banner-detik
PARENTING & KIDS

Jangan Ikut Emosi Saat Anak Suka Berteriak, Ini Alasan, Dampak dan Cara Menghadapinya

author

Mommies Daily22 Nov 2023

Jangan Ikut Emosi Saat Anak Suka Berteriak, Ini Alasan, Dampak dan Cara Menghadapinya

Kenali perilaku anak yang suka berteriak, mulai dari alasan di baliknya, dampaknya, dan strategi efektif untuk menghadapi situasi ini sebagai orang tua

Anak yang suka berteriak bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Selain cukup mengganggu, Mommies mungkin bertanya-tanya mengapa anak melakukan hal ini, dan apa dampaknya pada perkembangan mereka. Rupanya, ada alasan di balik kecenderungan anak berteriak. Mengidentifikasi dampak negatifnya, dan menemukan cara untuk mengatasinya adalah langkah bijak untuk menghadapi perilaku ini. Dengan ini, orangtua bisa menavigasi tantangan dalam perkembangan anak dengan lebih baik.

Alasan Anak Berteriak Secara Psikologis

Psikolog dan parenting coach, Irma Gustiwana, mengatakan bahwa anak mengekspresikan emosinya dengan cara tersendiri, salah satunya dengan cara berteriak. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah bisa mengelola emosi, anak biasanya berteriak untuk melampiaskan emosi negatif, terutama saat ada hal yang tidak berjalan sesuai kemauannya. 

“Anak belum bisa sepenuhnya mengembangkan kemampuan verbal dan keterampilan komunikasi yang baik, jadi teriakan sebagai cara untuk mengekspresikan emosi dan frustrasi.” jelas Irma Gustiwana saat diwawancarai Mommies Daily. 

Pada masa perkembangan, anak kurang mampu atau belum bisa mengatasi frustasi sehingga mereka berteriak sebagai bentuk reaksi spontan. Selain itu, berteriak adalah salah satu cara anak  ingin mendapatkan perhatian, terutama jika mereka merasa diabaikan atau kurang mendapat perhatian positif. Saat hal ini terjadi, pantas jika orangtua langsung menghampiri dan mendampingi anak yang berteriak. 

BACA JUGA: 10 Kalimat yang Perlu Anak Dengar Sebelum Usia 13 Tahun, Nomor 2 Sering Kita Ucapkan Tapi Kurang Lengkap

Dampak negatif dari kebiasaan anak yang suka berteriak

Berikut adalah beberapa dampak negatif dari kebiasaan anak yang suka berteriak. 

1. Mengganggu hubungan dengan orang terdekat

Orang tua, teman sebaya, saudara kandung, bahkan tetangga tentunya bisa merasa terganggu dengan kebiasaan berteriak anak. Beberapa orang mungkin tidak akan merasa nyaman jika anak terus berteriak karena bisa mengganggu aktifitas. 

2. Menciptakan lingkungan yang stress dalam keluarga.

Walau sering dianggap sepele, beberapa orang mungkin tidak akan merasa nyaman jika anak terus berteriak karena bisa mengganggu aktivitas rumah. Hal ini bisa menciptakan suasana tegang antar anggota keluarga. 

3. Anak menjadi kurang keterampilan dalam berkomunikasi

Jika sudah menjadi kebiasaan, anak akan terus mengandalkan teriakan sebagai cara mengungkapkan emosi yang meledak-ledak. Dengan ini, anak bisa saja kesulitan menyusun kata untuk mengekspresikan bahwa dia marah. 

BACA JUGA: Bantu Melatih Regulasi Emosi Anak, Ini 10 Permainan yang Bisa dilakukan

Tips untuk Orangtua Menghadapi Kebiasaan Berteriak Anak

Irma Gustiwana memberikan beberapa saran bagi orangtua dalam mengatasi kebiasaan anak yang suka berteriak, beberapa diantaranya:

1. Ajarkan cara mengekspresikan emosi yang sehat

Pertama, Mommies bisa mulai dengan menunjukkan dan ajarkan anak cara mengekspresikan emosi dan frustasi secara positif. Dengan ini, anak bisa mengontrol diri sendiri dan berbicara dengan lebih tenang. Misal, Mommies dengan mainan stress toys, atau dengan aktivitas seperti olahraga. 

2. Ajak anak berbicara tentang perasaannya

Selanjutnya, ajak anak untuk berbicara tentang perasaannya. Setelah itu, pastikan Mommies mendengarkan dengan penuh perhatian. Bantu anak mengungkapkan emosinya dengan kata-kata daripada dengan teriakan Misalnya Mommies bisa bilang, “Kakak, kalau marah bisa bilang. Aku marah dan tidak suka.” tanpa harus berteriak. 

3. Berikan pujian ketika anak mengekspresikan dirinya dengan sehat

Jangan sungkan memberikan apresiasi berupa pujian saat anak mengekspresikan diri dengan lebih tenang dan positif. Misal Mommies bisa bilang “Adik hebat sudah jarang berteriak kalau ingin sesuatu. Pertahankan, ya.” Dengan ini, anak bisa menyadari bahwa dia bisa menjadi lebih baik ketika mengurangi kebiasaan berteriak.

4. Bantu anak mengembangkan keterampilan untuk mengatasi konflik

Untuk mengatasi kebiasaan berteriak, Mommies bisa membantu anak mengatasi konflik dan frustasi dengan cara yang lebih damai. Misalnya dengan keterampilan seperti bernegosiasi, berbagi, memberikan opsi, dan mencari solusi bersama. Contohnya, saat anak berteriak akibat berebut mainan dengan temannya, Mommies bisa bernegosiasi dengan anak untuk mencari mainan yang lebih menarik. Atau mengalihkannya agar anak mau menunggu mainan agar tidak saling berebut dengan anak lain.

5. Tetapkan aturan dan konsekuensi

Tetapkan aturan tentang perilaku yang bisa diterima secara sosial pada anak dan berikan konsekuensi yang konsisten jika aturan tersebut dilanggar. Dengan kesepakatan bersama antara Mommies dan anak tentunya. Misal, Mommies bisa memberi aturan jika anak sering berteriak, dia akan kehilangan hak istimewa sementara. Seperti waktu bermain, penggunaan gadget, atau kegiatan kesenangan lainnya. Dengan ini, anak akan belajar untuk mengelola emosinya dan tidak seenaknya berteriak. 

BACA JUGA: Tips Pola Asuh Agar Anak Tidak Tumbuh Manja, Lakukan Yuk!

Ditulis oleh: Azahra Syifa

Cover: Photo by Keira Burton on Pexels

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan