Sorry, we couldn't find any article matching ''
Masalah Seksual yang Perlu Dikonsultasikan dengan Psikolog, Nomor Satu Sering Dianggap Sepele
Jangan sampai hubungan dengan pasangan jadi hambar karena masalah seksual yang dibiarkan tanpa solusi. Konsultasikan dengan psikolog bila diperlukan.
Masalah seksual dalam rumah tangga itu banyak sekali ragamnya. Dari yang ringan, hingga berat. Dari yang berkaitan dengan mood hingga terkait psikologi dan kondisi fisik. Sayangnya, tak semua pasangan menyadarai bahwa bisa saja masalah seksual yang dikira sederhana, ternyata cukup pelik sehingga bisa berujung pada kerenggangan hubungan rumah tangga.
Menurut Zoya Amirin,M.Psi.,FIAS, Psikolog dan Seksolog Klinis, yang juga menulis buku elektronik Zoya Amirin Menjawab 137 Persoalan Kebahagiaan Rumah Tangga, sebetulnya, tak semua masalah seksual genting untuk dikonsultasikan dengan pakar.
Di dalam bukunya tersebut, Zoya banyak memberikan tips sebagai solusi berbagai masalah seksual di dalam rumah tangga. Namun, tak semua jenis masalah seksual dapat diatasi sendiri bersama pasangan.
Untuk masalah seksual yang lebih kompleks atau membutuhkan bantuan klinis, Zoya menyarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog seksual atau seksolog guna mendapat solusi.
Nggak mau kan, masalah di tempat tidur merembet ke dapur?
Baca juga: 15 Manfaat Seks di Pagi Hari, Meningkatkan Kesehatan dan Kebahagiaan
Masalah Seksual yang Membutuhkan Konsultasi dengan Psikolog
Setidaknya, ini adalah beberapa dari banyaknya masalah seksual yang bisa dikonsultasikan dengan psikolog atau seksolog.
1. Gangguan hasrat dan gairah seksual
“Duh lagi malas”
“Besok aja, deh.”
“Capek aktivitas seharian, euy.”
Mommies pasti familiar dengan kalimat-kalimat penundaan seperti di atas, yang kadang diperparah dengan alasan sedang menstruasi (padahal enggak!) demi menghindari ajakan suami untuk bergumul di ranjang.
Mungkin banyak dari kita yang menganggap ini hal biasa, padahal si malas berhubungan intim dikenal juga dengan gangguan libido atau gangguan yang berkaitan dengan hasrat dan minat seksual. Menurut Zoya, iIbu baru melahirkan atau ibu yang seharian sudah sangat tersita dengan berbagai urusan rumah tangga dan pekerjaan bisa saja mengalami hal ini. Ini terjadi karena kadar estrogen yang rendah, perubahan hormon, kondisi medis tertentu seperti diabetes atau penyakit jantung, kelelahan, depresi, dan lain sebagainya.
Sementara gangguan gairah terkait dengan mampu atau tidaknya seseorang terangsang secara fisik saat melakukan aktivitas seksual. Jadi, bisa saja seseorang tertarik pada aktivitas seksual, namun mengalami kesulitan menerima rangsangan atau tidak merasa puas. Disfungsi ereksi adalah salah satu contoh umum dari gangguan gairah seksual.
2. Masalah seksual gangguan orgasme
Anorgasmia atau gangguan orgasme terjadi ketika seseorang kesulitan atau tidak bisa orgasme meskipun dia terangsang dan menikmati seks. Ini bisa disebabkan oleh kondisi fisik, psikologis atau medis. Misalnya ada masalah hormonal, tubuh kelelahan dan tidak fit, stres atau masalah lainnya. Ini bisa dialami pria maupun wanita.
Menurut Zoya seperti dikutip dari salah satu bukunya, salah satu hal yang bisa membuat wanita sulit mencapai orgasme yaitu karena wanita memikirkan banyak hal lain meski sedang melakukan hubungan seks, sehingga tidak fokus dan tak bisa menikmati permainan.
Apabila masalah-masalah utama sudah teratasi, umumnya, kemampuan orgasme akan kembali normal. Namun, jika terjadi berulang dan sudah mulai memengaruhi kehidupan seksual Anda dan pasangan, tak ada salahnya berkonsultasilah ke seksolog.
Baca juga: Jarang Melakukan Hubungan Seks, Tubuh Pasutri Bisa Mengalami 5 Hal Ini!
3. Perbedaan kebutuhan seksual dengan pasangan
Seorang kenalan saya memiliki suami dengan libido tinggi. Sementara si istri menganggapnya aneh dan berlebihan. Sang istri tergolong tipe konservatif dan masih berpandangan seks sebagai hal tabu. Karena sang suami merasa kebutuhan seksualnya tak bisa terpenuhi dari sang istri (akibat sang istri terlalu sering menolak diajak berhubungan intim), iapun mencari pemenuhan akan kebutuhannya tersebut dari pekerja seks.
Kasus ini membuka pandangan kita bahwa perbedaan kebutuhan seksual yang cukup tajam, bisa memicu persoalan rumah tangga. Jadi, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog atau seksolog jika Anda mengalaminya.
4. Takut berhubungan intim
Kondisi seseorang yang merasa takut dan cemas terhadap aktivitas seksual terutama yang berkaitan dengan penetrasi disebut genophobia. Seperti dilansir dari Halodoc, penyebab genophobia bisa macam-macam, antara lain:
- Vaginismus, yaitu ketika otot-otot vagina mengencang sehingga mengakibatkan sakit saat penetrasi hingga membuat seseorang takut untuk berhubungan seksual.
- Disfungsi ereksi, yaitu ketika seseorang sulit untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi.
- Performa seksual buruk.
- Dysmorphia atau perasaan malu pada tubuh sendiri.
- Trauma seksual, misalnya pernah mengalami pelecehan atau kekerasan seksual.
Diperlukan konsultasi dengan seksolog untuk menemukan akar permasalahan dari genophobia agar dapat menemukan solusi paling tepat.
5. Masalah seksual kecanduan pornografi
Seperti dilansir dari berbagai media dan laman YouTubenya, Zoya menjelaskan bahwa kecanduan pornografi bisa membuat seseorang mempertanyakan kenormalan seksualitasnya. Selain itu, kecanduan pornografi juga tak ubahnya dengan berselingkuh, karena mengajak pihak ketiga untuk masuk dalam kehidupan keluarga dan lebih memilih menonton film porno ketimbang melakukannya dengan pasangan.
Adiksi pada pornografi juga bisa membuat seseorang mati rasa. Ia akan kehilangan sensitivitas membau, merasa dan kehilangan kemampuan merespon rangsangan secara sehat. Pada tingkat yang lebih parah, kecanduan pornografi juga bisa menyebabkan kerusakan otak.
Mengkonsultasikan masalah seksual kepada ahli yang tepat bisa menyelamatkan hubungan Anda dengan pasangan. Urusan ranjang pun bisa kembali bergairah layaknya pasangan baru menikah. Setuju?
Baca juga: 7 Rekomendasi Kondom Getar, Bikin Seks Lebih Bergairah dan Memuaskan
Cover: Image by freepik
Share Article
COMMENTS