Kalau belum menemukan kesetaraan di tempat kerja, maka Mommies bisa jadi orang yang menciptakan dan menerapkannya!
Keberhasilan perusahaan bergantung pada banyak hal. Salah satunya adalah mengakomodir lingkungan kerja dan perlakuan yang setara dan adil. Sebab tidak ada manusia yang suka diperlakukan semena-mena dan kehilangan haknya mendapatkan perlakuan adil, di mana pun berada, terutama di tempat dia mencari nafkah.
Karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yang baik kemungkinan besar akan punya kinerja yang memuaskan. Kinerja karyawan yang baik berimbas pada keuntungan perusahaan, bukan? Jadi, membangun lingkungan kerja yang adil dan menerapkan kesetaraan sangatlah penting!
Untuk melakukannya, perusahaan harus memahami apa yang diperlukan untuk menciptakan tempat kerja yang adil. Dengan beragam keahlian dari para karyawan yang memiliki latar belakang berbeda-beda, yang membentuk lingkungan kerja Anda saat ini, penting bagi perusahaan untuk paham cara menumbuhkan lingkungan kerja yang memungkinkan semua anggota tim berkembang.
Hampir 80% pekerja melaporkan bahwa mereka ingin bekerja di perusahaan yang menghargai keragaman (diversity), kesetaraan (equity), inklusivitas (inclusion- mengikutsertakan golongan lain yang beragam), dan rasa memiliki (belonging) atau DEIB.
Namun mewujudkan kesetaraan di tempat kerja lebih rumit dari teorinya. Tindakan rasisme, diskriminatif, dan sikap bias mencegah banyak karyawan dengan latar belakang yang beragam untuk mendapatkan keadilan.
Oke, mari kita bahas bagaimana para pemilik perusahaan dan mereka yang dipercaya memegang tampuk pimpinan di tiap divisi dapat menerapkan kesetaraan.
BACA JUGA: 7 Perusahaan Indonesia yang Menerapkan Kesetaraan Gender
Kesetaraan di tempat kerja dimulai dengan menutup kesenjangan rasial dan gender dalam hal gaji dan promosi jabatan yang berhak diterima oleh setiap karyawan. Kita semua memiliki bias yang memengaruhi keputusan, pola pikir, dan perilaku, yang kita bawa ke lingkungan kerja sehingga dibutuhkan kerja keras untuk membuang bias dari kepala dan mewujudkan kesetaraan di tempat kerja.
Sebuah analisis baru-baru ini tentang keragaman di antara tim eksekutif mengungkapkan bahwa perusahaan dengan 30 persen lebih banyak eksekutif wanita ternyata lebih unggul daripada perusahaan yang persentase eksekutif wanitanya di bawah 30 persen.
Meski membuat kesetaraan jadi prioritas membutuhkan kerja keras, penelitian menunjukkan bahwa perusahaan atau bisnis mendapat manfaat besar dengan menerapkan kesetaraan di lingkungan kerja.
Hal pertama yang harus dilakukan perusahaan adalah memahami mengapa konsep tersebut begitu penting, lalu bicarakan dengan sesama penentu kebijakan dan pengambil keputusan di perusahaan untuk kemudian disebarluaskan ke seluruh karyawan. Para pemimpin harus memimpin dengan memberi contoh dan menunjukkan dukungan mereka terhadap Diversity, Equity, Inclusion, dan Belonging (DEIB).
Luangkan waktu untuk mengukur seberapa banyak keadilan diterapkan di tempat kerja Anda. Apakah kepemimpinan di tempat kerja mengakomodasi pekerja penyandang disabilitas? Apakah ada sistem imbalan berbasis keuangan atau insentif? Apakah upahnya adil? Apakah perusahaan memiliki tenaga kerja beragam yang terdiri dari orang-orang dari berbagai ras, etnis, agama, latar belakang ekonomi, jenis kelamin, dan orientasi seksual?
Evaluasi di mana kelemahan perusahaan dalam hal penerapan kesetaraan. Perusahaan bisa melakukan survei yang melibatkan karyawan tentang kesetaraan untuk mengetahui hasilnya.
Ketika banyak orang memikirkan kesetaraan di lingkungan kerja, mereka berpikir tentang kesetaraan gaji. Salah satu cara tercepat untuk mulai membuat perusahaan lebih adil adalah dengan memprioritaskan kesetaraan upah. Meskipun ada beberapa kemajuan selama beberapa dekade terakhir, kesenjangan upah berdasarkan ras dan gender masih tetap ada.
Langkah pertama yang baik untuk mengatasi kesenjangan upah adalah dengan mencoba menghilangkan stigma apa pun seputar pembahasan gaji di kantor. Kolega harus dapat berbagi info berapa banyak yang mereka hasilkan dan membandingkan gajinya dengan orang lain untuk melihat apakah setiap orang dibayar secara adil atau berdasarkan kriteria.
Setiap perusahaan yang ingin menerapkan kesetaraan harus berani menyatakan niatnya secara terbuka. Komitmen secara publik untuk menjadi lebih adil memungkinkan perusahaan dimintai pertanggungjawaban oleh pihak luar dan para karyawan sehingga akan menghasilkan langkah positif yang nyata.
Misalnya, jika perusahaan sebagian besar didominasi laki-laki, mereka mungkin berjanji untuk mempekerjakan perempuan dalam persentase tertentu lebih banyak di tahun mendatang.
Sebuah perusahaan yang berkomitmen ingin meningkatkan kesetaraan harus memperhatikan secara serius susunan tenaga kerja dan kepemimpinan di dalamnya. Jika perlu, perubahan kepemimpinan harus dilakukan untuk mencerminkan komitmen baru terhadap keragaman dan inklusivitas. Pimpinan tempat kerja juga harus mengevaluasi apakah karyawan perusahaan memperlihatkan keberagaman.
Sekali lagi, survei dapat membantu perusahaan memastikan keberagaman karyawan, semua etnis, dan jenis kelamin terwakili. Pastikan apakah pekerja minoritas (agama, gender, etnis, warna kulit) mendapatkan promosi atau kenaikan gaji sebanyak rekan kerja yang mayoritas.
Salah satu cara termudah untuk mengubah susunan ‘pasukan’ adalah dengan mengganti tempat perusahaan memunggah iklan lowongan kerja baru. Memakai sumber yang sama untuk mendapatkan calon pekerja baru terus-menerus justru mempromosikan ketidaksetaraan.
Amati apakah semua karyawan baru selalu lulusan dari perguruan tinggi atau universitas yang sama? Apakah mereka magang di beberapa perusahaan yang sama? Manajer harus memastikan bahwa mereka mencari calon potensial yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan berdasarkan pengalaman, bukan lulusan dari sekolah atau universitas tertentu saja.
Orientasi karyawan adalah cara yang bagus untuk memperkenalkan karyawan baru kepada budaya perusahaan dan tempat mereka mempelajari hal-hal luhur seperti visi misi, peraturan, kebijakan dan nilai-nilai perusahaan, juga protokol SDM.
Orientasi biasanya distandarisasi untuk melihat seberapa cepat karyawan baru dapat segera bekerja. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua karyawan baru memiliki pemahaman yang sama. Tetapi jenis standardisasi ini belum tentu berhasil untuk setiap orang dan belum tentu dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari para karyawan.
Cara lain untuk membuat proses orientasi lebih inklusif adalah dengan memastikan perusahaan menginformasikan kepada karyawan baru bahwa perusahaan berkomitmen menerapkan kesetaraan, keragaman, inklusivitas, dan rasa kepemilikan.
Membangun lingkungan kerja yang menerapkan kesetaraan dan keadilan membutuhkan kerja keras karena selama prosesnya bisa saja terjadi kegagalan. Solusinya adalah dengan menunjuk sekelompok karyawan dan membentuk tim DEIB agar konsistensi membangun kesetaraan di dalam perusahaan tetap terjaga. Mereka bisa bertemu setiap bulan untuk membahas target, kendala, dan pencapaian.
Dewan DEIB juga dapat berfungsi sebagai saluran untuk sesama pekerja bertukar pikiran tentang cara-cara perusahaan dapat meningkatkan upaya pemerataan tenaga kerjanya atau untuk memberikan umpan balik tentang hal-hal yang menurut mereka sukses membantu terwujudnya keragaman di perusahaan.
Punya ruang yang terbuka dan aman bagi karyawan untuk berdiskusi tentang budaya perusahaan serta bagaimana hal itu bersinggungan dengan kesetaraan penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang benar-benar adil.
Pemimpin Anda memiliki pengaruh yang luar biasa atas kesuksesan Anda. Penelitian mengungkapkan bahwa pemimpin yang inklusif memiliki kinerja yang lebih baik karena keterlibatan timnya juga tinggi. Faktanya, karyawan 50% menjadi lebih produktif, 90% lebih inovatif, dan 150% karyawan lebih terlibat. Kepemimpinan inklusif juga menghasilkan turnover karyawan 54% lebih rendah.
BACA JUGA: Tips Mendukung Kesetaraan Gender di Lingkungan Sekolah yang Bisa Diterapkan Tenaga Pengajar
Cover: Freepik