Waspada jika Mommies mengenali orang yang sering mengatakan kalimat-kalimat ini. Itu tanda orang yang kurang memiliki empati. Apa saja?
Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Dalam kehidupan sosial, empati dikenal sebagai kualitas manusiawi yang sangat berharga. Walau begitu, sayangnya, tidak semua orang memiliki tingkat empati yang sama. Orang yang kurang empati biasanya dikenal egois, sering mengkritik, dan selalu merasa paling benar. Ciri-ciri orang yang kurang empati juga bisa dilihat dari kalimat yang sering diucapkannya kepada orang lain.
Dilansir dari Global English Editing, berikut adalah 10 kalimat yang sering digunakan oleh orang yang kurang memiliki empati.
Orang yang sering mengatakan bahwa dia tidak peduli kepada orang lain bisa saja memiliki minim empati. Pada dasarnya, kepedulian mendasar terhadap perasaan, pengalaman, atau pendapat orang lain adalah ciri seseorang yang berempati. Kata “Aku enggak peduli” menunjukkan bahwa orang tersebut menolak memahami dan berbagi perasaan orang lain.
Memang, semua orang pernah merasa tidak peduli terhadap sesuatu. Namun, orang yang minim empati akan sering mengatakan “Aku enggak peduli”, bahkan di hadapan orang lain yang sedang kesulitan atau dilanda masalah.
BACA JUGA: Hidup Tidak Berkembang, Ini 9 Hal yang Harus Dihindari!
Orang yang mengesampingkan masalah yang tidak memengaruhi mereka secara langsung, bisa saja kurang empati terhadap pengalaman orang lain. Empati sejati melibatkan pengakuan dan pemahaman terhadap masalah kecil maupun besar. Jika secara rutin Mommies mendengar seseorang mengatakan, “Itu bukan masalahku” orang tersebut mungkin belum sepenuhnya memiliki empati dan kasih sayang. Orang yang memiliki empati pasti rela membantu atau setidaknya mendengarkan orang yang dilanda masalah.
Mungkin Mommies sering mendengar kalimat “Kamu terlalu sensitif” saat merasa tersinggung oleh perkataan orang lain. Kalimat “Kamu terlalu sensitif” sering diucapkan oleh orang yang mudah mengabaikan perasaan orang lain. Dibandingkan mencoba memahami mengapa orang lain tersinggung, mereka menolak emosi tersebut sebagai berlebihan atau tidak masuk akal. Hal ini tentu bertentangan dengan perilaku empatik, yang melibatkan validasi dan penghargaan terhadap perasaan orang lain, terlepas dari apakah Mommies merasakan hal yang sama.
Pernyataan yang tampaknya sederhana ini sebenarnya bisa sangat merugikan. Kalimat “Udah, lupain aja.” sering dilontarkan kepada orang yang mengalami kejadian tak mengenakan yang mungkin sulit untuk dilupakan. Namun, orang yang kurang empati menunjukkan kurangnya kesabaran atau pengertian terhadap proses emosional orang lain.
Setiap orang memiliki kecepatan sendiri dalam melupakan pengalaman tak mengenakan. Maka itu, mengatakan kepada seseorang untuk hanya melupakan masalahnya dapat membuat mereka merasa tidak dimengerti atau tidak didukung.
Kalimat “Aku memang orangnya begitu” seringkali diucapkan orang minim empati saat mereka dikritik atau dinasihati. Ucapan tersebut bisa menandakan penolakan terhadap perbaikan diri dan kurangnya empati terhadap ucapan orang lain. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut tidak bersedia mengubah perilaku mereka atau mempertimbangkan dampak yang mungkin mereka miliki pada orang lain. Perlu diingat bahwa empati juga melibatkan keinginan untuk merenungkan dan menyesuaikan perilaku sendiri.
Mungkin kalimat ini terdengar biasa-biasa saja karena kejujuran adalah sifat yang patut dicontoh, tetapi juga dapat digunakan sebagai alasan untuk menyatakan pendapat atau kritik yang menyakitkan tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Kalimat “Aku cuma berkata jujur” seringkali digunakan untuk membenarkan komentar yang tidak pantas.
Orang yang berempati pasti tahu kapan dan bagaimana berkata jujur dengan sopan dan tetap mengakui perasaan orang lain. Jadi, kejujuran penting, tetapi tidak seharusnya digunakan sebagai alasan untuk menolak berempati kepada orang lain.
BACA JUGA: Bisa Membuat Tidur Nyenyak, Ini 7 Manfaat Magnesium untuk Tubuh
Kalimat “Itu enggak masuk akal.” sering digunakan untuk menolak pemikiran, perasaan atau pengalaman seseorang. Jika sering dilontarkan secara sengaja, kalimat ini bisa menjadi tanda seseorang yang kurang empati. Perasaan manusia adalah sesuatu yang kompleks dan personal, sehingga tidak selalu harus masuk akal untuk dianggap sah.
Empati melibatkan penerimaan dan penghormatan terhadap perasaan orang lain, bahkan jika Mommies tidak sepenuhnya bisa memahami perasaan tersebut. Menolak emosi seseorang karena tidak sejalan dengan logika atau pengalaman sendiri dapat menciptakan rasa isolasi atau ketidakpahaman pada orang lain.
Jika digunakan secara negatif, kalimat seperti “Kamu selalu…” atau “Kamu enggak pernah…” bisa merusak dalam hubungan dan percakapan. Misal, saat digunakan untuk mengkritik atau mengutuk, kalimat ini bisa menciptakan persepsi bahwa orang tersebut tidak mampu berubah menjadi lebih baik. Hal ini tentu terkesan yang dapat terasa membatasi karena orang yang berempati pasti bisa melihat dan menerima orang lain apa adanya, sambil juga mengakui kemampuan untuk tumbuh dan berubah.
Kalimat “Itu bisa menjadi lebih buruk.” mungkin dimaksudkan untuk memberikan sudut pandang lain. Namun, seringkali kalimat ini berfungsi untuk mengecilkan perasaan atau pengalaman seseorang. Menggunakan kalimat ini dapat tanpa disadari menyampaikan pesan bahwa masalah orang lain tidak pantas mendapatkan perhatian. Padahal, empati seharusnya melibatkan pengakuan dan penghormatan terhadap perasaan seseorang tanpa perbandingan.
Kalimat sering digunakan dengan maksud baik untuk mencoba membuat situasi seseorang terlihat lebih positif. Walaupun niatnya baik, kalimat “Setidaknya…” tanpa disengaja sering ditujukan untuk meremehkan perasaan atau keadaan orang lain.
Bukannya menunjukan kepedulian terhadap masalah mereka mereka, kalimat ini seolah mencoba untuk mengubah pandangan orang lain terlalu cepat. Penting untuk diingat bahwa empati berarti memahami tingkat emosional setiap orang, bukan memaksa mereka untuk segera merasa lebih baik. Oleh karena itu, penggunaan kalimat “Setidaknya…” bisa jadi menunjukkan kurangnya empati dan kasih sayang.
BACA JUGA: Cegah Bunuh Diri, Ini Hotline Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia yang Bisa Dihubungi!
Ditulis oleh: Azahra Syifa
Cover: Photo by Keira Burton on Pexels