Sorry, we couldn't find any article matching ''
Para Ayah, Jangan Katakan 5 Kalimat Ini ke Anak Laki-Laki!
Tahukah Daddies, kalau sebaiknya jangan katakan beberapa kalimat ini ke anak? Kalau salah ngomong ke anak, efeknya jangka panjangnya bisa lebih serius, lho!
Kekuatan kata-kata dalam mendidik anak tidak bisa dianggap remeh. Terlebih lagi, peran seorang ayah memiliki dampak signifikan pada perkembangan anak laki-laki. Rupanya, ada beberapa kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya karena dapat membawa dampak jangka panjang yang berpotensi berbahaya pada kesejahteraan emosional dan mental anak. Untuk para Daddies maupun Mommies, harus lebih hati-hati saat berbicara kepada Si kecil, ya.
Berikut adalah 5 kalimat yang jangan diucapkan ayah kepada anak laki-laki.
1. “Laki-laki enggak boleh nangis.”
Dalam masyarakat, laki-laki seringkali mendapat ekspektasi untuk selalu kuat dan tegar dalam menghadapi hidup. Hal ini menyebabkan banyak ayah yang melarang putranya untuk menampakkan kesedihan, misalnya dengan menangis. Padahal, menangis adalah hal yang manusiawi, terlepas dari jenis kelamin. Menangis adalah bagian dari tumbuh kembang anak dalam mengeksplorasi emosinya.
BACA JUGA: 7 Cara Ayah Dukung Pendidikan Anak, Selain Membiayai Sekolah
Jika sering dilarang menangis, anak laki-laki akan tumbuh menjadi sosok yang rendah diri dan segan minta bantuan. Mereka juga bisa saja sulit berempati dengan orang lain dan kesulitan mengekspresikan emosi. Maka itu, ajarkan anak untuk menerima kesedihan yang dia alami. Daripada memarahinya, Daddies bisa menenangkan, menghibur, ataupun mengalihkan perhatian anak.
2. “Sebagai laki-laki, kamu harus mengalah sama perempuan.”
Memang Daddies sepatutnya mengajarkan anak laki-laki untuk menghargai perempuan. Namun, bukan berarti setiap saat mereka harus mengalah, terlebih lagi jika anak laki-laki Daddies berada di posisi yang benar. Jika terlalu sering diajarkan untuk mengalah, anak akan tumbuh menjadi people pleaser yang rentan ditindas.
Ajarkan pada anak bahwa laki-laki dan perempuan setara dan memiliki kesempatan sama untuk maju. Ajarkan juga anak laki-laki untuk lebih paham caranya menyampaikan keberatan jika memang mereka benar dan si anak perempuan yang salah.
3. “Ayah akan selalu ada untuk kalian.”
Hindari menyatakan bahwa Daddies ataupun Mommies akan selalu hadir untuk anak-anak. Hal ini dapat menimbulkan pemahaman yang salah dan membuat anak menjadi terlalu bergantung pada orangtua. Dibandingkan untuk memberikan janji-janji yang belum pasti, lebih baik berikan ruang kepada anak-anak untuk berpikir dan menemukan solusi atas masalah mereka sendiri.
4. “Namanya juga anak laki-laki, pasti harus bandel.”
Menyebut anak laki-laki sebagai “bandel” atau “nakal” dapat menciptakan stereotip negatif. Jika anggapan bandel dinormalisasikan, anak laki-laki bisa saja tersugesti untuk menjadi sosok yang tidak patuh dan lalai akan tugasnya sampai tumbuh dewasa. Tentu, Daddies enggak mau hal itu terjadi, bukan? Sebaliknya, coba tekankan sifat yang lebih positif pada anak laki-laki, seperti bertanggung jawab, pekerja keras, atau pintar. Jangan asosiasikan sifat-sifat negatif pada anak laki-laki dalam masa pertumbuhan.
5. “Laki-laki enggak boleh takut!”
Membatasi rasa takut pada anak laki-laki bukan tindakan yang sehat, lho. Melarang anak laki-laki untuk tidak merasa takut bisa membuat mereka terbiasa menekan emosi mereka. Hal bijak yang seharusnya diajarkan pada anak rasa takut itu manusiawi dan dapat diungkapkan dengan batasan yang sehat adalah lebih bijak. Justru, dengan mengalami rasa takut, anak akan termotivasi untuk mengelola emosinya dan menghadapi sumber ketakutan tersebut.
BACA JUGA: 9 Komunitas untuk Para Ayah Bergabung, Tempat Saling Dukung dan Berbagi Informasi
Cover: Photo by MART PRODUCTION on Pexels
Share Article
COMMENTS