Jika anak remaja hamil di luar nikah, seringkali orang tua bingung tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain marah. Pernah memikirkan jika ini terjadi dalam keluarga kita?
“Seberapa sering kita mengajarkan anak tentang sexual consent atau tentang bahayanya hubungan seks usia muda atau kehamilan sebelum pernikahan? Saya yakin sering! Karena sebagai orang tua tentu saja kita akan fokus pada pencegahan. Tapi pernah nggak terbayang, jika sejuta pesan serta edukasi sudah kita sampaikan, tapi ternyata kejadian yang kita takutkan itu tetap terjadi? Sudah membayangkan? Nah, sekarang, sudah kita siapkan belum kira-kira reaksi apa yang akan kita berikan dan tindakan apa yang akan kita lakukan?
” Ma aku hamil..” tentu saja ini bukan kalimat yang ingin kita dengar dari mulut anak remaja kita. Tapi apakah kalimat ini bisa saja keluar dari mulut anak remaja kita? Bisa banget. Dan yang terjadi adalah, ketika kita mendengar sebuah berita yang tidak kita harapkan, kita memberikan reaksi sesuai dengan emosi, bukan akal sehat.
Reaksi dan pemikiran pertama yang keluar dari kita bisa jadi: “Kok bisa???” “Kamu gila ya??” Kamu kok bodoh?” dan sejuta kalimat-kalimat lain yang tidak akan mengubah kondisi tersebut. Jadi, bagaimana seharusnya orang tua bereaksi?
Baca juga: Bicara Tentang Sexual Consent dan Consent pada Anak Remaja
1. Sampaikan apa yang kita rasakan sebagai orang tua. It’s okay mengatakan ke anak bahwa kiita marah, kita kecewa, kita sedih luar biasa, kita tidak tahu harus berkata-kata apa. Karena ini adalah hal yang wajar. Namun atur cara penyampaiannya agar anak tidak merasa menyesal memberi tahu kita. Ingat, bahwa anak pasti merasakan ketakutan yang luar biasa. Maka hargai ketika dia memilih untuk berani bersikap jujur kepada kita, orang tuanya.
2. Coba cari tahu apa yang dirasakan oleh anak Anda. Biarkan anak remaja kita tahu bahwa orang tuanya ada untuknya (walaupun di dalam hati Anda masih marah luar biasa).
3. Tanyakan apa yang terjadi, dengan siapa dia melakukannya. Beri waktu untuk anak menangis dan mengeluarkan semua perasaannya. Ini juga menjadi momen untuk mencari informasi selengkap mungkin dan sedetail mungkin.
4. Cari tahu apakah pihak laki-laki mengetahui hal ini dan begitu pun dengan keluarga laki-lakinya. Begitu tahu, jangan langsung memutuskan menjadikan anak laki-laki ini sebagai musuh Anda. Kalian butuh waktu untuk bertemu dan berdiskusi.
5. Bantu anak untuk memahami tantangan-tantangan apa yang mungkin akan dia alami ke depannya.
6. Jangan memaksakan opini dan pendapat kita saat mengambil keputusan. Coba berikan untung rugi atas setiap pilihan-pilihan yang ada agar anak juga berpikir dan mencari yang terbaik untuk dirinya.
7. Yakinkan anak bahwa masa depannya tidak hancur dan belum berakhir.
8. Ajak anak ke psikolog untuk memastikan kondisi kesehatan mentalnya dan bawa anak ke dokter kandungan untuk mengecek kesehatan dirinya serta janinnya.
9. Peluk, peluk dan peluk serta katakan ke anak bahwa Anda tetap mencintainya.