Terapi Okupasi diberikan untuk seseorang yang mengalami kendala dalam menjalankan aktivitas harian, bahkan sesederhana mengenakan pakaian.
Pada dasarnya, nggak ada, sih, orangtua yang ingin anaknya mengalami gangguan tumbuh kembang sehingga harus membutuhkan bantuan terapi. Tapi, ketika kenyataan tak sejalan dengan harapan, nggak lantas boleh denial, kan?
Kalau memang anak butuh terapi setelah mendapatkan diagnosa dari ahlinya, Mommies nggak bisa nggak, harus memberikannya demi tumbuh kembang anak yang optimal.
Ada beberapa jenis terapi okupasi untuk anak yang tumbuh kembangnya terganggu, seperti Terapi Sensori Integrasi.
Nggak selalu anak yang mengalami autisme, anak yang hanya mengalami gangguan belajar misalnya, juga dimungkinkan untuk mendapatkan Terapi Okupasi.
Intinya, terapi ini diberikan ketika anak mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas rutinnya di rumah, sekolah, atau lingkungannya.
Terapi okupasi merupakan jenis terapi yang berfokus pada upaya membantu seseorang, dalam hal ini anak untuk mengatasi tantangan yang dihadapi akibat kondisi fisik maupun psikis yang menghambat aktivitas harian.
Hambatan-hambatan tersebut meliputi cedera atau luka, juga masalah kesehatan kronis atau akut yang menyebabkan gangguan fisik, indrawi, kognitif, atau mental. Terapi ini juga diberikan untuk anak yang mengalami kendala fisik, sosial, dan institusional di rumah, sekolah, atau lingkungan lain.
Baca juga: Pengalaman Terapi Tumbuh Kembang Menggunakan BPJS Kesehatan
Misalnya saja, ketika seorang anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan saat melakukan kegiatan tertentu seperti mengancingkan baju. Maka OT akan membantu mengidentifikasi kesulitan tersebut.
Program terapi okupasi pada dasarnya disesuaikan pada kebutuhan individu yang spesifik. Bagi anak berkebutuhan khusus, terapi akan diberikan dengan bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Meski mungkin akan terlihat aneh, setiap permainan pasti memiliki tujuan.
Di dalam aktivitas bermain tersebut, terapis biasanya akan melakukan asesmen dan menilai mengevaluasi perkembangan anak. Setiap perkembangan akan dicatat dan dijadikan dasar untuk menentukan jumlah sesi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan terapi.
Pertama-tama akan ada penilaian individu. Di tahap ini, anak dan Mommies akan duduk bersama dengan terapis untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Setelah itu, terapis mungkin saja membutuhkan waktu bersama anak saja, untuk menilai sejauh apa gangguan yang dialami anak.
Kedua akan ada penyesuaian rencana terapi. Tahapan ini jelas bertujuan untuk menentukan jenis aktivitas yang akan dilakukan saat terapi dijalankan. Dengan harapan, aktivitas terapi tersebut dapat mengoptimalkan kemampuan anak.
Tahap terakhir adalah evaluasi. Setelah anak melalui rangkaian terapi, terapis umumnya akan melakukan evaluasi. Sejauh mana anak mengalami perkembangan. Bukan tak mungkin dibutuhkan terapi tambahan bilamana dirasa tujuan terapi belum dicapai.