Meningkatkan IQ atau kecerdasan intelektual anak bisa dilakukan dengan mudah berawal dari rumah. Simak penjelasan dari pakar berikut ini.
Semua orang tua pasti ingin anaknya cerdas dan memiliki IQ yang bagus. Selain dari faktor genetik, kecerdasan anak bisa dikembangkan sejak anak lahir dengan berbagai latihan dan cara yang bisa merangsang pertumbuhan otak.
Berdasarkan penjelasan dari Aninda, S.Psi, M.Psi.T., Praktisi Psikologi Anak Usia Dini, IQ normal dan baik untuk seseorang berada di angka rata-rata 90-109. Meskipun, untuk anak ada baiknya memang berada di angka yang lebih tinggi, yaitu di 110-119 (rata-rata tinggi) atau 120-129 (superior).
Praktisi Psikologi Aninda juga menjelaskan kepada Mommies Daily bahwa kebutuhan IQ tinggi pada anak akan terasa saat anak memasuki usia belajar. Anak-anak dengan IQ tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran dibandingkan dengan anak yang miliki IQ yang kurang. Terlebih lagi, sistem pendidikan di Indonesia saat ini memang masih mengedepankan nilai akademis saat akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga, kebutuhan IQ yang tinggi masih relevan dengan hal ini.
Selain itu, sebenarnya kemampuan IQ akan berdampak pada kemampuan EQ (Emotional Quotient) anak. Contoh sederhananya, anak-anak yang secara IQ mampu memahami sebab-akibat akan memahami bahwa tidak boleh mengejek teman karena teman akan sedih atau tidak boleh berteriak-teriak saat marah karena membuat orang lain terganggu, itu pelajaran sederhana dari penerapan IQ terhadap EQ seorang anak.
Lalu, bagaimana cara untuk meningkatkan IQ pada anak?
BACA JUGA: Ini Bedanya Parenting Style Generasi Boomers, Gen X, Gen Y, dan Gen Z
Selain mengonsumsi makanan yang bernutrisi untuk otak, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau permainan yang bisa merangsang kecerdasan intelektual, ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk membantu dan merangsang kemampuan berpikir kritis dan analitis yang bisa berdampak positif pada peningkatan IQ anak.
Mengobrol dengan anak secara rutin ternyata dapat membantu meningkatkan kecerdasan intelektual anak. Terlihat seperti kegiatan biasa, padahal dapat memberikan manfaat baik. Menurut Praktisi Psikologi Aninda, Mommies bisa ajak anak mengobrol tentang kegiatan apa yang ia lakukan hari ini atau mengenai perkembangan dunia sehari-hari yang bisa disesuaikan dengan usia anak seperti fenomena alam, dan lain-lain.
Saat anak sedang mengutarakan pendapatnya, tunggu dan dengarkan terlebih dulu hingga ia selesai bicara. Jangan sampai Mommies mengintervensi pendapat yang disampaikannya. Setelah anak selesai mengemukakan pendapatnya, barulah Mommies bisa merespon dengan bijak.
Anak biasanya memiliki segudang ide kreatif dan unik untuk dilakukan yang terkadang bisa saja membuat orang tua menjadi kesal karena rumah jadi berantakan. Contohnya seperti menggambar di dinding dan membuat rumah-rumahan dari kardus. Tenang dan jangan marah dulu, Mommies bisa berikan arahan dan aturan agar anak tetap mandiri dan disiplin saat mengembangkan ide-ide kreatifnya.
Misalnya, boleh menggambar di dinding tapi hanya satu sisi dinding tertentu saja atau boleh berantakan tapi harus mampu membersihkan dan merapikan kembali.
Setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing. Maka dari itu, orang tua wajib mengenali dan mengetahui gaya belajarnya agar bisa membantu anak meningkatkan kecerdasan dan berdampak positif pada IQ-nya.
Menggunakan gadget pada anak memiliki kelebihan, tapi juga kekurangan jika digunakan secara berlebihan. Praktisi Psikologi Aninda menjelaskan berdasarkan penelitian di bidang psikologi anak, terlalu sering terpapar teknologi memang dapat memperlambat kemampuan anak dalam segi konsentrasi dan keterlambatan bicara.
Selain dari segi IQ, sebenarnya teknologi juga bisa menghambat EQ anak, seperti jadi meniru tontonan atau permainan yang kurang baik atau jadi mudah tantrum jika gadget tidak diberikan. Maka dari itu, anak membutuhkan orang tua yang supportif seperti sering mengajaknya mengobrol atau memiliki aturan yang jelas dengan penggunaan gadget agar hal tersebut sedikit banyak bisa diantisipasi.
BACA JUGA: 7 Tips Ampuh Mengelola Emosi Anak Sensitif, Orang Tua Wajib Tahu!
Cover: jcomp on Freepik