Inflamasi merupakan reaksi sistem imun tubuh, dan salah satu penyebab utamanya adalah makanan yang kita konsumsi. Apa saja, ya? Mari kita cari tahu!
Peradangan atau inflamasi adalah bagian dari pertahanan alami tubuh kita terhadap hal-hal yang berdampak buruk bagi kesehatan, seperti bakteri, virus, dan racun. Namun sistem kekebalan tubuh kita ini rumit, dan komponennya terkadang dipicu oleh hal-hal yang tidak terduga, termasuk makanan-makanan tertentu.
“Peradangan atau inflamasi adalah respon tubuh terhadap suatu masalah. Ini adalah reaksi normal dan penting yang memberi sinyal pada sistem kekebalan bahwa ada sesuatu yang salah, sehingga sistem kekebalan tubuh kita dapat melawan infeksi dan menyembuhkan luka. Saat Anda terserang influenza dan demam, itu inflamasi. Saat Anda makan sesuatu yang tidak segar lalu terkena diare, itu inflamasi. Bengkak setelah pergelangan kaki terkilir, itu juga inflamasi. Untuk beberapa kasus, tubuh kita perlu mengalami inflamasi. Jika itu nggak terjadi, justru bahaya,” jelas Edwin McDonald, MD, ahli gastroenterologi, peneliti, dan chef terlatih.
Namun beda ceritanya dengan peradangan atau inflamasi kronis. Peradangan kronis dapat merusak sel, jaringan, dan organ-organ tubuh yang sehat. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes, rheumatoid arthritis, dan penyakit jantung.
BACA JUGA: Stop! Hindari 15 Makanan Ini Kalau Nggak Mau Cepat Tua!
“Pola makan seseorang memainkan peran yang sangat besar dalam apa yang terjadi di dalam tubuh kita, lebih dari yang mungkin disadari kebanyakan orang,” kata Dr. Karla Saint Andre, ahli endokrinologi di Houston Methodist.
Kita semua tahu konsekuensi dari memilih makanan yang tidak sehat: bertambahnya berat badan. Dan mungkin banyak dari kita tidak menyadari bahwa kelebihan berat badan erat kaitannya dengan risiko meningkatnya inflamasi di dalam tubuh.
Namun bagaimana kebiasaan makan kita dapat menyebabkan peradangan tidak berhenti sampai di situ. “Pola makan yang tidak seimbang berarti banyak mengonsumsi makanan olahan yang mengandung bahan yang dapat mengaktifkan proses inflamasi secara langsung,” tambah Dr. Saint Andre. Meski inflamasi di dalam tubuh tidak terlihat sejelas seperti penambahan berat badan, bukan berarti ini nggak berbahaya.
Bagi para wanita yang tengah memasuki masa menopause, mereka juga harus bergulat dengan inflamasi. Nyeri sendi, meningkatnya sensitivitas, dan naik turunnya energi adalah hal-hal yang umum dialami selama memasuki masa menopause.
“Sel-sel di tubuh Anda menyerap dan bereaksi terhadap makanan olahan secara berbeda dibandingkan dengan makanan alami,” kata Dr. Saint Andre.
Tubuh Anda diprogram untuk mengubah makanan dan minuman yang kita konsumsi menjadi tenaga (proses metabolisme) dan memanfaatkan nutrisi, vitamin, dan mineral yang disediakan oleh sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Bentuk-bentuk dari gula, lemak, dan biji-bijian yang diproses menjadi makanan olahan beda lagi ceritanya. Hal-hal yang disebutkan barusan tidak dibutuhkan oleh tubuh kita. Tubuh kita bahkan nggak paham apa yang harus dilakukan terhadap makanan-makanan olahan tadi— terutama bila dikonsumsi dalam jumlah besar.
Dr. Saint Andre mengingatkan, “Makanan yang tinggi lemak, gula, dan karbohidrat olahan lainnya pada dasarnya beracun bagi tubuh kita dan memicu inflamasi melalui sejumlah cara, langsung dan tidak langsung.”
Meskipun efek racun dari makanan berbeda-beda pada setiap orang, beberapa makanan bersifat pro-inflamasi bagi kebanyakan orang. Ini dia deretan makanan yang bisa jadi penyebab inflamasi tubuh dan harus dihindari.
Gula olahan atau gula yang diproses, seperti fruktosa, sukrosa, galaktosa, laktosa, glukosa, dan maltosa, dapat memicu inflamasi dengan meningkatkan sekresi mediator proinflamasi (sitokin).
Biji-bijian seperti gandum memiliki sifat anti-inflamasi dan pro-inflamasi, yang bergantung pada tingkat pemrosesan makanan yang dilakukan. Biji-bijian utuh yang tidak diolah biasanya memberikan manfaat kesehatan, sedangkan biji-bijian olahan, yang sudah berkurang vitamin, mineral, dan serat makanan esensial, dapat menyebabkan inflamasi.
Lemak jenuh memicu peradangan pada jaringan adiposa (jaringan lemak) dengan meningkatkan jumlah lemak dan sel inflamasi, mengganggu fungsi normal insulin, dan mengganggu metabolisme tubuh. Lemak jenuh paling banyak ditemukan pada produk hewani seperti keju, susu penuh lemak, dan daging merah. Terhidrogenasi (lemak trans), seperti yang ditemukan dalam produk panggang, margarin, sereal untuk sarapan, dan keripik, juga bersifat pro-inflamasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), daging olahan dianggap karsinogenik (penyebab kanker). Daging olahan mengandung produk akhir glikasi tingkat lanjut yang memicu reaksi inflamasi hingga meningkatkan risiko terkena kanker. Contohnya ham, bacon, sosis, daging kalengan, dan saus berbahan dasar daging.
Konsumsi alkohol berlebihan memicu peradangan dengan meningkatkan penyerapan racun dalam darah dari saluran pencernaan.
Gluten adalah sejenis protein yang ditemukan dalam gandum, barley, dan rye (dan mungkin oat, yang sering diproses dengan peralatan/ mesin yang digunakan untuk memproses makanan lain), menyebabkan peradangan usus pada pasien dengan penyakit Celiac. Penyakit ini menyebabkan diare, kembung, anemia, dan kelelahan.
Asam lemak omega 6 adalah asam lemak esensial yang sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh. Namun konsumsi asam lemak omega 6 yang berlebihan dapat mengganggu rasio asam lemak omega 3 dan omega 6 (rasionya harus seimbang), sehingga menyebabkan produksi mediator inflamasi berlebih. Hal ini umumnya ditemukan dalam minyak yang diekstraksi dari jagung, bunga matahari, kedelai, dan kacang tanah.
Minuman yang dimaniskan dengan gula menawarkan dampak ganda: gula ditambah dengan natrium benzoat, bahan pengawet yang dapat mengganggu fungsi motorik dan meningkatkan kecemasan. Minuman diet soda juga tidak lebih baik, karena pemanis buatan seperti sakarin dan sukralosa dapat meningkatkan risiko penyakit Crohn dan kolitis ulserativa,” jelas Corey W. Krishner, DC, FIACA, DACNB.
Penambah rasa makanan, seperti monosodium glutamat, memicu peradangan kronis dan mengganggu fungsi normal hati. Pemanis buatan, seperti aspartam, dan pewarna makanan buatan juga merupakan mediator inflamasi.
Bisakah dan adakah makanan yang dapat mengurangi peradangan? Tentu bisa dan ada. Makanan tertentu yang kaya akan antioksidan alami dan polifenol dapat mengurangi peradangan dan melindungi kita dari penyakit kronis.
Diet antiinflamasi dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan seperti sayuran berdaun hijau, tomat, minyak zaitun, kacang-kacangan, ikan berlemak, dan buah-buahan.
Foto: Pexels
Itu dia deretan makanan yang bisa jadi penyebab inflamasi tubuh dan juga makanan yang bisa mengurangi inflamasi. Silahkan Mommies olah dengan maksimal untuk asupan makanan terbaik keluarga!
BACA JUGA: Mau Bebas Osteoporosis? Konsumsi 12 Makanan Ini untuk Tulang Kuat dan Sehat!
Cover: Freepik