Begini, nih, baiknya menegur biar dia nggak defensif dan tetap terbuka sama kita soal seksualitas pas kita menemukan konten porno di gadget anak.
Cepat atau lambat, anak (terutama anak remaja) pasti terpapar konten pornografi. As parents, we have to embrace it. Coba diingat-ingat lagi, kita pun dulu juga sama, kan? Yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya.
Kalau Kara Handali, M.Psi.,Psikolog kasih saran, sih, ada beberapa JANGAN yang mesti dilakukan ketika kita menemukan konten pornografi di ponsel anak.
Nggak usah obvious banget kalau mommies panik, meski jantung udah turun ke kaki. Ambil waktu menenangkan diri ketika pikiran-pikiran buruk bermunculan.
Tentunya di saat orangtua belum bisa berpikir jernih dan masih emosional, hindari untuk diskusi karena kita cenderung marah dan ceramah panjang lebar. Kalau sudah tenang hati baru, deh, diskusi.
Apapun media kontennya, hindari bersikap ekstrim dan emosional dengan langsung merampas gadgetnya.
Hal ekstrim kayak gini malah bikin anak jadi nggak bisa paham tindakan apa yang dianggap keliru, kita jadi kehilangan kesempatan untuk mengedukasi anak secara terbuka. Nantinya anaknya malah cari cara lain biar nggak ketahuan dan jadi nggak terbuka sama kita, orangtuanya.
Karena anak jadi cenderung defensif, kelak kalau ada apa-apa dia malah lebih suka menutup-nutupi karena takut akan dimarahi.
Anak bisa jadi kehilangan rasa percaya terhadap orang tua, merasa tak dihargai, merasa nggak punya ‘suara’, kalau hal ini diterapkan di situasi lain, bisa jadi berpengaruh terhadap konsep dirinya.
Setelah empat JANGAN di atas dilakukan, mommies dan pasangan bisa cari waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini dengan anak.
Mommies bisa sampaikan pada anak mengenai temuan tersebut dan tanyakan dari mana ia memeroleh konten porno tersebut. Misalnya saja, nih, kalimat pasnya, “Mama lihat ada gambar orang tidak pakai baju di HP-mu, boleh tahu kamu dapat itu dari mana?”.
Inget, ya, mommies, berbicaralah dengan nada yang tenang alih-alih nada menginterogasi bak polisi terhadap kriminil.
Mommies bisa juga menanyakan pada anak bagaimana perasaan dan pikirannya ketika melihat konten tersebut. Jadi mommies bisa tahu sejauh apa pemahaman anak mengenai konten tersebut.
Setelah itu, beri paham padanya bahwa konten tersebut merupakan konten yang kurang sesuai dengan usianya, beri juga ia kesempatan untuk bertanya, misalnya “Apakah ada yang ingin kamu tahu tentang apa yang kamu lihat?”
Baca juga: Ketika Anak Remaja Menunjukkan Tanda-Tanda Kecanduan Pornografi
PENTING BANGET, nih, diketahui. Dengan kita memberikan ruang aman untuk diskusi membuat anak merasa aman dan nyaman dalam membicarakan hal sensitif seperti seksualitas.
Buat remaja yang sudah puber, setelah menanyakan apa yang dirasakan oleh anak, orangtua bisa menyampaikan mengenai perubahan seksual yang saat ini mungkin tengah ia alami.
Masa inilah masa ia mungkin merasa ada ketertarikan terhadap hal-hal terkait seksualitas (dan pastikan sampaikan padanya hal tersebut adalah hal wajar).
Hanya saja, konten pornografi ditujukan untuk usia 18+ tahun. Jelaskan pada si remaja (based on science) bahwa di usia tersebut gejolak hormon mereka belum stabil, sehingga ia beresiko mengambil tindakan yang tidak diharapkan.
Paparkan saja padanya risiko pornografi secara ilmiah agar anak mendapat pemahaman yang tepat. Mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental hingga kehilangan masa depan. Tuh, kan, mudaratnya lebih banyak daripada manfaatnya. Kasih paham, deh, anak-anak itu :)