Karena malu sama pasangan, banyak orang sulit menyampaikan kebutuhan seksual mereka. Padahal menjalin itu penting untuk kehidupan seks yang berkualitas.
Seks bukan hanya tentang aktivitas fisik tetapi juga melibatkan aksi flirting, foreplay, dan pembicaraan sensual. Ada komunikasi seksual yang tujuannya untuk membuat kehidupan seks dan hubungan bukan sekadar lebih menyenangkan, tetapi juga lebih berkualitas. Sayangnya, tidak banyak orang yang suka membicarakan seks. Entah karena malu, latar belakang keluarga, atau tidak menganggap itu penting.
BACA JUGA: Posisi Seks dan Gaya Bercinta Berdasarkan Zodiak, Kamu yang Mana?
“Komunikasi seksual adalah pertukaran isyarat verbal dan non-verbal antara pasangan mengenai hasrat, preferensi, batasan, dan pengalaman seksual mereka,” kata psikolog Dr Rituparna Ghosh. Komunikasi seksual melibatkan kemampuan seseorang untuk menyampaikan keinginan dan kebutuhan seksualnya dengan jelas, serta kemampuan untuk mendengarkan dengan pakai hati dan empati terhadap kebutuhan seksual dan kekhawatiran pasangannya.
Berdasarkan penelitian tahun 2019 yang diterbitkan dalam “The Journal of Sex Research”, penyebab dari banyaknya pasangan mengungkapkan ketidakpuasan seksual mereka adalah karena kurangnya komunikasi dan ekspresi seksual yang buruk. Jadi, komunikasi seksual sangatlah penting dalam sebuah hubungan.
Komunikasi memainkan peran kunci tidak hanya dalam membina keintiman, tetapi juga meningkatkan kepuasan hubungan suami dan istri secara keseluruhan. Dengan mendiskusikan keinginan, batasan, dan preferensi seksual secara terbuka, kita menciptakan ruang untuk kejujuran, yang akan memperkuat ikatan emosional di antara pasangan suami dan istri. Ketika suami dan istri terlibat dalam komunikasi seksual yang terbuka dan jujur, kalian akan lebih siap menghadapi potensi masalah di masa depan. Suami dan istri juga lebih mampu mengosiasikan apa pun.
Bagi sebagian orang ngomongin seks itu mudah. Sedangkan buat yang lain sangatlah sulit. Berikut beberapa alasannya:
Karena komunikasi seksual dengan pasangan sangat penting, simak tips di bawah ini:
Ciptakan perasaan aman, tanpa menghakimi, agar pasangan merasa nyaman mengungkapkan pikiran, keinginan, dan kekhawatirannya tanpa takut dikritik atau ditolak. “Kepercayaan membentuk fondasi komunikasi seksual yang terbuka dan jujur,” kata Dr Ghosh.
Mulailah percakapan tentang seks dan hubungan intim di luar kamar tidur untuk mengurangi tekanan. Siapa tahu Mommies dan Daddies jadi kian kreatif. Diskusikan topik seperti preferensi seksual, fantasi, batasan, dan kekhawatiran dengan tenang, santai, dan penuh respek.
Dengarkan baik-baik ungkapan pikiran, perasaan, dan keinginan pasangan tanpa menyela, memotong, apalagi langsung mengambil kesimpulan. Validasi pengalaman dan emosi pasangan untuk menumbuhkan rasa pengertian dan empati dalam hubungan.
Gunakan pernyataan “saya” untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan kebutuhan Mommies dan Daddies agar tak menimbulkan perasaan disalahkan atau membuat asumsi tentang pasangan kita. Misalnya, ucapkan “Saya merasa” atau “Saya ingin” daripada “Kamu tidak pernah” atau “Kamu selalu.”
Nyatakan dengan jelas preferensi, batasan, dan harapan seksual Mommies dan Daddies untuk menghindari kesalahpahaman atau miskomunikasi. Berikan contoh atau saran spesifik untuk membantu pasangan memahami keinginan Mommies dan Daddies.
Tunjukkan kepada pasangan bahwa Mommies dan Daddies butuh tanggapannya, ingin mendengar keinginan dan pengalamannya sendiri. Ini akan memastikan satu sama lain sama-sama merasa puas dan dihargai.
Perhatikan isyarat non-verbal seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerak tubuh untuk lebih memahami keinginan dan respons pasangan selama melakukan hubungan seksual. Tanggapi isyarat dari pasangan secara sensitif agar sama-sama merasakan kesenangan dari tindakan yang timbal balik.
Suami dan istri harus saling menghormati batasan dan preferensi masing-masing mengenai bentuk aktivitas seksual dan selalu utamakan persetujuan dan kesepakatan bersama sebelum melakukan tindakan intim apa pun. Komunikasikan secara terbuka tentang apa yang boleh dan tidak boleh dan tetapkan batasan yang jelas. Ini untuk memastikan pengalaman seksual yang aman dan menyenangkan bagi suami dan istri.
Bersabarlah dan tunjukkan pengertian, terutama jika pasangan kesulitan berkomunikasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas atau pernah mengalami trauma atau rasa tidak aman di masa lalu. Tunjukkan empati dan kasih sayang, hindari menekannya untuk mengungkapkan lebih dari yang dia sanggup ceritakan.
Jika tantangan komunikasi seksual tetap ada meskipun Mommies dan Daddies sudah berusaha, pertimbangkan untuk mencari bimbingan dari terapis atau konselor seks dan perkawinan. Penasihat perkawinan dan koselor seks dapat memberikan dukungan, bimbingan, dan menggunakan alat-alat bantu tertentu untuk membantu Mommies dan Daddies mengatasi masalah komunikasi dan meningkatkan kepuasan seksual kalian.
Seperti halnya keterampilan apa pun, komunikasi seksual akan semakin baik dengan latihan dan dilakukan secara rutin. Berusahalah untuk terlibat dalam percakapan tentang seksualitas dengan pasangan. Terbukalah untuk belajar dan bersama-sama memperkaya skill. Ini bisa dilakukan saat Mommies dan Daddies melakukan hubungan intim.
BACA JUGA: Masalah Seksual yang Perlu Dikonsultasikan dengan Psikolog, Nomor Satu Sering Dianggap Sepele
Cover: Pexels