Kejam! Seorang Ibu Cambuk Anak Kandung karena Masalah Stiker

Parenting & Kids

Mommies Daily・27 Sep 2024

detail-thumb

Hanya karena stiker, ibu kandung cambuk anak perempuannya sendiri dengan ikat pinggang hingga luka-luka. Kejadian tersebut pun terekam CCTV.

Kasus kekerasan terhadap anak menjadi salah satu isu yang kian marak terjadi. Seperti yang sedang viral di media sosial saat ini bahwa terdapat seorang ibu (DF) di Kota Medan, Sumatera Utara yang ditangkap dan harus mendekam di jeruji besi akibat mencambuk anak perempuannya dengan menggunakan tali pinggang.

Diketahui bahwa sang anak, berinisial K (6) masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Tindak kekejaman sang ibu dipicu karena persoalan stiker sekolah korban yang hilang. Tidak hanya dicambuk, korban juga diduga dipukuli sekaligus diinjak oleh ibunya. 

Lalu, bagaimana kronologi kejadian ini bisa terjadi? Simak informasi yang sudah Mommies Daily rangkum di bawah ini. 

Viral di Media Sosial

Sebelumnya, penganiayaan yang dilakukan oleh DF viral di jagat maya. Video yang merupakan hasil rekaman CCTV tersebut menunjukkan bagian punggung anak perempuan kecil yang mengalami banyak luka-luka dan diduga bekas cambukan. Anak perempuan itu tampak masih menggunakan rok SD berwarna merah. Lalu, video menunjukkan seorang wanita di dapur rumah terlihat memegang benda seperti ikat pinggang. 

Wanita tersebut tampak sedang menggulung ikat pinggang ke tangannya sambil menanyakan kepada sang anak terkait stiker sekolahnya. Meskipun anaknya tersebut sudah berupaya menjawab pertanyaan yang dilontarkan ibunya, tetapi setelah itu wanita tersebut justru langsung memukulkan tali pinggang ke arah anaknya. 

Dalam video CCTV dapat terlihat sang anak tampak menangis histeris. Pengunggah video mengungkapkan peristiwa tersebut terjadi di Jalan Pasar 1, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal.

BACA JUGA: Tak Perlu Malu, Ini 7 Alasan Buat Orang Tua Diskusi Menstruasi dengan Anak Perempuannya

Terungkap karena Guru Korban

Melansir dari detiksumut, Kapolrestabes Medan Kombes Teddy Jhon Sahala Marbun mengatakan bahwa penganiayaan terungkap setelah guru melihat luka-luka yang terletak di punggung korban. Usai mengetahui hal itu, sang guru segera melaporkannya kepada petugas Polrestabes Medan. 

“Setelah dilakukan pengamanan terhadap anak tersebut, langsung anggota menjumpai orang tuanya yang ada di belakang. Ternyata hasil keterangan dari orang tuanya sudah sering melakukan penganiayaan. Orang tuanya ini seorang janda dan mempunyai beban tanggung jawab,” ungkap Teddy melansir dari detiksumut. 

Kasus juga terungkap setelah teman korban menanyakan kondisi tubuhnya yang dipenuhi luka-luka. Korban pun menjawab bahwa dirinya habis dipukuli oleh sang ibu.

Motif Pelaku Penganiayaan Anak

Foto: Freepik

Ternyata kasus penganiayaan yang dilakukan ibu korban terjadi karena persoalan stiker korban yang hilang. Teddy Jhon mengatakan bahwa berdasarkan hasil keterangan tersangka, ia emosi karena ada stiker yang hilang dari sekolah. Akhirnya kekesalan tersebut dilampiaskan kepada anak perempuannya yang masih kelas 1 SD. 

Penganiayaan pada Kakak Korban

Tidak hanya melakukan penganiayaan pada anak perempuannya, diketahui bahwa pelaku melakukan hal serupa pada anak laki-lakinya V (11). Namun, kekejaman yang dilakukan pelaku tidak separah yang dialami oleh anak perempuannya. 

“Adapun yang terjadi terhadap anak perempuannya dilakukan penganiayaan dengan menggunakan tali pinggang. Itu sempat terjadi penganiayaan dengan selain memukul badannya, ada juga memijak perutnya, dari CCTV yang ada. Korban anak perempuannya yang agak parah, kalau yang laki-laki tidak, tapi ini sudah sering terjadi yang dilakukan ibu kepada seorang anak,” kata Teddy saat konferensi pers mengutip dari detiksumut. 

BACA JUGA: Edukasi Anak Cara Menghargai Diri Sendiri, Terapkan 10 Tips Ini!

Hukuman Pelaku dan Kondisi Korban

Berdasarkan tindakannya, pelaku dijerat UU Penghapusan KDRT UU Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun. Polrestabes Medan pun langsung turun ke lapangan dan mengamankan pelaku untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

Diketahui bahwa ibu korban merupakan seorang janda yang sudah empat tahun cerai dengan suaminya. Teddy mengatakan sang korban kini dititipkan ke tempat penitipan anak. Sementara kakak laki-lakinya dititipkan kepada ayahnya. 

Selain itu, korban juga masih menjalankan perawatan terkait sejumlah luka yang diterima akibat penganiayaan. Pihak Polda Sumut juga berencana untuk melakukan trauma healing kepada korban 

Dampak Kekerasan pada Anak

Melihat kasus penganiayaan di atas, dampak kekerasan yang diterima oleh anak seringkali diabaikan. Padahal, anak yang mengalami kekerasan bisa mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental. Berikut ini sejumlah dampak tindak kekerasan pada anak.

1. Penurunan Fungsi Otak

Adanya tindak kekerasan yang diterima anak tentu akan mempengaruhi respon stres dan otaknya sehingga menjadi kurang adaptif. Ketika fungsi otak tersebut sudah terganggu, maka si kecil akan merasa kesulitan dalam berkonsentrasi dan kehilangan fokus saat di sekolah. Jika dibiarkan saja, hal ini akan mempengaruhi prestasi akademik mereka.

2. Sulit Mengendalikan Emosi

Dampak lain yang akan diterima anak jika mereka mengalami kekerasan adalah menghadapi tingkatan emosi yang tidak stabil. Cenderung anak akan merasakan emosi yang berlebihan, seperti mudah marah atau sering merasa ketakutan tanpa sebab.

3. Sulit Bersosialisasi

Anak yang tumbuh dan terbiasa mendapatkan penganiayaan dapat tumbuh menjadi pribadi yang sulit mempercayai orang lain, selalu berwaspada, dan sulit membangun hubungan dengan orang lain. Anak korban kekerasan akan menarik diri dari lingkungan sosial di sekitarnya dan kerap merasa kesepian.

4. Mengalami Depresi dan Gangguan Kesehatan Mental

Dampak berikutnya yang dapat terjadi apabila anak mengalami kekerasan adalah mereka bisa mengalami masalah kesehatan mental. Trauma psikis akibat penganiayaan dapat menyebabkan gangguan kecemasan hingga depresi berlebihan pada anak. Bahkan, si kecil bisa terus membayangkan kekerasan yang dilakukan oleh orang tuanya. 

5. Terdorong Melakukan Kekerasan

Orang tua yang sebelumnya menjadi korban kekerasan memiliki kemungkinan yang tinggi melakukan hal serupa pada anaknya. Hal ini disebabkan karena anak tidak menyadari bahwa kekerasan yang dialaminya ketika kecil merupakan tindakan yang salah. Siklus ini dapat terus terjadi apabila sang korban kekerasan anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk menghadapi traumanya. 

ibu cambuk anak

Foto: Freepik

Cara Menghilangkan Trauma pada Anak

Untuk mengurangi dampak kekerasan yang dapat terjadi pada si kecil, Mommies bisa melakukan beberapa cara di bawah ini, antara lain. 

  1. Buat anak tetap merasa aman dan tenang
  2. Mengenali reaksi anak terhadap trauma yang dialami
  3. Ajak anak mengobrol
  4. Memberikan perhatian menyeluruh yang tulus
  5. Memvalidasikan emosi anak
  6. Meminta maaf kepada anak
  7. Menghargai perasaan anak
  8. Membimbing anak dengan sabar
  9. Berkonsultasi dengan psikolog atau ahli
  10. Melakukan kegiatan positif dengan anak

BACA JUGA: 7 Kebiasaan Keluarga Kompak dan Sehat, Berani Jalani?

Nah, itulah sejumlah informasi yang sudah Mommies Daily rangkum tentang kasus kekerasan anak di Medan hingga cara menghilangkan trauma pada anak. Semoga artikel ini bisa membantu Mommies untuk lebih menghargai dan menjaga kesehatan fisik serta mental anak, ya!

Penulis: Nariko Christabel

Cover: Freepik