Membesarkan anak balita ternyata memiliki tantangan tersendiri. Sebagai orang tua, kita perlu berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan berikut ini.
Balita, makhluk mungil dengan energi luar biasa. Seringkali, aktivitas dan kelakuan mereka bisa menguji bukan cuma stamina fisik tapi juga emosi dan mental Anda. Jangan keburu patah semangat dulu. Asal tahu kesalahan apa saja yang mesti dihindari, membesarkan balita bisa menjadi pengalaman menyenangkan. Mari simak penjelasan dan tips dari Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog Klinis Anak dan Remaja untuk Anda.
“Standar perilaku anak menjadi tidak terbentuk dengan baik karena anak terbiasa menghadapi aturan yang dapat berubah-ubah, tergantung sedang bersama siapa. Ini menyulitkan anak untuk beradaptasi dengan aturan yang lebih tegas di luar rumah seperti di sekolah,” papar Vera. Balita bisa tertib jika mereka tahu apa yang diinginkan orang tua mereka seperti jam makan, waktu mandi, dan waktu tidur serta konsekuensi apa saja yang akan mereka terima jika berperilaku buruk. Jika peraturan diterapkan secara konsisten dan dapat mereka prediksi, balita akan tumbuh dengan bahagia.
Anak balita sangat suka suasana ramai dan banyak orang. The more the marrier. Tapi jangan gegara melihat anak begitu senang dan bersemangat, orang tua malah lupa diri. Bagaimana pun, balita senang jika bisa bersama hanya dengan orang tua mereka. Jika Anda punya anak balita lebih dari satu, upayakan menyediakan waktu untuk masing-masing anak. Ini juga berguna untuk mereka karena bisa merasakan perhatian penuh dari salah satu orang tua (Ayah dan Ibu bisa bergantian) dan menghindari sibling rivalry.
Baca juga: 21 Ide Quality Time Seru Bersama Anak
Orang dewasa seringkali ‘gatal’ ingin mengulurkan bantuan setiap kali melihat balita sedang kesulitan seperti kesusahan mengancingkan pakaian, mengikat tali sepatu, bahkan sekadar membereskan mainannya yang berserakan di lantai. Tapi orang tua harus paham satu hal ini: sikap terlalu sigap mengulurkan pertolongan justru akan memberi pesan kepada anak bahwa mereka tidak becus melakukan apa pun sendiri. Orang tua yang menawarkan terlalu banyak bantuan dapat menghilangkan kemampuan anak untuk menjadi mandiri.
Bicara terlalu panjang ketika Anda perlu mendisiplin setelah anak berperilaku buruk, bukanlah ide yang bagus. Itu hanya akan membuat Anda dan anak sama-sama frustrasi.
“Balita memiliki rentang perhatian yang pendek sehingga percuma berpanjang-panjang karena mereka akan kehilangan atensi jika sudah bosan. Lebih baik singkat dan to the point. Misalnya daripada bilang, ‘Jangan lari nanti jatuh, kalau jatuh nanti nangis, semuanya jadi repot bla… bla… bla…, lebih baik Mommies bilang, ‘Kita jalan aja yuk pelan-pelan, sambil berhitung ya,’” saran Vera.
Coba diingat-ingat, apakah selama ini balita Anda hanya makan chicken nuggets, sosis, kentang goreng, dan burger? Seperti yang terlambat disadari oleh beberapa orang tua, balita yang diberi makanan ‘menu anak-anak’ bakal sulit menerima makanan jenis lain seperti sayur, buah, sup, dan tumisan. Mulailah mendorong anak untuk mencoba makanan “dewasa”.
Seringnya, anak akan berminat jika mereka melihat orang tuanya sangat menikmati makanan yang disantap. Jika mereka menolak, tetap taruh di piring mereka. Beberapa anak perlu mencoba hal-hal baru belasan kali atau lebih sebelum mereka bisa menikmatinya.
Latih anak mau mencoba dan makan beragam jenis makanan. Selama ada makanan di atas piringnya, Mommies nggak perlu khawatir. Yang penting, jangan biarkan diri Anda terlalu sering mengalah dan akhirnya menjadi juru masak makanan olahan cepat saji buat si balita.
Balita yang pindah terlalu cepat ke tempat tidur “sungguhan” kemungkinan justru akan mengalami kesulitan untuk tetap berada di tempat tidur atau tertidur, sehingga malah lebih sering naik ke tempat tidur orang tuanya dan membuat orang tua menjadi kelelahan karena sulit tidur nyenyak.
Waktu yang tepat untuk membuang boks bayi adalah saat anak Anda meminta tempat tidur sendiri atau mulai dapat memanjat keluar dari boks bayinya. Bagi kebanyakan anak, itu terjadi antara usia 2 dan 3 tahun atau ketika seorang anak mencapai ketinggian sekitar 80-90 cm.
7. Memulai potty training terlalu cepat ketika membesarkan anak balita
Beberapa orang tua mulai giat membujuk anak mereka untuk menggunakan toilet ketika mereka pikir sudah waktunya. Padahal anak-anak pasti akan belajar menggunakan toilet saat mereka siap. Jangan diburu-buru. Tapi Anda boleh mempersiapkannya: tunjukkan balita Anda toilet di rumah. Jelaskan dan tunjukkan kegunaannya.
Baca juga: Tips Sukses Potty Training
8. Terlalu banyak waktu dengan gawai saat membesarkan anak balita
Balita yang banyak menonton TV sering mengalami lebih banyak kesulitan belajar di kemudian hari. Vera menjelaskan, “Stimulasi bagi anak jadi terbatas dan kurang interaktif jika ia terlalu sering dan banyak menghabiskan waktu nonton TV dan main gawai. Lima tahun pertama meruapakan masa emas anak untuk belajar banyak hal karena perkembangan sel otak sedang pesat-pesatnya. Jadi berikan stimulasi yang bisa merangsang semua panca inderanya dan memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi di lingkungannya secara aktif.”
Baca juga: Kenali 11 Jenis Tantrum pada Balita, Nomor 4 Paling Berbahaya
9. Panik saat coba menghentikan anak yang sedang tantrum
Beberapa orang tua khawatir bahwa anak yang tantrum membuat mereka dicap sebagai orang tua yang buruk. Tapi faktanya, semua balita tantrum. Ketika mereka sedang histeris, tidak ada gunanya Mommies buang-buang nafas mencoba bicara apalagi marah sama mereka.
“Anak malah jadi tambah tantrum karena melihat kita panik. Posisikan emosi Anda lebih tenang dari anak karena anak sedang butuh bantuan untuk menenangkan dirinya. Jika ikut terpancing, ambil jeda sesaat untuk menenangkan diri sebelum Anda kembali handling anak,” saran Vera.
Dan, jika ada orang yang tampak gusar atau menawarkan saran yang tidak Anda inginkan, senyumin aja sambil membawa anak ke tempat yang lebih sepi, lalu peluk dia.
Sumber artikel dari sini