banner-detik
PARENTING & KIDS

Mengenal Skoliosis yang Rentan Menyerang Anak Remaja, Ini Dia Faktanya!

author

Katharina Menge24 Aug 2023

Mengenal Skoliosis yang Rentan Menyerang Anak Remaja, Ini Dia Faktanya!

Walau banyak ditemukan pada usia dewasa, ternyata skoliosis sudah bisa terjadi sejak usia anak-anak dan remaja, lho. Yuk, kenali fakta dan cara menghindarinya.

Skoliosis ternyata banyak berkembang sejak usia anak-anak, dimana mereka masih dalam proses pertumbuhan tulang dan pertambahan tinggi badan. Hal itu diungkap oleh dr. Widyastuti Srie Utami, Spesialis Ortopedi konsultan Tulang Belakang dari Rumah Sakit Pondok Indah dalam diskusi media RS Pondok Indah di Jakarta, Senin (21/8).

“Kalau masih bertambah tinggi maka derjat skoliosisnya bisa bertambah. Sehingga pada anak-anak sangat penting untuk diketahui sejak dini,” ungkapnya. Apabila kondisi ini sudah diketahui sejak dini, diharapkan tingkat derajat lengkungannya masih kecil sehingga bisa dilakukan tindak pencegahan agar tidak berkembang.

Namun kondisi ini harus lebih diperhatikan pada anak perempuan. Sebab laki-laki dan perempuan mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita skoliosis ringan sekitar 10 derajat, tetapi perempuan 5-10 kali lebih mungkin untuk berkembang menjadi penyakit yang lebih parah, sehingga mungkin memerlukan pengobatan.

Yuk, kita mengenal lebih dalam tentang skoliosis dan faktanya yang bisa menyerang anak-anak dan remaja!

BACA JUGA: Hati-hati, Anak Juga Bisa Mengalami Tulang Keropos. Ini Penyebab Osteoporosis pada Anak

Apa Itu Skoliosis?

Skoliosis adalah kondisi lengkungan ke samping pada tulang belakang yang lebih besar dari 10 derajat dengan rotasi tulang belakang. Kondisi ini bisa membuat organ-organ tubuh tertekan oleh tulang dan menimbulkan rasa nyeri, pegal, dan tidak nyaman.

Skoliosis biasanya tidak menimbulkan masalah, tetapi terkadang menyebabkan kelainan bentuk yang terlihat, tekanan emosional, dan juga gangguan pernapasan akibat kelainan bentuk tulang rusuk.

Perlu diketahui juga bahwa tidak ada hal yang bisa memperburuk derajat kelengkungan tulang belakang. Menurut dr. Widya, melengkungnya tulang belakang itu adalah sesuai sifat atau maunya tulang belakang meliuk. “Tidak ada aktivitas sehari-hari yang bisa membuat lengkungan itu semakin parah, yang ada adalah membuat keluhan pegalnya menjadi parah,” jelas dr. Widya.

Beberapa kegiatan yang bisa membuat keluhan bertambah parah adalah duduk terlalu lama dengan posisi yang tidak benar, mengangkat sesuatu terus menerus, dan hal-hal lainnya yang juga umum dirasakan, tidak hanya pada kasus skoliosis.

Skoliosis dapat dikelompokan dalam tiga klasifikasi, yaitu:

  1. Bawaan
  2. Neuromuskular
  3. Idiopatik

Pada kasus bawaan atau genetik, bisa terjadi jika kedua orang tua menderita skoliosis idiopatik. Kondisi itu membuat anak memiliki 50 persen kemungkinan mengalami skoliosis juga. “Tetapi ini bukan faktor keturunan atau diturunkan dari orang tua ke anaknya, melainkan faktor insidensi,” kata dr. Widyastuti.

Untuk kasus neuromuskular, biasanya bisa terjadi karena kondisi cerebral palsy, kelainan bawaan lahir yang berdampak pada tulang belakang, infeksi pada tulang belakang, hingga irregular tulang ekor. Deretan kondisi tersebut bisa menyebabkan terjadinya skoliosis.

Namun, kondisi skoliosis juga bisa terjadi tanpa penyebab jelas. “Kebanyakan skoliosis, hampir 80-90 persen penyebabnya adalah idopatik atau tidak diketahui ada penyebab yang mendasari. Artinya pasien tersebut kebanyakan sehat,” jelas dr. Widya.

Ciri-ciri Skoliosis

Seperti sudah diungkap di atas, anak-anak lebih rentan mengalami skoliosis karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Namun jika sejak dini kondisi ini sudah diketahui, maka pencegahannya bisa dilakukan lebih cepat.

Ciri-ciri anak yang terserang skoliosis bisa terlihat dari aktivitas dan postur tubuh mereka sehari-hari. Dr. Widya pun berbagi beberapa ciri anak yang mengalami skoliosis agar orang tua bisa lebih sadar dan anak lebih cepat terdiagnosa dengan melakukan pemeriksaan di dokter. Berikut ciri-ciri skoliosis:

  1. Bahu atau punggung tidak rata atau asimetri
  2. Satu tulang belikat yang muncul lebih menonjol dibandingkan yang lain
  3. Ketika anak berdiri terlihat pinggangnya tidak rata
  4. Salah satu pinggul lebih tinggi dari yang lain
  5. Salah satu sisi tulang rusuk menonjol maju
  6. Jarak antara siku dan pinggang berbeda pada salah satu sisi, salah satu menempel dan lainnya berjarak

Cara Penyembuhan Skoliosis

Perawatan skoliosis berbeda-beda, tergantung besar kecilnya lengkungan. Anak-anak yang memiliki kurva yang sangat ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan sama sekali. Mereka hanya perlu melakukan kegiatan untuk mengurangi keluhan yang mungkin muncul.

Meski begitu, kasus skoliosis pada anak-anak mungkin saja memerlukan pemeriksaan rutin untuk melihat apakah kurva tersebut memburuk seiring pertumbuhan mereka. Pemakaian brace adalah cara terbaik untuk mengatasi kondisi skoliosis sedang karena memiliki efek paling besar pada anak-anak yang tulangnya masih dalam masa pertumbuhan. Tujuannya untuk menahan tulang selama usia pertumbuhan agar tidak bertambah bengkok atau mnecegah pertambahan derajatnya agar tidak bertambah banyak.

Dr. Widya juga ungkap bahwa tindak operasi hanya dilakukan pada kasus berat. “Yang bisa meluruskan tulang belakang yang bengkok hanya operasi, tetapi yang perlu dioperasi hanya pada kasus berat,” jelas dr. Widya.

Semua treatment yang non operasi, seperti memakai brace atau exercise stretching, diungkap dr. Widya bukan untuk meluruskan tulang belakang tapi untuk mengurangi gejala pegal akibat skoliosisnya. “Jadi pasien-pasien dengan skoliosis, kalau tidak sampai perlu disarankan untuk operasi, memang seumur hidup akan ada skoliosis itu (dalam tubuhnya).”

Sebab semua orang pasti memiliki derajat kelengkungan di tulang belakangnya, tetapi tiap orang memiliki derajat yang berbeda-beda, dan jika derajatnya masih di bawah 10, maka itu masih berada di normal limit.

“Perawatan yang diberikan bukan untuk membuat dari skoliosis jadi lurus tapi bagaimana mengusahakan agar kualitas hidup anak yang memiliki skoliosis membaik, tidak selalu pegal, dan jangan sampai kecolongan tidak pakai brace pada saat seharusnya dia bisa pakai brace.”

Jika anak mengalami keluhan keluhan akibat skoliosis, Mommies bisa bantu dengan mengajak mereka untuk aktif melakukan aktifitas yang banyak menggerakkan dan melatih otot sehingga mampu mengurangi pegal yang dirasakan.

Olahraga yang membuat banyak otot bergerak dan bisa dilakukan oleh anak adalah berenang. Namun jika anak tidak suka berenang, tidak bisa berenang, atau masih terlalu kecil, janganlah dipaksa berenang. Mereka bisa diajak untuk melakukan olahraga lain, mulai dari yoga, pilates, aerobik, dance, bulu tangkis.

Pesan untuk Orang Tua dengan Anak Skoliosis

Hal terpenting yang harus dilakukan oleh orang tua dengan anak yang memiliki skoliosis adalah tidak menyalahkan mereka. Misalnya dengan berkata, “Kamu, sih, duduknya begitu terus,” “Kamu duduknya selalu di salah satu sisi,” dan komentar serupa.

Menurut dr. Widya bukan itu yang menyebabkan skoliosis pada anak. “Memang dia (anak) tulang belakangnya tumbuhnya maunya meliuk ke samping,” tutup dr. Widya.

Jadi, Mommies dan Daddies memang perlu waspada dengan kondisi tubuh anak dan berikan bantuan yang tepat jika mereka menderita skoliosis.

BACA JUGA: Gejala Osteoporosis dan Tips Pencegahan Terbaik untuk Wanita agar Tulang Tetap Sehat di Usia 40-an

Cover: Freepik

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan