Jelang remaja, anak akan menghadapi menstruasi. Catat apa saja yang ortu perlu lakukan menurut pendapat psikolog. Nggak hanya ibu, ayah juga harus tahu!
Mommies (dan Daddies) yang anak perempuannya sudah usia pra-remaja, mana suaranya? Selain mood-nya yang kian berubah, sebentar bisa sabar, nggak lama mesti ngotot-ngototan, bersiaplah, karena sebentar lagi ia akan menghadapi yang namanya menstruasi, di mana Mommies bakal langganan menghadapi “mood swing”-nya. Namun, sebaiknya bukan itu yang menjadi fokus kita, karena banyak hal yang wajib dicatat dan perlu orangtua lakukan saat anak menstruasi, sesuai dengan arahan dari psikolog Nikita Yudharani, M.Psi.,Psikolog. Nggak hanya ibu yang harus tahu, ayah juga!
“One day soon your body will welcome you into womanhood by bleeding onto your underwear, completely unannounced.”
Menstruasi bisa datang kapanpun di rentang usia 9-15 tahun, yang biasanya diawali dengan bercak kecokelatan pada celana dalam anak. Kedatangan menstruasi yang tiba-tiba tentu sangat bisa membuat panik, entah anak, atau Anda-nya yang panik. Orangtua perlu tenang dan tidak panik karena anak menilai atau menampilkan perilaku berdasarkan respon awal orangtua. Kalau panik, anak remaja Anda juga akan ikut panik, dan sebaliknya. Oleh karena itu, sangat perlu adanya obrolan seputar menstruasi sebelum anak mengalaminya, yang bisa sekaligus menjadi ruang buat anak Anda menyampaikan berbagai jenis pertanyaan seputar pubertas yang ada di benaknya.
Menstruasi merupakan hal yang normal yang dialami anak perempuan. Namun, meski normal karena dialami semua perempuan, anak tetap mengalami perubahan pada tubuhnya. Sadarilah bahwa kini, ketika menstruasi, sel telur pada lapisan rahimnya akan luruh melalui vagina dan dikeluarkan. Hal ini terjadi karena tidak adanya pembuahan. Sebaliknya, jika sel telur bertemu sperma melalui hubungan seksual, sel telur tersebut dapat berkembang menjadi bayi. Artinya, anak bisa saja hamil jika ia aktif secara seksual dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apa pun.
Perubahan tubuh pada poin sebelumnya juga terkait dengan apa yang perlu anak persiapkan setiap bulannya, yakni menstrual kit yaitu pembalut. Ketika pertama kali mengalami menstruasi, orangtua perlu mempersiapkan pembalut di rumah yang bisa langsung anak gunakan. Anak pun perlu ditanamkan kesadaran bahwa di bulan-bulan ke depan, ia harus selalu menyiapkan pembalut di tasnya, in case of emergency.
Ketika mengalami menstruasi, anak perlu diberikan pemahaman bahwa ia harus menjaga kebersihan area genitalnya. Yes, orangtua sangat perlu menyuarakan pentingnya menjaga kesehatan vagina, karena bila tidak terjaga dengan baik, anak mungkin mengalami masalah kesehatan seperti keputihan, bau tidak sedap, gatal, luka, infeksi, bahkan penyakit menular seksual, sampai kanker. Pastikan anak tetap mandi dua kali sehari selama periode menstruasi.
Kebiasaan mengganti pembalut juga patut ditanamkan. Ketika sudah penuh dan sudah tidak nyaman, pembalut harus diganti. Saat mengganti pembalut, biasakan untuk tidak meninggalkan darah di pembalut, caranya, dengan membilas pembalut kemudian memeras darah ke dalam toilet. Setelahnya, barulah dibungkus dengan rapat untuk kemudian dibuang ke tempat sampah.
Menstruasi seringkali dianggap kotor. Meski demikian, anak tidak perlu merasa malu ketika mengalami menstruasi. Tanamkan pada anak bahwa sangat wajar bila mungkin rasanya tidak nyaman atau anak jijik karena belum terbiasa dengan hal baru ini. Namun, menstruai adalah tahapan normal yang akan dilalui semua perempuan. Yang penting, selama menstruasi, anak tetap menjaga kebersihan tubuhnya.
Memang, sih, Pre-Menstrual Syndrome bisa membuat anak tidak nyaman, dari payudara yang terasa nyeri dan kencang, wajah jadi jerawatan, perut sering kembung, sakit kepala, nafsu makan meningkat, sampai mood swing. Namun, Anda bisa menjelaskan pada anak bahwa hal ini terjadi karena naik turunnya kadar hormon estrogen dalam tubuh, dan sifatnya sementara. Bagaimanapun juga, anak perlu tahu bahwa mood swing-nya ini tidak lalu bisa dinormalisasi. Boleh kalau dia jadi suka tiba-tiba sedih, kesal, marah. Perasaan yang ia rasakan itu valid. Namun, bukan lalu ia bisa bertindak semaunya sesuai perasaannya dan kemudian menyalahkan PMS.
Biasanya ketika anak mengalami menstruasi, orangtua cenderung menganggap penting untuk mengumumkan hal ini pada keluarga dekat melalui pernyataan semacam, “Eh, dia udah mens lho!”. Kemudian pihak keluarga cenderung membalasnya dengan, “Ciye, selamat, ya, udah gede!”. Meski mungkin hal ini kita anggap biasa, belum tentu anak merasakan hal yang sama. Bisa saja dalam ketidaksiapannya (karena masih menyerap perubahan baru pada tubuhnya), anak jadi menarik diri, hanya karena harus menerima sambutan yang tidak sesuai eksepektasi. Maka sebaiknya, pembicaraan tentang menstruasi ini cukup terjadi antara Anda dan anak saja, sebagai bentuk menghormati perasaan dan privasi anak.
Image by freepik