banner-detik
#MOMMIESWORKINGIT

Ajeng Parameswari: Setiap Orang Punya Pilihan, Jangan Takut Mencoba

author

Dhevita Wulandari30 Oct 2023

Ajeng Parameswari: Setiap Orang Punya Pilihan, Jangan Takut Mencoba

Punya mimpi berkarir di dunia finansial sampai akhirnya pindah ke industri kreatif sambil bisa mengurus keluarga, Ajeng Parameswari bagikan ceritanya.

Saat ini sibuk sebagai President of Bioskop Online, Visinema, apakah pekerjaan saat ini sudah sesuai passion dan memang cita-cita seorang Ajeng Parameswari untuk menjadi wanita karir? Atau adakah cita-cita lain yang belum terpenuhi?

Sebenarnya, background aku adalah banking. Lulus kuliah S1 Ekonomi di Universitas Padjajaran Bandung, tadinya aku mau istirahat dulu. Terus, nggak sengaja lihat kalau salah satu perusahaan bank international besar di Jakarta lagi buka lowongan kerja dan aku iseng masukin CV pertamaku. Eh ternyata keterima.

Kemudian aku lanjutin S2 di Royal Holloway, University of London dan sempat bekerja di bank juga waktu di London. Sebelum akhirnya pulang ke Indonesia dan kembali bekerja di salah satu bank swasta. So, basically I was a banker. 

Kebetulan aku tumbuh di keluarga pekerja. Papa dan mama bekerja, dan aku melihat bagaimana wanita bisa sangat mandiri dan berkontribusi untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya. Hal itu yang kemudian membuat aku berpikir untuk aku juga mau seperti mama, mandiri dan berkontribusi untuk lingkungan sekitarnya.

Foto: Dok. Istimewa

BACA JUGA: Jangan Terlalu Banyak Minta Maaf di Kantor, Ini Alasannya!

Dulu aku sangat mengejar karir kantoran sampai suatu saat, senior aku bertanya “Jeng, dalam karir apa yang mau kamu kejar?” Waktu itu karena masih fokus kejar karir, belum kepikiran menikah dan lain-lain, jawabanku adalah untuk bisa sukses, self acknowledgement, gaji dan lain lain. Lalu beliau bertanya “Kalau one day kamu punya anak, terus kamu sukses tapi anak kamu gagal, kamu consider kamu sukses atau gagal?”

Sejak saat itu, mulai ada beberapa value diriku yang berubah. Kemudian aku berpikir bagaimana caranya supaya aku tetap bisa berkarir, memiliki self-acknowledgment, tetap bisa independent, tetapi juga bisa fleksibel secara waktu.

Di saat itu kemudian datang 2 kesempatan pekerjaan ke aku. Di salah satu perusahaan management consultant skala international yang sebetulnya adalah cita-cita aku sebelum terjadi obrolan diatas, dan satu lagi kesempatan di Visinema. Dengan pertimbangan panjang, akhirnya aku memilih untuk bekerja di Visinema karena itulah yang sesuai dengan value aku pada saat itu. Menurutku film Indonesia besar sekali potensinya dan film bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium untuk mempromosikan intellectual sebuah bangsa.

ajeng parameswari

Foto: Instagram @ajengajeng

Jadi kembali ke pertanyaan tadi, pekerjaan aku sekarang adalah yang sesuai menurut value diri aku saat ini. Dan yang juga nggak kalah penting apa yang sedang aku dan teman-teman Visinema lakukan saat ini memiliki tujuan yang penting. Sudah saatnya film Indonesia menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

3 Hal yang Ajeng Parameswari suka dari diri sendiri?

Tiga hal yang paling aku suka… Pertama, aku tuh orangnya nggak suka berhenti, selalu mencoba untuk berpikir apa lagi yang bisa aku lakuin. Gimana caranya untuk berkontribusi juga untuk orang lain.

ajeng parameswari

Foto: Instagram @ajengajeng

BACA JUGA: Empati, Skill Paling Susah Dipelajari Menurut CEO Microsoft Satya Nadella

Kedua, aku nggak pernah takut gagal. Karena buat aku, gagal itu harusnya jadi tempat kita untuk belajar. Orang banyak bilang pengalaman adalah guru yang terbaik. Tapi menurutku, refleksi dan instrospeksi terhadap pengalaman itulah yang harusnya menjadi guru yang terbaik. Jadi, misal kita mengalami kegagalan, jangan lihat seberapa banyak kita kehilangan sesuatu, tapi lihat seberapa banyak yang kita peroleh dari hasil refleksi dan introspeksi pengalaman gagal tersebut.

Yang ketiga, kayaknya aku orangnya cukup luwes. Dalam artian, aku selalu akan mempertahankan diriku sebagai Ajeng. Misalnya saat bersama anak-anakku, aku nggak akan terbebani bahwa peran sebagai ibu harus kaku. Anak-anakku bisa menyampaikan apa saja, mereka bisa protes, mereka bisa kasih tahu apa keinginan mereka. Bukan melarang juga ketika anak ingin beli mainan, tapi mengajarkan proses bahwa untuk mendapatkan sesuatu, ada cara dan usaha yang harus mereka lakukan. Begitu juga di pekerjaan, mencoba untuk adaptif sambil tetap mempertahankan bahwa di mana pun aku berada, orang paham kalau ya beginilah Ajeng.

Memiliki peran sebagai working mom, istri dan ibu dari 2 orang anak, bagaimana cara membagi waktu yang seimbang?

Aku menyadari bahwa working mom adalah pilihan. Sehingga dengan aku menyadari aku sebagai working mom itu adalah pilihanku, aku mengkomunikasikan pilihanku ini ke suami dan anak-anak untuk membuat mereka mengerti. Terutama untuk anak-anak aku.

Aku nggak cuma kasih tahu kenapa ibu itu harus bekerja, tapi aku mencontohkan juga ke mereka dan ajak mereka melakukan itu. Seperti yang tadi aku sempat bilang, ketika mereka pingin mainan, gimana caranya mereka usaha untuk mendapatkan uang dan dari situ mereka tahu mereka bisa beli mainan.

Foto: Instagram @ajengajeng

Aku juga kasih tahu ke mereka kalau aku punya cita-cita. Misal kalau untuk anak, pingin sekolahin mereka di mana, pingin anak bisa ini itu. Nah, supaya bisa sampai ke sana, harus kerja. Sehingga mereka paham konsep bekerjanya.

Setelah lingkunganku sudah paham konsep yang aku pilih adalah working mom, aku mencoba realistis untuk tidak gampang berkecil hati saat orang tua lain bisa menjemput anak pulang sekolah, selalu datang ke sekolah untuk acara anak, dan lain-lain. Aku sadar kalau aku nggak bisa selalu seperti itu.

Aku mencoba intentional dengan apa yang aku lakukan. Aku sadar waktu aku bersama anak-anak tidak banyak, jadi aku benar-benar manfaatkan waktu saat bersama mereka. Benar-benar main, jadi temannya, tidak langsung judge kalau ada apa-apa. Sebisa mungkin di weekend juga mencari aktivitas bareng bersama mereka.

BACA JUGA: Mengenal Cara Pakai Chat GPT yang Disebut-sebut Bisa Menghilangkan Banyak Pekerjaan  

Dengan kesibukan masing-masing peran, kapan biasanya bisa me time dan apa yang biasanya dilakukan?

Biasanya aku me time pagi-pagi sebelum aktivitas ramai dimulai di rumah. Jadi setelah salat Subuh, daripada aku tidur lagi, aku biasanya yoga, meditasi, atau baca buku. Biasanya aku bagi waktunya.

Foto: Instagram @ajengajeng

Sama, buat aku perjalanan dari rumah ke kantor, atau perjalanan dari satu meeting ke meeting lain, menurutku itu juga sudah me time. Karena, aku bisa mendengarkan lagu-lagu dan musik yang aku suka di jalan. Soalnya, kalau sama anak kan pasti dengar lagu favorit mereka.

Tips menjalani peran menjadi working mom, istri, dan ibu?

Please note, bahwa kita sebagai perempuan itu punya pilihan. Masalahnya, mau diambil atau enggak? Aku berharap para perempuan terutama ibu, sadar kalau mereka punya pilihan dan punya keberanian untuk mencoba. Nggak harus pilihannya jadi ibu bekerja, pilihan ibu rumah tangga juga hebat banget.

Ketika punya suatu keinginan, coba lakukan apa yang kita inginkan. Karena pasti ada jalannya dan ada caranya. Saat kita mencoba, kemungkinan terburuknya memang bisa gagal. Tapi kemungkinan terbaiknya juga bisa up to the sky. Sebaliknya, kalau kita nggak coba, kita nggak akan pernah tahu apa yang ada di depan sana.

Karena, setiap orang nggak mungkin nggak punya pilihan dan nggak mungkin nggak bisa. Jadi, coba cari possibilities-nya. Kalau ingin sesuatu, coba kejar, jangan takut untuk coba. Karena yang paling mengerikan adalah takut untuk mencoba, soalnya kita nggak akan pernah tahu hasilnya apa. Dan menurut aku, itu so scary. 

BACA JUGA: 12 Software Terbaik untuuk Pekerja Marketing, Ada Gratis dan Berbayar

Cover: Instagram @ajengajeng

Share Article

author

Dhevita Wulandari

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan