Bukan keahlian negosiasi, atau berpikir novatif dan kreatif yang paling susah dipelajari menurut CEO Microsoft Satya Nadella, melainkan empati!
Dalam dunia bisnis dan kepemimpinan, ada sederetan soft skill dan business skill yang wajib dimiliki. Mulai dari kemampuan public speaking, menganalisis, berpikir kritis, hingga bernegosiasi untuk memenangkan proyek, dan seterusnya. Namun, dari semua soft skill yang ada, ada satu keterampilan yang menurut CEO Microsoft Satya Nadella paling penting plus paling susah dipelajari: empati.
Seperti dilansir dari Business Insider, Nadella berbicara tentang pentingnya empati dalam kepemimpinan pada saat menerima penghargaan tahunan Axel Springer, 17 Oktober lalu.
Baca juga: 10 Pekerjaan yang Cocok untuk Perempuan Usia 40 dan 50
Seperti diketahui, Nadella memiliki seorang anak laki-laki (Zain) yang menderita cerebral palsy sejak lahir. Ia meninggal Februari 2022 lalu di usia 26 tahun. Dalam masa perawatan, ia melihat bagaimana istrinya dengan penuh empati merawat anaknya hingga rela melepaskan pekerjaannya sebagai arsitek. Nadella pun jadi belajar melihat dunia melalui mata anaknya. Situasi anaknya menjadi terobosan perubahan mindset dalam diri Nadella: “Hal ini mengubah saya sebagai manusia, sebagai orang tua, sebagai mitra, dan sebagai pemimpin di tempat kerja,” katanya dalam wawancara dengan CEO Axel Springer Mathias Döpfner.
Lebih lanjut, Nadella memaparkan bahwa empati sangat penting dalam kehidupan pribadi dan profesional. “Empati bukanlah soft skill. Faktanya, ini adalah keterampilan tersulit yang kita pelajari – berhubungan dengan dunia, berhubungan dengan orang-orang yang paling berarti bagi kita,” katanya.
Nadella berbicara tentang pentingnya empati di tempat kerja bukan sekali ini saja. Sebelumnya, di dalam salah satu episode podcast “Hello Monday” LinkedIn, ia mengatakan bahwa memiliki empati terhadap tim dapat memainkan peran penting dalam pengembangan karier. “Jika Anda memiliki empati terhadap orang-orang Anda, mereka akan melakukan pekerjaan terbaiknya dan Anda akan membuat kemajuan,” ujarnya di dalam podcast tersebut.
Baca juga: 5 Keterampilan yang Akan Membawa Anda ke Puncak Karier
Bukan Nadella saja yang berpandangan bahwa empati adalah keterampilan kepemimpinan yang paling penting untuk dimiliki. Penelitian pun menunjukkan hal yang sama. Dari hasil studi yang dilakukan Ernst & Young tahun 2021, hampir 90% pekerja di Amerika Serikat yang disurvei mengatakan bahwa memiliki manajer yang berempati akan meningkatkan kepuasan kerja, produktivitas, dan memupuk loyalitas. Sementara 79% mengatakan bahwa memiliki atasan yang berempati bisa membuat mereka betah dan tak mudah untuk resign.
Pada tingkat yang lebih luas, Nadella juga berpendapat bahwa empati memainkan peran penting dalam mendorong inovasi. “Inovasi adalah tentang memenuhi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi. Ini bisa dicapai dari design thinking, namun design thinking-nya, ya, empati itu sendiri”.
Axel Springer sendiri memberikan penghargaan kepada CEO Microsoft Satya Nadella karena ia dianggap sebagai tokoh luar biasa yang menunjukkan bakat luar biasa dalam inovasi, menciptakan dan mengubah pasar, membentuk budaya, dan juga memiliki rasa tanggung jawab sosial.
Kebayang, ya, jika setiap atasan mau mempraktikkan keterampilan berempati terhadap bawahannya di tempat kerja, betapa kondusifnya lingkungan kerja kita?
Baca juga: Fakta Shou Zi Chew, CEO TikTok yang Kini Jadi Idola Banyak Orang
Cover: Foto oleh detik.com