5 Hal Yang Perlu Dipahami Brand Tentang Gen Alpha, Calon Konsumen Masa Depan

#MommiesWorkingIt

Sisca Christina・06 Aug 2024

detail-thumb

Gen Alpha membawa pengaruh tak hanya dalam urusan pengasuhan anak bagi orang tua milenial saja, tapi juga bagi brand dalam urusan marketing.

Masa merekah generasi milenial dan generasi Z sudah hampir habis. Yap, dunia sudah tidak berfokus lagi kepada dua generasi tersebut. Kini, generasi Alpha atau Gen Alpha-lah yang mencuri perhatian dunia.

Menurut Mark McCrindle, seorang peneliti bidang sosial dan generasi asal Australia, sekaligus pencetus istilah generasi Alpha, populasi generasi tersebut pada tahun 2025 akan mencapai 2,2 miliar.

Dibanding dua generasi terdahulunya, generasi anak-anak kita disebut-sebut paling mahir dalam teknologi digital. Betapa tidak? Dunia digital sudah sebegitu majunya sejak mereka lahir, dan bertambah canggih seiring mereka bertumbuh. Artinya mereka pun memiliki lebih banyak akses kepada informasi, ilmu pengetahuan dan berbagai pengalaman baru.

Saat ini, tentunya Gen Alpha masih sangat bergantung kepada kita sebagai orang tua. Namun di 10-15 tahun mendatang, mereka akan menjadi pekerja, pembuat keputusan, pemimpin hingga pelaku ekonomi layaknya kita sekarang. Mereka akan menjadi konsumen di masa depan.

Ini yang menjadi PR para brand. generasi Alpha memiliki perilaku konsumsi yang berbeda dan generasi-generasi sebelumnya  Untuk memenangkan perhatian generasi tersebut, para brand harus bisa melihat karakteristik Gen Alpha guna bisa menjawab kebutuhan mereka.

Baca juga: 30 Bahasa Gaul Generasi Alpha, Wajib Orang Tua Ketahui!

Ini 5 Hal yang Harus Dipahami Brand Tentang Gen Alpha

Screen time lebih banyak, informasi dan ide lebih banyak

Tak bisa ditampik, generasi anak-anak kita sudah akrab dengan screen time sejak mereka kecil, via gawai orang tuanya. Walau ini jadi PR orang tua untuk mengatur screen time tersebut, tapi sebetulnya tak selamanya screen time itu buruk.

Sisi positifnya, anak jadi tahu banyak hal yang belum diajarkan orang tua. Teknologi menjadi jendela bagi anak-anak untuk melihat beragam ide dan budaya. Hal itu memengaruh mereka dalam melihat dunia, meraih peluang, mengambil keputusan hingga memutuskan keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan.

Menurut hasil studi McCrindle, bermain-main dengan teknologi bisa meningkatkan keterhubungan, memfasilitasi komunitas dan mengembangkan keterampilan sosial dan global.

Punya idola yang berbeda

Kalau dulu kebanyakan idola kita kalau nggak aktor film, ya musisi. Sekarang, Gen Alpha lebih mengidolakan YouTuber yang memiliki jutaan subscribers dan menghasilkan ratusan juta rupiah. Apalagi jika YouTuber tersebut sesame Gen Alpha, makin jadi panutan!

Pergeseran cita-cita anak-anak Gen Alpha

Jika ditanya apa cita-cita kita semasa kecil, jawabannya standar yang hebat-hebat: dokter, pengacara hingga presiden. Dengan luasnya akses informasi dan ide yang mereka terima, cita-cita dan aspirasi mereka pun bergeser. Cita-cita mereka acap terhubung dengan teknologi, ilmu pengetahuan hingga keadilan sosial. Mereka juga terinspirasi dengan orang-orang di balik inovator teknologi masa kini.

Mereka ingin menjadi YouTuber, content creator, programmer yang bisa membuat game-game canggih dan menarik, pembalap, artis manga, ilmuwan yang menciptakan vaksin Covid, hingga ingin menjadi seperti Greta Thunberg, aktivits muda yang bisa membawa dampak pada perubahan iklim.

Gen Alpha terlibat untuk mengambil keputusan pembelian sejak dini, dengan diawasi orang tua

Dalam hal pengasuhan anak, orang tua milenial mulai punya kesadaran bahwa melibatkan anak dalam pengambilan keputusan itu baik adanya, termasuk dalam pembelian barang.

Anak-anak Gen Alpha sudah bisa menyuarakan keinginan dan preferensinya, yang semuanya banyak dipengaruhi dengan teknologi. Kado yang mereka inginkan saat ulang tahun bukan lagi tas dan sepatu, tapi aksesoris gadget. Mereka ingin mabar (main bareng) seru dengan audio yang enak, mouse dan keyboard dengan lampu-lampu keren. Mereka menginginkan barang-barang dari apa yang mereka tonton, baik koleksi barang dengan karakter tertentu maupun ponsel canggih dengan kamera mumpuni untuk ngonten.

YouTube, YouTube, YouTube

YouTube bisa dibilang platform paling awal yang diperkenalkan orang tua kebanyakan kepada anak-anak generasi Alpha mereka. Dari sangat kecil mereka sudah terpapar dengan Cocomelon, hingga remaja menyaksikan game streamer favorit mereka di YouTube.

Dilansir dari situs Emarketer, riset yang dilakukan oleh Razorfish menyebutkan bahwa lebih dari 51% Gen Alpha mengenal brand pertama kali melalui video YouTube. Mereka senang bisa mengendalikan apa yang mereka ingin tonton. Menonton YouTuber favorit melakukan unboxing produk juga bisa membuat mereka membayangan situasi dengan lebih nyata. Jadi, brand wajib nyemplung di platform YouTube jika ingin merebut perhatian para Gen Alpha.

Baca juga: 6 Tantangan yang Menanti Gen Alpha di Masa Depan, Intip Juga Tipsnya!

Cover:Image by our-team on Freepik