Memahami Istilah Almond Mom yang Lagi Viral, dan Cara Agar Kita Nggak Jadi Salah Satunya

Parenting & Kids

Sisca Christina・01 Mar 2023

detail-thumb

Cukup tahu saja apa itu almond mom, tapi nggak perlu coba-coba belajar jadi ibu tipe itu, sebab bisa membahayakan lahir dan batin anak.

Sejak ada TikTok, kita jadi makin tahu, bahwa di luar sana ada berbagai istilah gaya parenting baru yang muncul. Sebut saja crunchy parenting, silky parenting, scrunchy parenting (kombinasi antara silky dan crunchy parenting, dan almond parenting. Gaya pengasuhan yang terakhir ini ramai di TikTok sejak akhir tahun lalu pasca beredarnya video tentang bagaimana Yolanda Hadid, ibu sang super model Gigi Hadid mengatur diet sang anak sedemikian ketatnya hingga menuai kritik dari dari para ahli untuk nggak ditiru.

Apa Itu Almond Mom?

Julukan almond parenting atau almond mom sendiri dipopulerkan oleh para TikTokers pasca video percakapan yang terjadi antara Gigi Hadid dan sang bunda mencuat lagi ke permukaan, kira-kira seperti ini isinya:

Gigi Hadid berkata kepada ibunya: “I’m feeling really weak. I had, like, half an almond.”

Sang ibu, Yolanda Hadid memberi saran: “Have a couple of almonds, and chew them really well.”

Kebayang, ya, ketika anak mengeluh lemas karena cuma makan sangat sedikit almond karena diet, bukannya dianjurkan makan padat nutrisi dan kalori, malah disuruh tambahin almondnya aja.

Berbanding terbalik dengan para ibu seperti kita yang mungkin akan buru-buru menyuruh anak menyantap sup iga atau nasi padang biar tenaganya pulih kembali.

Jadi, pada dasarnya, almond mom adalah para ibu yang memberi saran diet yang nggak sehat dan cenderung berbahaya bagi anaknya. Demi apa? Demi menjaga bentuk tubuh tetap ideal!

Baca juga: 6 Tips Parenting Mama Muren, Ibunda Maudy Ayunda: “Anak adalah Peniru Nomor 1”

Gaya Parenting yang Berbahaya Menurut Ahli

Melansir dari parents.com, menurut seorang TikToker yang kebetulan berprofesi sebagai dokter anak bernama Dr. Karla, nasihat dan gaya yang diterapkan oleh almond mom itu berbahaya. Diet ini nggak mengedepankan kesehatan, melainkan mindset keblinger seperti fobia gemuk, terobsesi dengan tubuh kurus yang dianggap lebih menguntungkan, dan fokus pada citra tubuh sendiri. Jika dijalani, akan banyak masalah yang muncul di dalam diri anak, baik masalah kesehatan, hingga bisa saja membuat anak depresi.

Hati-hati, Jangan-jangan Kita Termasuk Salah Satunya?

Kontroversi tentang gaya pengasuhan inipun tak ayal dicegah. Akhirnya pemahaman tentang almond mom pun berkembang. Nggak harus jadi seekstrem Yolanda Hadid untuk dicap sebagai almond mom. Para ibu yang juga melakukan hal ini terhadap anaknya, juga bisa dianggap sebagai almond mom. Mungkin letak perbedaannya hanya pada kadarnya saja, berat atau ringan.

  • Ibu yang selalu memberi larangan ketat terhadap dos don’ts soal makan kepada anaknya, namun tak berbasis pada diet sehat.
  • Para ibu yang selalu menggaung-gaungkan bentuk tubuh ideal dan senantiasa mengarahkan sang anak untuk mencapai tujuan itu.
  • Tidak meminta anak untuk berdiet ketat namun dia sendiri menerapkan pola diet ekstrem yang sangat rendah kalori, saking takut gemuk.
  • Tak melarang anak makan ini itu namun menerapkan perilaku terobsesi dengan kebugaran dan berolahraga berjam-jam sehari yang disaksikan oleh anak.
  • Dan seterusnya.

Saran Ahli Agar Kita Nggak Terjebak Jadi Almond Mom

Para ahli sepakat bahwa makan sehat dimulai dari rumah, dan sejak kanak-kanak. Tentunya ini tugas orang tua untuk mengajari dan mencontohkan gaya makan yang sehat kepada anak-anaknya. Jika mommies ada tendensi menerapkan gaya almond mom kepada anak, hentikan segera sebelum terlambat. Ini cara yang disarankan para ahli:

  • Hindari food shaming. Menerapkan pola makan sehat nggak berarti harus memusuhi dan menghina makanan yang dianggap nggak sehat. “Jangan kebanyakan makan roti, itu jelek, tepung doang, nanti kamu ikutan mekar kayak roti!” Atau: “Aduhh, cake lagi, permen lagi, itu semua nggak sehaaaaatt!!” “Nih, makan sayur yang banyak, itu baru bagus.” Ketimbang melabeli makanan dengan “baik” dan “buruk”, lebih baik menjelaskan manfaaat dan kebaikan berbagai pilihan makanan untuk anak.
  • Ubah fokus dari berat badan ke olah raga. Sedikit-sedikit menimbang berat badan bisa membuat anak tertekan sendiri dan memicu gangguan makan. Dari pada rutin menimbang berat badan, lebih baik rutin berolah raga dan makan makanan bergizi.
  • Melibatkan anak dalam menyiapkan makanan. Menurut para ahli, ini membantu mereka untuk belajar tentang bahan makanan, membuat mereka merasa berdaya karena ikut membantu mengolah makanan, sekaligus bisa menjadi kegiatan untuk memperkuat bonding antara orang tua dan anak. Kabarnya, anak-anak yang terlibat dalam mengolah makanan jadi lebih nggak picky.

Kurus itu nggak mewakili sehat dan cantik, jadi, jangan sampai kita sendiri yang merusak gambaran diri anak dengan gaya parenting yang aneh-aneh. Setuju nggak, mommies?

Baca juga: Intermitten Fasting: Tren Diet Anti Nyiksa yang Lagi Digandrungi

Image:Image by wirestock on Freepik