbuh besar seperti saya. Bad temper, terlalu keras, dan sulit mengungkapkan perasaan sayang.”
Fajar
“Paling nggak mau anak jadi sasaran bully. Tapi lebih takut anak yang jadi pembully hingga mencelakakan anak orang lain.”
Ronny
Sebenarnya ketakutan para ayah di atas dalam mengasuh anak laki-laki adalah hal yang sangat manusiawi. Ketakutan-ketakutan tersebut seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk norma sosial, pengalaman pribadi, dan tekanan lingkungan.
Baca juga: 5 Rekomendasi Tas Kerja untuk Ayah
Berdasarkan pengakuan para ayah tadi, ketakutan-ketakutan tersebut bisa kita kategorikan sebagai berikut:
Hal ini mungkin disebabkan karena banyak ayah yang merasa tertekan untuk menjadi sosok yang kuat, tangguh, dan mampu melindungi anaknya dari segala bahaya. Ketakutan untuk gagal dalam peran ini bisa menjadi beban yang cukup berat.
Ayah seringkali merasa bertanggung jawab untuk menjadi panutan bagi anak laki-lakinya. Ketakutan untuk tidak bisa memberikan teladan yang baik dalam hal moral, etika, atau perilaku bisa menjadi sumber kecemasan.
Perubahan zaman dan perkembangan teknologi membuat banyak ayah merasa kesulitan memahami minat dan dunia anak laki-laki jaman now. Ketakutan untuk tidak bisa terhubung dengan anak dan memberikan bimbingan yang tepat bisa menjadi masalah.
Ayah ingin anak laki-lakinya tumbuh menjadi pria yang mandiri dan bertanggung jawab. Namun, ketakutan untuk tidak bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut bisa menjadi penghalang.
Banyak ayah yang takut membuat kesalahan dalam pengasuhan yang akan berdampak buruk pada perkembangan anak. Ketakutan ini bisa membuat mereka menjadi terlalu protektif atau sebaliknya, terlalu permisif.
Tekanan dari lingkungan, keluarga, atau teman-teman untuk menjadi ayah yang “sempurna” bisa membuat ayah merasa terbebani dan cemas.
Perubahan peran gender dalam masyarakat modern membuat beberapa ayah merasa tidak yakin dengan peran mereka sebagai ayah.
Baca juga: 7 Tantangan Mental Health yang Perlu Ayah Perhatikan
Penting untuk diingat bahwa menjadi ayah adalah sebuah proses pembelajaran. Setiap ayah memiliki cara yang unik untuk mengasuh anaknya. Yang terpenting adalah memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang cukup bagi anak laki-laki Anda.
Cover photo by Freepik