Anak ayah bukan balita lagi, jadi ada batasan-batasan yang harus ayah perhatikan saat anak perempuan beranjak remaja, salah satunya dari aspek fisik.
Ketika seorang anak perempuan beranjak remaja, ia mengalami banyak sekali perubahan. Mulai dari fisik, emosi, hingga sosial. Setiap orang tua wajib aware akan hal ini, tak kecuali para ayah. Putri ayah tak lagi kanak-kanak. Ia sudah berubah menjadi seorang anak gadis. Tubuhnya semakin tinggi, payudaranya mulai terbentuk, mungkin sudah menstruasi, punya rasa malu dan risih, mulai naksir cowok, dan seterusnya.
Ayah harus menyadari ada batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam memperlakukan anak perempuan yang beranjak remaja. Mau cium-cium anak tak bisa sama lagi dengan sewaktu mereka masih balita. Harus atas izin mereka, supaya mereka nggak risih juga.
Itu baru soal fisik. Soal sosial, lain lagi. Sedikit banyak, gaya dan cara bonding ayah dengan anak gadis juga mungkin harus ada yang diubah.
Baca juga: 10 Cara Menguatkan Hubungan Ayah dan Anak Perempuan
Ketika anak masih bayi dan balita, ayah masih leluasa untuk peluk, cium, mengelitik atau ngusel-ngusel mereka. Tapi kalau anak sudah remaja, ayah perlu perhatikan dos dan don’ts-nya saat melakukan semua itu.
Nggak lagi dong, ngelitikin anak pakai hidung, atau cium perut anak. Pasalnya, pada anak remaja sudah mulai timbul rangsangan seksual. Jangan sampai sentuhan daddies membangkitkan gairah seksual anak. Ayah harus menghargai batasan privasi tubuh anak yang boleh disentuh dan tak boleh disentuh. Ayah masih bisa cium pipi, mengusap rambut atau punggung untuk menunjukkan kasih sayang pada si gadis.
Berkaitan dengan sentuhan fisik tadi, jika ayah perlu menyentuh tubuh si gadis, misalnya karena sedang sakit, ayah wajib minta izin padanya. Ayah bisa bertanya kepada anak: “Ayah boleh coba periksa lukamu?” Namun, apabila gangguan terjadi di bagian-bagian tubuh yang lebih privasi, serahkan pada mommies saja, ya.
Bapak-bapak paling suka angin-anginan di rumah dengan bertelanjang dada atau pakai boxer saja. Tapi kalau anak perempuan daddies sudah remaja, jangan, ya, dads, ya. Minimal pakai kaus dalam atau kaus bolong-bolong favorit ayah dan celana pendek. Ayah juga perlu memberikan contoh berbusana yang pantas pada pria, agar ketika ia melihat ada teman remaja laki-lakinya berbusana tak pantas, ia bisa hindari.
Baca juga: 7 Tips untuk Ayah Menghadapi Anak Perempuan yang Lagi Pubertas
Waktu kecil, ini masih lumrah dilakukan ayah, apalagi saat mau meninabobokan si kecil atau sedang bercanda. Tapi, saat anak perempuan sudah remaja, tepuk bokong tak lagi bisa ayah lakukan. Pantat adalah area tubuh anak yang bersifat privat. Tak boleh disentuh orang lain apalagi dibuat bercandaan.
Ketika anak perempuan beranjak remaja, kamar bisa menjadi tempat paling aman bagi mereka. Untuk berganti baju, bersolek, menulis diary, mengetik chat untuk anak laki-laki yang dia taksir tanpa harus sungkan kelihatan orang tua. Jadi, pastikan ayah mengetuk sebelum masuk kamar si gadis, ya.
Ayah harus mulai menyesuaikan cara bicara dan bercanda tak lagi seperti ke anak-anak. Sekarang gadis kecil daddies sudah tumbuh menjadi anak remaja. Saat berbicara padanya, perlakukanlah ia sebagai remaja yang sebentar lagi beranjak dewasa. Penuh hormat dan santun.
Sudah saatnya ayah stop mendikte apa yang harus dilakukan si gadis. Ia sudah tumbuh menjadi remaja yang harus belajar mengambil keputusan. Tetap berikan arahan, dan buka ruang diskusi sebanyak-banyaknya agar anak memahami nilai-nilai baik yang hendak ayah ajarkan. Apabila bonding ayah dan anak remaja kuat, niscaya si gadis akan taat tanpa ayah harus mengontrolnya. Sebaliknya, ketika ayah terlalu mengontrol, ia bisa jadi memberontak.
Dengan memahami batasan-batasan di atas, artinya daddies sudah menunjukkan sikap menghargai anak remaja daddies. Tetap bangun bonding dan berikan dampingan agar mereka bisa mengarungi masa-masa remaja dengan rasa aman dan penuh sukacita.
Baca juga: 15 Pertanyaan yang Bisa Ayah Ajukan untuk Ngobrol dengan Anak Perempuan
Cover:Image by freepik