Sorry, we couldn't find any article matching ''
Orang tua, Jangan Berikan 6 Beban Ini Kepada Anak Pertama
Anak pertama sering diminta bertanggung jawab pada adiknya. Padahal secara jiwa mereka juga tetap jiwa anak-anak.
Sebagai sulung, predikat ‘pengganti orang tua’ sering disematkan. Tak heran, banyak sulung yang punya karakter kualitas kematangan tinggi, jiwa ngemong, dan rasa tanggung jawab besar. Predikat ini telah ada sejak detik pertama adik dilahirkan, hingga sepanjang hayat. Di balik itu, sebetulnya ada struggling berat yang sering dihadapi para sulung. Ada yang bisa melampauinya, namun tak sedikit juga yang merasa burn out atau malah jadi sindrom anak sulung alias oldest child syndrome yang tendensinya negatif.
Baca juga: 10 Kebiasaan Anak Sulung yang Bikin Elus Dada
Orang tua, yuk jangan berikan 6 beban ini kepada anak pertama
1. Menanggung kesalahan adik
Mereka yang berani berbuat, harus berani menghadapi konsekuensi dari setiap tindakannya. Tidak peduli berapa usianya. Jangan sampai, orang lain, dalam hal ini si kakak, yang harus disalahkan, apalagi ikut menanggung akibatnya. “Adikmu kan masih kecil, belum tahu apa-apa,” begitu kira-kira yang sering dijadikan dalih orang tua. Lain halnya, sulung yang telah menjadi dewasa, sudah punya pilihan sadar, apakah akan membantu si adik, atau membiarkan si adik menyelesaikan kesulitannya sendiri.
2. Jadikan kelinci percobaan
Jadi orang tua memang tidak ada sekolahnya, sehingga ketika punya anak pertama, biasanya kita tergagap dan baru mempelajari apa yang harus dilakukan dalam mengasuh anak. Pola pengasuhan pun masih bereksperimen, apa yang berhasil dan apa yang tidak. Misal, anak tertua sering kali mendapat disiplin paling ketat–dari waktu tidur hingga jam malam–sementara ke adiknya jadi lebih longgar. Pas ke sulung, kita galak, ke adiknya, lebih melunak. Pilihan sekolah juga demikian, kalau gagal dengan si sulung, adik mendapat jatah sekolah yang lebih bagus, dan seterusnya.
3. Anak pertama dijadikan babysitter adik-adik
Secara otomatis, si sulung mendapat peran untuk menjadi penjaga adik-adiknya, saat bermain di luar dengan teman-teman, atau saat orang tua ada keperluan di luar. Hal yang perlu diperhatikan adalah, jangan berikan peran ini secara taken for granted, pekerjaan yang tak bisa ditawar-tawar. Hargai pilihan si sulung, apakah saat itu ia punya kesibukan atau acara dan bersedia jagain adiknya? Jangan sampai si sulung merasa terus menerus dikorbankan hak dan kehidupan pribadinya karena tugas ini.
Baca juga: Cara Terbaik Bagi Orang tua Untuk Memahami Anak Sulung
4. Terapkan standar tertinggi
“Anak tertua harus bisa jadi contoh yang baik buat adik-adiknya.” Begitu idiom yang sering kita dengar. Tentu sekilas tak ada yang salah. Namun, implikasinya dalam keseharian, sulung seolah mendapat pressure yang lebih besar dibanding si adik, ekspektasi orang tua terhadap sulung juga lebih tinggi ketimbang adik. Di sekolah nilai sulung harus bagus. Perilakunya harus manis. Prestasinya menonjol, dan seterusnya. Hal-hal negatif seperti, kegagalan, kenakalan, kesalahan, tidak boleh ada dalam kamus anak sulung.
5. Prioritas ke adik
Anak terkecil jadi primadona. Apa pun permintaannya harus diturut. “Kamu, kan sudah besar, masa nggak mau ngalah!” Dari soal makanan, sampai mainan terbaru, bungsu atau adik seringnya punya privilege untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sulung tak punya privilege untuk manja. Setiap anak, sebanyak apa pun anak Anda, berikan hak dan perhatian yang sama, seadil-adilnya.
6. Anak pertama selalu dianggap dewasa
Salah satu kesalahan terbesar para orang tua adalah menganggap sulung itu pasti dewasa. Berapa pun usianya. Lahir paling duluan, bukan berarti secara kepribadian dia terlahir dewasa. Anak paling besar, bukan berarti dia ‘sudah gede’. Perlakukan anak sesuai kepribadiannya. Lagipula, selama usianya belum dewasa, dia tetaplah berjiwa anak-anak, yang senantisa membutuhkan perhatian kita, orang tuanya, dalam setiap fase dan momen penting kehidupannya.
Sumber image dari sini
Share Article
COMMENTS