Apapun metode sunat yang mommies pilih, pastikan sudah dikonsultasikan dulu kondisi anak kepada dokter yang lebih kompeten, ya.
Bagi mereka yang beragama muslim, anak laki-laki wajib disunat, meski tidak tertutup juga bagi non muslim untuk melakukannya. Kebanyakan orangtua, sih, memilih menunggu anak berusia 9-12 tahun, yaitu ketika anak duduk di bangku kelas 4-6 SD untuk disunat.
Tapi ada juga (biasanya) karena alasan medis, bayi harus segera disunat. Metode sunat makin ke sini makin berkembang. Sejauh ini yang ada di Indonesia ada sekitar 5 metode sunat yang bisa dilakukan.
Mana metode sunat yang lebih baik? Tentu diserahkan kembali kepada orangtua masing-masing. Buat mommies yang masih terombang-ambing mau pilih metode sunat yang mana, berikut ini review setiap metode. Semoga nggak bingung lagi, ya. Alangkah baiknya bila mommies juga berkonsultasi pada dokter karena ini merupakan tindakan medis, yang meski risikonya rendah, tetap ada efek sampingnya.
Beberapa mommies memang merasa lebih nyaman bila proses khitan dilakukan oleh spesialisnya. Untuk metode ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis bedah umum, spesialis bedah umum anak, dan juga spesialis urologi. Tentunya untuk bedah konvensional mommies harus melakukannya di rumah sakit, ya.
Jika dilakukan di rumah sakit, anak harus melalui check-up darah terlebih dahulu. Dokter juga akan menentukan apakah anak bisa dibius lokal saja, atau jika diperlukan bius total.
Untuk metode ini setelah area penis disterilkan, lalu dilakukan bius. Dokter akan memotong kulit kulup penis menggunakan gunting ataupun pisau bedah, lalu luka akan dijahit dengan menggunakan benang yang dapat diserap oleh tubuh.
Plusnya dilakukan di rumah sakit. Jika terjadi apa-apa bisa lebih cepat ditangani di ruang gawat darurat. Metode bedah ini memiliki risiko infeksi dan perdarahan yang kecil karena menggunakan alat alat medis yang disterilkan dan dengan penjahitan akan menjamin perdarahan terkontrol dengan baik.
Minusnya proses perawatan pascasunat akan lebih repot, ya, mommies. Luka tidak boleh terkena air supaya jahitan menutup dengan sempurna, dan juga ada penggantian perban selama kurang lebih tujuh hari.
Pada dasarnya metode laser ini adalah metode dengan menggunakan alat canggih yaitu laser CO2 yang bisa dilakukan oleh dokter, dokter bedah umum, dokter bedah umum anak, hingga spesialis urologi. Jadi yakinkan kalau mommies memilih metode ini dilakukan oleh ahlinya, ya.
Secara prosedur mirip dengan bedah konvensional. Hanya alat pemotongnya saja yang berbeda. Dalam hal ini, kulup penis dipotong menggunakan laser CO2.
Plusnya: Metode ini membuat perdarahan akan sangat minimal dan penyembuhan luka akan lebih cepat. Meskipun begitu tetap ada proses penjahitan luka. Hasilnya sendiri lebih estetik dibanding konvensional
Minusnya: Mahal :) dan hanya tersedia di kota-kota besar yang memiliki fasilitas laser CO2.
Sama juga dengan 2 penjelasan di atas, metode elektrokauter hanya berbeda di alatnya saja. Alat ini merupakan alat pemotong kulup penis yang dialiri arus listrik. Jadi secara prosedur mirip dengan bedah konvensional, harus ada checkup darah dulu, dan dilakukan oleh dokter.
Metode elektrokauter ini sering disalah artikan sebagai metode laser padahal alat yang digunakan sangat jauh berbeda.
Alat Smartklamp memiliki beberapa ukuran sesuai umur dan ukuran penis. Setelah dilakukan anastesi lokal, maka tabung Smartklamp akan dimasukan pada kulup yang akan dipotong, kemudian dijepit dengan pengunci klamp. Setelah 5 hari, maka tabung Smartklamp akan dilepas.
Plusnya: Mengurangi risiko perdarahan dan tanpa disertai penjahitan sehingga lebih mudah dalam perawatan setelah sunat.
Minusnya: Nggak disarankan untuk anak yang hiperaktif, memiliki kelainan fimosis dan untuk anak yang memiliki mikro penis.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Sunat dan Kisaran Biayanya
Metode ini lagi populer banget, nih. Banyak orangtua saat ini beralih ke metode Sabufot. Metode sunat ini menggunakan Bipolar Pen Sealer yang dilakukan oleh dokter umum.
Plusnya: Teknologi ini menggunakan alat bersuhu rendah yang dapat memotong kulit serta langsung mengeringkan luka. Luka akan menyatu sendiri dengan perdarahan yang sedikit. Bahkan ada, lho, yang nggak berdarah sama sekali.
Minusnya: Biayanya sendiri tidak bisa dikatakan murah, sekitar mulai dari Rp 2 jutaan tergantung kondisi anak.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, baiknya mommies berkonsultasi dengan dokter anak, demi mendapatkan penjelasan tentang metode apa yang paling cocok untuk disesuaikan dengan kondisi si kecil. Termasuk kondisi finansial, ya. Yang penting, selama dikerjakan oleh tenaga medis yang kompeten dan profesional maka efek yang tidak diinginkan akan minimal.