Sorry, we couldn't find any article matching ''
Bisa Merendahkan Gender, Hindari Mengatakan Deretan Kalimat Ini Kepada Perempuan!
Beberapa kalimat ini ternyata bisa memberikan tekanan dan tuntutan untuk banyak perempuan di tengah masyarakat. Sekaligus merendahkan gender sendiri.
Didikan dari rumah memang sangat berpengaruh pada mindset dan prinsip hidup saat dewasa, baik kepada anak perempuan dan laki-laki.
Kalau diingat lagi sejak kecil, ibu saya tidak pernah bilang karena saya perempuan maka saya harus begini atau begitu.
Seingat saya, ibu hanya tidak suka kalau saya duduk mengangkang karena nanti celana dalam saya kelihatan. Beliau tidak bilang saya harus duduk rapi karena saya perempuan. Dan ternyata hal ini menjadi penting.
BACA JUGA: 8 Tips Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Perempuan, Mommies Wajib Lakukan Hal Ini!
Beberapa kalimat yang diungkapkan dengan membawa gender ternyata punya efek yang hebat, misalnya untuk perempuan. Contohnya adalah kalimat:
– “Kamu, kan, perempuan, kok duduknya ngangkang!”
– “Kamu, kan, perempuan, suaranya keras banget, sih!”
– “Kamu, kan, perempuan, nggak pantes pulang malem!”
Mungkin banyak orang yang merasa wajar dengan kalimat-kalimat di atas. Padahal kalimat tersebut adalah kalimat utama untuk menekan perempuan. Pada kalimat di atas, perempuan dituntut untuk sopan, dianggap lemah, hanya karena ia perempuan, bukan karena batasan lain yang lebih umum.
Padahal kalau dipikir lagi secara logika, laki-laki kalau pakai celana pendek juga duduknya tidak boleh mengangkang karena celana dalamnya rawan terlihat. Malu.
Laki-laki juga jangan bersuara keras karena bisa menganggu orang lain. Plus sebetulnya di kota rawan kriminal, bahaya pergi di malam hari berlaku untuk laki-laki maupun perempuan, bukan?
Hal yang sama juga bisa terjadi pada anak laki-laki. Seringkali deretan kalimat yang dilontarkan untuk anak laki-laki terkesan merendahkan perempuan. Contohnya kalimat di bawah ini!
– “Laki-laki, kok, bawel, sih, kaya cewek”
– “Laki-laki, kok, gosipan, sih, kaya cewek’
– “Laki-laki, kok, nangis kayak cewek, cengeng!”
Pada kalimat di atas, superioritas laki-laki juga diperlihatkan dengan cara merendahkan perempuan. Laki-laki itu superior maka tidak boleh cerewet banyak bicara apalagi bergosip, karena yang cerewet dan bergosip itu seharusnya perempuan.
Secara tidak sadar, kalimat-kalimat seperti itu semakin membuat perempuan ada dalam konotasi negatif dan laki-laki selalu jadi lebih superior. Tak heran, kan, jadinya jumlah keterlibatan perempuan dalam politik maupun hal-hal lain jadi sedikit karena terus menerus dianggap lemah.
Padahal jika diberi kesempatan, perempuan sama sekali tidak lemah. Contohnya, Ibu Sri Mulyani, Ibu Susi Pudjiiastuti, atau Ibu Mari Elka Pangestu. Dari sisi sebelah mana mereka lemah? Tidak ada.
Kita tidak butuh lebih banyak tekanan untuk perempuan. Kita juga tidak butuh lebih banyak dukungan untuk laki-laki yang merendahkan dan menekan perempuan. Jadi, berhenti melarang sesuatu dengan melibatkan gender, baik kepada laki-laki atau perempuan.
Ketika hendak melarang seseorang melakukan sesuatu, berikan alasan yang masuk akal atau akibat yang bisa terjadi jika dia melakukan hal itu. Jangan menjadikan gender sebagai alasan, ya! Hal yang sama juga bisa diterapkan oleh Mommies ke anak-anak perempuan di rumah.
BACA JUGA: 8 Hal yang dibutuhkan Anak Perempuan dari Ayahnya
Share Article
COMMENTS